☞ATMADJA'S TWIN SONS☜
"Wahh ramai banget!!" Ujar Erland sambil tersenyum.
"Kita masuk?" Erland menatap kakaknya lalu mengangguk.
"Yasudah cepetan! Udah nggak sabar pengen naik wahana!" Ujar Rifky sembari mendahului mereka dan masuk kedalam, karena mereka sudah membeli tiket masuk tadi. Keempat laki-laki itu terkekeh, sebelum mengikuti Rifky dari belakang.
Erland terpaku dengan pemandangan yang sangat ramai dan begitu terang dengan lampu-lampu itu, ini adalah kali pertama dia pergi ke tempat seperti ini karena biasanya dia hanya melihat melalui TV atau handphone nya saja.
"Mau naik wahana?" Tanya Alden, membuat Erland mengangguk semangat.
"Iya kak, aku penasaran banget gimana rasanya naik itu! Pasti seru!" Jawab Erland sambil menganggukkan kepalanya, seumur hidupnya dia memang tidak pernah menaiki yang namanya wahana. Mungkin dulu pernah saat tubuh itu diisi oleh jiwa Erland yang asli.
"Ya udah kalo gitu tunggu apa lagi!" Ujar Seno dengan semangatnya, dia juga sudah lama sekali tidak bersenang-senang ditempat seperti ini.
Reno tertawa kecil melihat adik kembarnya yang sangat antusias itu, biarlah malam ini saja mereka berdua melupakan segala permasalahan yang terjadi pada keluarga mereka.
✿
⁽⁽ଘATMADJA'S TWIN SONSଓ⁾⁾
✿"Lu kenapa? Sakit? Kok dari tadi mukanya pucat!" Tanya Reno, jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam dan saat ini mereka sudah berada di mobil untuk pulang.
"Nggak tau, kepala gue pusing banget!" Jawab Seno sambil memijat kepalanya.
"Kita ke rumah sakit aja ya?" Tawar Reno yang terlihat khawatir dengan kondisi saudaranya, sejak selesai menaiki wahana pertama tadi, dia memang sudah melihat wajah kembarannya memucat, tapi saat ditanya Seno malah menjawab mungkin ini efek karena naik wahana, tapi biasanya tidak seperti itu. Dan sampai sekarang kepalanya masih pusing.
"Nggak-nggak, gue cukup istirahat sama minum obat aja. Pasti besok pagi juga hilang, mungkin karena kecapekan aja sama kegiatan hari ini!" Balas Seno, membuat Reno mendesah kasar.
"Oke, tapi kalo besok pagi masih pusing kita kerumah sakit, ya?" Seno mengangguki ucapan sang saudara, memangnya siapa yang bisa tahan jika merasakan pusing terus menerus.
"Yasudah lo tidur, nanti kalo udah sampe gue bangunin!" Ujar Reno sambil sebelah tangannya mengusap kepala Seno, sedangkan sebelah tangannya lagi sedang memegang setir mobil.
Seno pun memejamkan matanya, berharap jika dia membuka matanya nanti pusing dikepalanya sudah hilang.
"Lo sih ngeyel! Udah tau ngerasa sakit malah bilang nggak apa-apa," cibir Reno setelah melihat mata Seno terpejam. Entah kembarannya itu sudah tertidur ataupun belum, yang pasti Seno hanya diam, tidak membalas ucapannya.
Setelah lima belas menit berkendara akhirnya mobil itu memasuki area pekarangan rumah mewah mereka.
"Nih anak dibangunin nggak ya..." Monolog Reno, dia menatap lekat ke arah saudaranya yang saat ini tengah tertidur.
"Kasian juga kalo dibangunin, pasti capek banget, kepalanya juga masih pusing. Tapi kalo nggak dibangunin, gimana caranya gue gendong? Pasti nggak sanggup lah gue!" Sambungnya lagi, dia bimbang antara membangunkan atau tidak.
Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya Reno mengambil keputusan. Diapun menggendong tubuh Seno karena merasa tidak tega jika harus membangunkan.
"Gila, ringan banget!" Reno kaget karena ternyata tubuh saudaranya sangat ringan, padahal dulu mengangkatnya saja dia tidak mampu karena berat mereka sama.
"Selamat malam tuan muda,, eh tuan muda Seno kenapa?" Sapa Viva sambil tersenyum, kemudian menanyakan Seno.
"Ketiduran," jawab Reno singkat sebelum berjalan menuju lift dengan Seno yang berada digendongan ala koalanya.
Setelah beberapa saat kini Reno sudah memasuki kamarnya dan dengan hati-hati meletakkan tubuh Seno keatas tempat tidurnya.
Reno kemudian berlalu keluar dari kamarnya kemudian kembali lagi dengan membawa sebuah baskom yang dimana disana sudah ada air hangat dan satu handuk kecil.
Dengan perlahan-lahan Reno membuka hoodie yang dipakai Seno agar pemuda itu tidak terganggu dari tidurnya, kemudian mengelap tubuh saudaranya itu dengan air hangat yang dia ambil tadi.
Dia berjalan kearah lemarinya dan mengganti pakaian Seno dengan piyamanya, karena pakaian saudaranya itu ada dikamar Seno sendiri yang berada tepat disebelah kamarnya.
Setelah selesai dengan aktivitasnya Reno kemudian berjalan kearah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Setelah beberapa menit kini Reno sudah keluar dari kamar mandinya dengan sudah menggunakan piyama biru tua nya. Dia kemudian berjalan ke arah ranjangnya dan membaringkan tubuhnya disamping saudaranya.
Dia menatap lama saudaranya, hingga kemudian mengatur posisinya agar setengah duduk dan mengatur posisi Seno agar kepala saudaranya itu berbantalkan lengannya.
Cup...
Satu kecupan hangat Reno layangkan didahi Seno, Reno kemudian menggunakan sebelah tangannya yang bebas untuk memeluk tubuh itu.
Air matanya seketika saja mengalir.
"Lo sebenarnya kenapa, Sen? Bohong kalo Lo bilang Lo baik-baik aja. Buktinya berat badan Lo menurun drastis..." Walaupun tahu pertanyaannya itu tidak akan pernah dijawab oleh saudaranya.
"Jangan sakit ya Sen, gue cuman punya Lo sebagai keluarga didunia ini." Sambungnya lagi sambil menutup matanya, air matanya masih mengalir dipipinya, sambil menyusul sang kembaran untuk masuk ke alam mimpi.
Beberapa menit kemudian, Seno membuka matanya. Matanya berkaca-kaca, dia mendengar apa yang diucapkan oleh Reno tadi karena dia terbangun saat saudaranya itu mengubah posisi tidurnya agar tertidur dipelukan sang kembaran.
'Gue juga sayang sama Lo Ren. Gue nggak akan ninggalin Lo kok,' batinnya sambil membalas pelukan Reno.
ヾ(*’O’*)/
Pagi hari dikota itu telah tiba, kini Reno dan Seno tengah sarapan berdua dimeja makan. Rumah mewah itu sekarang sudah semakin sepi.
Biasanya disaat sarapan begini mereka pasti selalu melihat beberapa maid yang berlalu lalang dan beberapa bodyguard yang sedang bolak-balik menjaga keamanan.
Tapi kini sudah tinggal ada empat pekerja disana, dimana hanya ada dua maid dan dua pengawal yang saat ini sudah mereka berdua suruh untuk sarapan dibelakang.
Reno juga sudah menceritakan yang sebenarnya terjadi, dan Seno hanya tersenyum getir sambil mengangguk kecil saja, tanpa berkata apa-apa.
"Makan yang banyak, Sen..." Ucap Reno saat melihat Seno yang tidak menghabiskan makanannya.
"Gue udah kenyang," jawab Seno.
"Kenyang gimana, Lo baru makan sedikit. Semalam juga makanan Lo nggak dihabisin!" Cibir Reno, semalam dia merasakan bahwa bobot tubuh saudaranya itu sangat ringan, jadi dia menjadi lebih agresif sekarang.
"Tapi gue nya udah kenyang, gimana dong?" Balas Seno.
"Nggak, pokoknya makanannya harus dihabisin! Kalo perlu harus nambah!" Ujarnya yang tidak mau dibantah oleh Seno.
Seno yang melihat keseriusan dimata Reno itu, merasa tidak enak jika tidak menuruti. Apalagi ini juga untuk kebaikannya. Terpaksa Seno memakan makanannya hingga...
Huekk huekk...
Reno terkejut ketika melihat saudaranya itu hampir saja memuntahkan makanannya. Dengan satu gerakan dia langsung meraih gelas airnya dan memberikannya kepada Seno.
"Gue udah nggak bisa, perut gue rasanya udah penuh..." Ucap Seno dengan mata yang berair efek dari rasa mual nya tadi.
"Ya udah, gue minta maaf ya..." Ujar Reno sambil mengusap punggung saudara kembarnya.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Atmadja's Twin Sons (End)
Teen Fiction♔ TRANSMIGRATION KING SEASON 2 ♔ Hidup dengan memiliki segelintir harta tidak menjamin seseorang akan hidup bahagia. Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Dibalik semua yang tampak sempurna, pasti akan ada setitik cela disana, begitupun sebaliknya. ...