Chapter 3

3.9K 302 2
                                    

@ Collins's House

Terlihat Yuki sedang duduk di sofa sambil menonton tv. Sebenarnya ia sudah mulai bosan, itu yang membuat siarang tv terus berganti-ganti. Sudah 2 jam ia memasuki rumah yang sepi ini. Om Brian dan tante Kenzi belum pulang dari kegiatan mereka. Kevin juga masih belum pulang dari sekolah.

Yuki mendesah pelan. Ia bosan karna tidak ada yang bisa menarik perhatiannya. Sebenarnya ia ingin pergi jalan-jalan, tapi ia malas kalo harus pergi sendiri.

"Aku pulang." Teriak seseorang dari depan rumah. Yuki hanya menoleh sekilas, karna ia tau itu suara sepupunya, Kevin.

Kevin yang melihat Yuki duduk di sofa pun datang mendekat. "Yuk, dad sama mom belum pulang ya?" tanya Kevin saat menyadari suasana rumah yang sepi.

Yuki yang masih kesal dengan Kevin karna kejadian di sekolah tadi Cuma membalas dengan singkat "Hmm".

Kevin menghela napas, ia tau kalo sepupunya itu masih kesel dengannya. "I'm sorry, okey."

"Ck. Lo nyebelin tau gak?!" sahut Yuki yang jadi emosi.

"Iya,maap ya." Kata Kevin tak berniat untuk berdebat lebih lama. Ia sudah capek dan penat pulang dari sekolah, jadi dia tak ada niat untuk menambah masalahnya.

Bukannya tidak mau memaafkan sepupunya, tapi Yuki memang sudah kesal sejak kejadian di kantin tadi, dan maaf untuk Kevin karna menjadi objek pelampiasan Yuki. "Lo anggota OSIS kan? Emang kalian gak pernah nyadar apa tentang sikap sok jago si Sam itu? Gw denger dia udah sering bikin ulah. Kenapa dibiarin sih?" ketus Yuki sambil berdiri dan menatap tajam ke arah Kevin.

Kevin mendesah, "Iya, beberapa kali sudah kami tangani kok. Tapi emang dia nya aja yang susah berubah." Jawabnya.

"Kenapa gak dikeluarin aja tu anak, toh kerjanya Cuma cari masalah di sekolah." Sahut Yuki merasa idenya bagus.

"Yuki, itu gak segampang membalikkan telapak tangan. Sam memang sering mencari masalah di sekolah. Tapi ia juga termasuk murid yang berprestasi. Ia juga teman sekelasmu. Kelas A. Dan ayahnya termasuk komite sekolah. Kalo dia dikeluarkan dari sekolah, bisa-bisa nama baik sekolah juga ikut tercoreng. Tak mungkin ayahnya tidak melakukan sesuatu jika anaknya dikeluarkan." Jelas Kevin mencoba memberi pengertian ke sepupunya itu.

Yuki yang mendengar penjelasan itu pun sedikit malu. Well, ia sangat kesal sama laki-laki bernama Sam itu, tapi benar juga kalo salah bertindak maka nama sekolah juga yang kena efeknya. Tentu aja dia gak mau kalo sekolah menanggung nya, bagaimana pun juga sekolah itu punya Om nya.

"Iss, gw bener-bener kesel Kev, pertama karna dia nge-bully orang, trus di tambah yang jadi korban itu cewek! Cewek Kev. Cowok macam apa tuh!" kata Yuki kesal mengingat kejadian tadi.

"iya, gw udah cek tadi di cctv kantin. Tapi tu anak emang parah Ki, udah berkali-kali dari OSIS turun tangan. Kalo udah gitu mah, dia bakal diam dan gak bertindak selama beberapa bulan. Abis itu ya mulai lagi cari masalah. Tapi karna memang anak-anak yang lain gak ada yang berani ngelawan dia." Jelas Kevin

"Kita juga dari OSIS bisa bertindak kalo tau masalahnya. Bukannya kita gak mau bertindak, tapi sekolah kan luas. Dan muridnya juga gak sedikit. OSIS juga bukan hanya mengurus dia doang." Lanjut Kevin.

"Ck. Liat aja tu anak. Kalo sampe gw tau dia cari masalah lagi, gw yang langsung hadapin dia." Celetuk Yuki sambil menggenggam kedua tangannya menahan kesal.

"Tapi tenang aja Ki. Tadi kita anggota OSIS udah meeting tentang sikap Sam yang mulai keterlaluan. Trus Stefan sebagai ketua OSIS udah bilang kalo dia bersedia turun tangan. Emang sih selama ini Stefan belum pernah mengurus tentang kelakuan si Sam. Tapi kalo Stefan udah turun tangan, pasti semua beres deh." Kata Kevin sambil tersenyum.

"Hah? Yakin nih?" tanya Yuki sedikit tidak yakin.

"Heh! Dia ketua OSIS. Menurut lo emang bisa ketua OSIS di pilih sembarangan. Apalagi untuk sekolah kayak sekolah kita yang isinya anak-anak orang penting. Ck. Tenang aja Ki. Ada alasannya kok, selama ini Stefan gak ngurusin hal-hal kayak ulah si Sam itu." Jelas Kevin.

Yuki yang mendengar itu hanya manggut-manggut aja.

"Ya udah gw ganti baju dulu." Kata kevin langsung beranjak ke kamarnya di lantai dua.

-----

@ Kafe

Yuki dan Kevin sedang asik menikmati minuman mereka yang mereka pesan di Kafe ini. Tadi Yuki merengek minta di temenin jalan-jalan sama Kevin. Walaupun sebenarnya Kevin males buat keluar rumah, akhirnya ia pun setuju karna iming-iming Yuki yang bakal teraktir Kevin makan. Jadi di sini lah mereka sekarang, setelah jalan-jalan ke Mall, mereka duduk di salah satu kafe dalam perjalanan pulang ke rumah.

"Ehmm.. Kev, gw boleh nanya sesuatu gak?" tanya Yuki sambil ngelirik sepupunya itu.

"Mo nanya apa emang?" tanya Kevin bingung.

"Sebenernya gw penasaran dari tadi. Kok kalian bisa pas gitu sih. Maksud gw, kalian anggota SA trus kalian juga pengurus inti OSIS. Kok bisa?"

"Ohh. Kalo itu sih sebenernya gw, Ciccio, sama Prilly emang berniat jadi pengurus inti OSIS. Kalo Stefan dia ditunjuk dari pihak sekolah dan dari permintaan mayoritas murid-murid lain. Nah, kalo Kimmy itu karna Stefan yang minta." Jelas Kevin.

"Kimberly jadi sekretaris OSIS karna Stefan yang minta?" pikir Yuki. "Emang Kimberly dan Stefan itu ada hubungan apa? Kok bisa sampe minta gitu?" tanya Yuki yang makin penasaran. Sebenarnya ia penasaran sama cowok yang namanya Stefan Arga William itu. Tadi waktu mereka istirahat makan di kantin, Cuma cowok itu yang gak ngomong 1 kata pun ke Yuki. Stefan Cuma sibuk ngerjain sesuatu dengan laptopnya. Paling Cuma ngelirik bentar, minum, trus ngomong tentang proposal ke Kimberly. "Sombong amat ni cowok." Pikir Yuki tadi.

"Eii, kenapa lo? Penasaran amat sama mereka. Hahaha" ucap Kevin ngelirik jail ke Yuki.

Wajah Yuki agak merona karna malu di ledekin sama Kevin. "Ah? Kaga kok. Ya udah kalo gak mau jawab. Gak jadi gw teraktir." Sahut Yuki sambil manyun.

"Eh,, yah kok gitu sih? Iya iya gw kasih tau. Mereka udah sahabatan dari kecil. Jadi Stefan lebih nyaman kalo seketarisnya orang yang dia kenal baik. Biar gampang di hubungin. Gitu. Ya gak ada juga sih yang keberatan. Kecuali fans-fans nya si Stefan yang emang pengen jadi sekretaris OSIS biar bisa deket sama dia." Terang Kevin lalu meminum Ice Capucino nya.

"Oh." Jawab pendek Yuki.

"Ya udah yuk balik. Udah malam juga ni. Gw juga udah capek temenin lo keliling tadi." Kata Kevin yang sudah menghabiskan minumannya.

"Oh. Ya udah, lo langsung ke mobil aja. Gw bayar dulu." Kata Yuki sambil beranjak menuju ke meja kasir.

-----

@ Yuki's Room

Hah. Udah 30 menit Yuki bolak-balik di atas tempat tidurnya. Ia sudah berusaha untuk tidur, tapi entah kenapa kayaknya dia belum bisa tidur. Pikirannya kembali membayangi wajah seseorang. "Enggak Yuki! Fokus. Lo anak baru, masak ia udah suka sama ketua OSIS." Ucap nya sambil memukul kedua wajahnya pelan. Stefan, cowok tampan yang berhasil bikin Yuki kesemsem sejak melihat wajahnya. Apalagi waktu tau kalo dia Ketua OSIS dan sangat pintar dengan predikat rank 1 yang tak pernah lengser. Yuki jadi makin penasaran sama cowok itu. Tapi karna sikapnya yang dingin, Yuki jadi sedikit takut untuk mendekat. Apalagi waktu tau kalo Stefan banyak fans, langsung hilang deh ke-pd-an Yuki untuk sekedar menyapa waktu di kantin tadi.

"Well, semoga besok menjadi hari yang lebih baik." Ucapnya lalu menutup kedua matanya untuk pergi ke alam mimpi.

-----

Special A (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang