2. Badmood

133 12 1
                                    

"Selingkuh?" Hasta menoleh menatap Sofia dengan kerutan di kening.

"Heem. Pernah nggak? Kalau pun pernah pasti juga nggak akan ngaku sih, ya. Haha." Sofia tertawa hambar.

Hasta tersenyum sembari melihat kaca spion samping. "Pernah nggak ya...." Hasta menjawabnya ambigu.

"Pernah kan? Nggak mungkin cowok seperti Kak Has tu nggak ada yang deketin. Pasti banyak cewek yang ngejar-ngejar Kak Has kan?" Sofia menoleh bersamaan dengan Hasta yang juga menoleh dan mereka saling menatap beberapa detik.

"Kok Lo jadi kepo gitu sih, Sop?"

"Sop lagi. So-fi-a."

"Iya, Sof. Kenapa jadi kepo gitu. Mau nyari referensi ya, buat selingkuh dari Bara? Hayo, ngaku...," goda Hasta.

Sofia memukul lengan Hasta gemas. "Jangan ngaco Lo, Kak. Mana mungkin gue selingkuh. Gue itu orangnya setia. Buktinya gue bertahan sampai sekarang sama Bara," sesumbarnya merasa bangga.

Hasta terkekeh geli. "Yakin tuh! Jangan-jangan bukan kamu yang selingkuh. Tapi, Bara." Hasta melirik Sofia sekilas. "Kan kamu nggak tau tuh, si Bara ngapain aja di Malay. Apalagi ketemunya bisa dihitung jari dalam setahun."

Deg! Sialan.

Sofia merasa tertohok juga oleh ucapan Hasta barusan. Mungkin semua yang dibilang Hasta benar juga. Selama ini yang setia hanya dirinya. Selama ini Sofia percaya saja pada Bara, karena komunikasi mereka memang lancar. Tapi, tidak selancar dulu. Karena kesibukan masing-masing, waktu komunikasi dengan Bara selalu keseringan di malam hari.  Sedangkan siang, kebanyakan chat untuk saling mengingatkan untuk makan dan sholat.

"Kok jadi diem, Neng? Gue bercanda kali. Gitu aja langsung dipikirin." Hasta menatap wajah Sofia dengan perasaan tidak enak. Apalagi saat Sofia masih diem juga."Woy, Sop! Jangan marah dong." Hasta menyentuh lengan Sofia dengan jari telunjuknya.

"Apa sih, Kak!" Sofia menepis jari Hasta.

"Lo marah sama ucapan gue barusan? Gue nggak bermaksud kok. Gue cuma asal ngomong doang. Serius!" Hasta mengangkat tangannya dan jarinya membuat V sign.

Sofia menggelengkan kepalanya pelan. "Gue kepikiran juga, baru sadar aja gitu," jelasnya dengan suara lesu.

Hasta menggaruk tengkuknya karena merasa nggak enak pada sepupunya karena omongan dia yang asal tadi. Sebenarnya tidak asal juga. Hanya saja, Hasta juga merasakan hubungan LDR itu bagaimana. Rasanya nggak enak. Apalagi Hasta tau bagaimana rasanya surga dunia dengan cara bercinta.

"Mau kemana nih? Kita udah keliling, tapi Lo diem aja," tegur Hasta.

"Ke minimarket deh. Gue mau beli perlengkapan mandi."

"Oke, siap, Mam." Hasta langsung melajukan mobilnya menuju minimarket yang terdekat.

Sesampainya di minimarket, Sofia benar-benar hanya membeli perlengkapan mandi, mulai dari sabun, shampo, pasta gigi, pembersih lantai dan banyak lagi. Sedangkan Hasta sibuk di bagian makanan. Pria itu ingin membeli makanan ringan untuk dirinya sendiri dan Sofia tentu saja.

Sofia mengantri di kasir, karena dirinya merasa kalau yang diambil sudah cukup. Begitu pula Hasta yang ikut mengantri di belakangnya.

Saat kasir bicara soal total belanja, Hasta memberikan kartu debitnya. Tetapi ditolak oleh Sofia.

"Ih, jangan ngaco Kak. Simpen nih." Sofia mengembalikan kartu Hasta dan mengeluarkan kartunya sendiri.

Sebenarnya Hasta sudah memaksa tetapi Sofia lebih cepat dan meminta kasirnya untuk memakai kartunya. Meskipun harus berdebat sedikit.

SIMPANAN SEPUPU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang