"Cahayanya Umma, mudah-mudahan kamu juga jadi cahaya di akhirat nanti untuk Umma sama Abi ya, sayang." Tangan lembut Umma mengusap rambut anaknya Kiran yang tengah sibuk membaca kumpulan cerita Nabi.
Kiran saat itu usianya sepuluh tahun. Usia dimana ia sedang senang-senangnya mempelajari hal baru tentang agamanya.
"InsyaAllah Umma, Kiran bakalan buat mahkota untuk Umma sama Abi," balas kiran kecil menampakkan gigi ginsulnya.
Kiran Az-Zuhra, putri tunggal dari pasangan Ammar dan Fatimah. Keduanya adalah suami istri yang diberi amanah oleh Allah untuk mendirikan dan menjalankan Pondok pesantren Ar-Rahman di Surabaya.
Bagi keduanya Kiran adalah cahaya titipan dari Tuhan yang harus mereka jaga, keduanya mencintai Kiran karena Allah sehingga dari kecil Kiran diasuh penuh cinta dan dibekali ilmu agama dengan harapan anaknya dapat menjadi penerus bagi mereka berdua.
Ammar dan Fatimah pun dunia bagi Kiran, cita-cita yang tumbuh di hatinya hanyalah untuk membahagiakan mereka dengan menjadi anak Sholehah.
Kehidupan Kiran begitu ia syukuri tapi hanya sampai pada usianya yang ke lima belas tahun. Kiran yang bak cahaya di rumahnya itu harus redup seketika.
Abi yang begitu ia cintai membawa sosok lain di rumah, perempuan dan gadis yang diperkenalkan sebagai Ibu baru dan kakaknya.
"Ini Umma Zahra dan Kak Izzah, sayang. Sekarang kita semua keluarga." Begitu jelas kalimat itu, namun begitu sulit Kiran terima.
Kiran tidak berkata apa-apa hari itu. Ia memilih mengurung diri merasakan sakit hati pertama dari Abinya. Gadis itu sempat melihat Ummanya menangis kemudian menghapus air mata sambil tersenyum. Kiran merasa Abinya berubah menjadi sosok jahat dalam sehari saja.
Hanya saja Kiran tidak bisa apa-apa, karena saat ia mengadu pada Umma. Ia malah diberi pengertian bahwa Umma menerima dengan hati lapang dan mengajarkan Kiran untuk menerimanya juga, menerima bahwa sekarang ada sosok lain dalam keluarga. Ada ratu dan putri lain di rumah hangatnya itu.
Patah hatinya bertambah saat dua tahun kemudian Ummanya tiada, menyisakan ia dan Abi juga dua orang yang masih asing untuk dirinya.
Sejak saat itu cita-citanya berubah. Bagai sosok lain, Kiran menemukan hal lain yang ia cintai yaitu bernyanyi. Kekecewaan dalam dirinya pada akhirnya membuat Kiran Az-Zuhra ingin bebas dari rumah yang ia rasa sudah tidak hangat itu.
Abinya pun ikut tiada membuat Kiran semakin yakin untuk kabur dari sana. Melaksanakan rencana yang awalnya ia anggap hanya lelucon saja.
Penuh perjuangan juga pengorbanan diiringi air mata, Kiran berhasil melepaskan diri dan hidup dalam impian barunya.
Semua itu adalah sebuah kerja keras sempurna, yang kemudian berubah ketika Ali Ubaid datang dalam hidupnya, melamar Kiran yang juga mengharuskan Kiran kembali pada kehidupan masa lalunya. Gadis itu justru menerima saja.
Lalu apa alasannya?
Kenapa gadis yang pemahaman agamanya hampir punah itu malah menerima lamaran laki-laki yang begitu taat pada agamanya?
~~~
"Kita bisa selamanya, Li?"
Ali tersenyum teduh, "Selamanya di surga nanti, Kiran."
~~~
"Kamu berubah jadi halaman yang enggak aku sukai." Kiran menatap Ali dengan sorot mata penuh luka.
"Semuanya kehendak Allah, sayang," ucapnya dengan air mata menetes.
~~~
Cinta itu tidak pernah bisa selamanya bagi Kiran, baik cinta Abi pada Ummanya bahkan cinta Ali pada dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halaman Kiran
RomanceKabur dari pesantren milik kedua orang tuanya sendiri adalah sebuah hal gila yang Kiran Az-Zuhra lakukan di usia 19 tahun. Ia tidak ingin lagi menjadi ustadzah atau hafizah, sebaliknya ia ingin menjadi seorang penyanyi bermodalkan bakat yang tiba-ti...