11. Kiran kaget

26 0 0
                                    

Cantik sekali, istriku.

Halaman 9, Ali.

~~~

Kalau ditanya kapan terakhir kali Kiran merasakan debaran tidak biasa karena laki-laki, jawabannya sudah lama sekali. Alasannya sudah jelas karena ia hidup dalam lingkungan yang strict masalah agama dan tidak pernah bertemu laki-laki asing selain keluarga, yang tentu membuat dirinya baru bisa merasakan perasaan seperti itu saat kabur dari ponpes orang tuanya.

Mau bagaimana pun Kiran tetap manusia biasa yang sudah fitrahnya bisa tertarik pada lawan jenis, dan ia ingat sekali bahwa rasa kagum juga degupan jantung itu berujung pada kesialan semata.

Dulu sekali saat dirinya masih asing dengan dunia luar dan harus beradaptasi, ia bertemu sosok laki-laki yang membantunya, memberi pehatian dan menjadi sosok berjasa yang membuat Kiran tidak luntang lantung di jalan. Kiran mengaku bahwa saat itu ia benar-benar kagum tapi hanya sebatas itu, sebab setelahnya Kiran paham bahwa sepertinya laki-laki baik di dunia itu hanya sedikit sekali. Abinya yang notabene adalah orang tuanya sendiri pun bisa menorehkan luka apalagi orang asing, Kiran bahkan enggan menceritakan ulah laki-laki itu di hidupnya.

"Semoga pernikahan kalian langgeng, ya," ucap Ibu-Ibu yang Kiran tidak tahu identitasnya, ia adalah salah satu tamu.

"Aamiin, terima kasih, Budhe," balas Ali mengangguk sopan setelah menyalimi tangan wanita berhijab itu.

Kiran sendiri mengigit bibir dalamnya merasa bersalah saat tahu bahwa wanita yang baru saja ia sebut ibu-ibu adalah Budhenya Ali.

"Kalian cocok sekali, Nak. Budhe senang deh liat kalian." Budhe terus mengumbar senyuman sambil bergantian menatap mereka berdua.

Kiran hanya membalasnya dengan senyuman. Senyuman palsu yang sudah dari tadi ia tampakkan sampai membuat pipinya nyeri, Kiran tidak sabar bergelung di kasur setelah semua ini selesai.

"Alhamdulillah kalau Budhe lihatnya kayak gitu, didoakan yang baik-baik, ya, Budhe," ucap Ali disertai tawa kecil yang sekarang menampakkan satu lesung pipinya.

Kiran terus memperhatikan Ali sambil mengulang memorinya saat akad tadi. Perasaan aneh dan debaran jantung yang tadi ia rasakan saat melihat senyum Ali sudah hilang, Kiran serius. Saat ini dirinya kembali biasa saja kala menatap laki-laki yang sekarang sudah berstatus sebagai suaminya itu.

Kiran jadi menyimpulkan bahwa perasaan tadi muncul hanya karena Kiran kembali berinteraksi dengan laki-laki setelah sekian lama hidup sendiri, wajar saja pastinya karena ia adalah gadis normal yang memiliki hormon dan emosi.

Kiran menghembuskan napas lega saat Budhe Ali sudah pergi dari pelaminan, ia kembali duduk diikuti oleh Ali yang sekarang menatapnya.

"Capek?" tanya Ali terlihat memindai wajah Kiran.

"Banget," jawab gadis itu menampakkan wajah keruhnya. Ia tidak membalas tatapan Ali dan memilih bersandar melihat beberapa tamu sedang asik dengan kegiatan masing-masing, ada yang mengobrol ada juga yang sedang makan.

Kiran pikir percakapan itu berakhir karena Ali tidak menyahut lagi, namun dirinya malah merasakan sebuah usapan lembut mendarat di tangannya.

"Sabar, ya." Usapan lembut itu diikuti kalimat lembut dari Ali yang membuat Kiran berbalik menatap si pemilik suara.

Kiran bengong sebentar akan tetapi tangannya segera ia tarik, berpura-pura mengambil air minum di sebelahnya

"Iya," balas Kiran singkat dengan wajah yang ia palingkan, tangan itu sekarang ia gunakan untuk memegang botol dan meneguk airnya lambat. Kiran merasa canggung.

Halaman KiranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang