Chapter 8 : Tanggung Jawab

116 13 0
                                    


Ibu : Inget... km pny adik yg mau kuliah
Ibu : Ksh ibu nmr janu, biar ibu yg ngomong
Ibu : Kalian hrs tanggung jawab sama adik km

Khalisa benar tidak habis pikir dengan pikiran ibunya. Sudah beberapa hari ini sang ibu terus saja menghubungi Khalisa untuk meminta pertanggung jawaban atas masalah adiknya.

Perempuan itu mengusak rambutnya kasar. Masalahnya adalah, saat ini dia belum juga dapat pekerjaan. Sebelum menikah aja dia udah susah nyari kerja, apalagi sekarang? Kesempatannya semakin dikit.

Ia pikir setelah nikah dan jauh dari keluarganya membuat Khalisa bisa bebas. Dan sekarang ditambah parah karena ibunya berpikir kalau suaminya juga harus bertanggung jawab.

"Anjir lah." Umpatnya kesal.

"Kenapa ca?" Janued yang baru saja pulang kerja terkejut mendengar decakan istrinya.

Ia melihat sang istri menggeleng menjawab pertanyaannya, mau gak mau Janued harus membatalkan niatnya untuk masuk ke kamar.

"Kenapa hei?" Tanyanya lembut, dengan tangannya yang menggenggam tangan sang istri.

Semenjak kejadian malam pertama itu, hubungan mereka sedikit lebih baik. Bukan lagi sebagai teman yang tinggal satu rumah, tapi sudah meningkat menjadi pasangan yang baru saja pdkt.

Balik lagi ke Janued yang masih menunggu jawaban sang istri. Hingga beberapa sekon belum juga ada jawaban, tapi Khalisa memberikan ponselnya yang memperlihatkan ruangan obrolan istrinya bersama sang ibu mertua.

Janued menghela nafas kasar, ia yang membacanya pun merasa tidak suka, apalagi istrinya. Sejak sebelum menikah ia memang sudah tau sifat orang tua dari Khalisa bagaimana. Tapi, semenjak menikah ia tidak pernah menyangka bisa sampai sejauh ini.

"Gue harus gimana sih ed? Maksud gue, emangnya mereka ngelahirin adek gue gak mikirin biayanya? Kenapa harus gue yang tanggung jawab?"

Khalisa menangkup wajahnya dengan tangan. Jujur saja dia sudah lelah dengan ini semua.

"Maksud gue, kalo mereka ngungkit soal uang kuliah gue, ya bisa gue usahain. Tapi, kalo soal adik gue, masa iya gue lagi sih."

Janued hanya bisa mengelus lengan atas Khalisa, biar istrinya tenang dulu, baru dia mikirin gimana jawab mertuanya ini.

"Gue bisa aja cari kerja, tapi kalaupun gue kerja, ya gue akan prioritasin rumah tangga kita lah."

"Iya... Iya ca. Yaudah lo tenang dulu, ini biar aja chat nya gak perlu dibales. Mending masalah ini diomongin langsung daripada gini, kan suka beda cara penyampaiannya."

Lelaki itu melebarkan senyumnya, hingga matanya menghilang. Sekali lagi ia hanya bisa menenangkan sang istri.

Malam itu, setelah Janued membersihkan diri, lalu mereka makan malam bersama, dan setelahnya mereka bersiap untuk tidur. Seperti biasa, sebelum tidur mereka akan bicara terlebih dahulu.

"Menurut lo gimana ed, kalo gue cari kerja?" 

"Gak masalah ca, gue ngebebasin lo mau ngapain aja kok."

Mendengar jawaban Janued, Khalisa kini berbalik, lalu memiringkan tubuh menghadap suaminya.

"Gimana menurut lo kalo gue kerja, tapi semua penghasilan gue kasih ke keluarga gue ed?"

Khalisa melihat Janued kini terdiam, hanya terdiam. Ia menunggu dengan takut-takut mendengar jawaban sang suami.

"Ca... jujur ya. Gue akan mengusahakan apapun kok buat rumah tangga kita. Tapi, soal masa depan kan gak ada yang tau ya ca. Nah gue berharap kalau emang ada penghasilan tambahan dari lo, uangnya dipake buat tabungan kita ca....."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pure Petals ㅡ Jenrina | Bluesy [Jeno x Karina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang