4. Party 💋

258 13 2
                                    

*long time no see 😄

Enjoy

[]

Besok sudah weekend, maminya Sofia sudah tidak sabaran meminta Sofia untuk pulang ke Jakarta bareng Hasta. Padahal hari juga masih sangat pagi.

"Ya, Sof, kamu pokoknya harus pulang. Mami kangen."

Sofia hanya mengangguk menimpali maminya dari panggilan video yang sedang berlangsung.

"Kok manggut-manggut aja sih. Jawab dong!"

"Mi, aku nggak bisa janji. Aku itu disini belum ada sebulan. Bahkan baru semingguan. Kerja aja baru masuk 3 hari. Masih banyak yang perlu aku urus disini. Mungkin Minggu depan baru Sofia bisa pulang." Sofia memasang wajah memelas pada maminya.

"Lho, kok jadi mundur. Emang apa sih yang kamu butuhkan lagi? Tinggal bilang nanti mami yang urus."

Sofia hanya bisa menghela napas panjang kalau maminya mulai mengaturnya. "Aku harus berangkat nih, Mi. Nanti siang sambung lagi ya. Dah Mami, muach."

Sofia langsung memutuskan panggilan video dan bergegas keluar kosan. Seperti biasa Hasta sudah menunggu di depan. Bibir Sofia tertarik kebelakang.

"Gue berasa kek punya supir pribadi deh," ucap Sofia pada Hasta yang hari ini tidak kalah tampan dari hari sebelumnya. Sembari naik ke mobil.

"Ya ... Anggap aja gitu. Gue sih nggak apa-apa. Yang penting UMR." Hasta terbahak.

Sofia mendelik sebal. "Duit Mulu otak Lo, Kak. Padahal gue yakin gaji Lo lebih gede dari gue yang cuma kroco. Belum tunjangan lainnya."

"Tapi semuanya bukan gue yang pegang," ujar Hasta tiba-tiba.

"Mbak Nada? Lo kasih semua ke istri Lo?"

Hasta mengangguk mantap. "Gaji full Nada yang pegang, tunjangan sebagian aja. Karena sebagian lagi buat gue bertahan hidup selama disini," jelasnya.

"Hmm... Enak banget ya. Nggak kerja tapi gajian, hahaha." Sofia hanya bergurau. Karena ia tahu betul bagaimana kodrat perempuan yang sesungguhnya.

"Belum rasain aja, Lo. Nanti kalau nikah sama Bara, Lo mending tetap kerja. Dari cerita Lo waktu itu, kayaknya Bara bakalan bagi-bagi gajinya. Bukan ke Lo doang." Hasta melirik Sofia yang memajukan bibirnya. Entah mengapa Hasta rasanya gemas melihatnya, dan refleks langsung mencubit bibir Sofia.

"Duh, apa sih, Lo. Bibir gue dicomot." Sofia mencubit lengan Hasta yang kekar.

"Gemes gue sama Lo. Eh, besok gue nggak pulang. Karena ada urusan, gue udah bilang sama Nada juga, kemungkinan Minggu depan baru balik. Lo balik ke Jakarta nggak?" Hasta kembali menoleh ke Sofia. Yang tiba-tiba menghela napas.

"Itu dia. Mami minta gue pulang. Tapi, masih banyak keperluan kos yang belum gue beli. Kamar gue masih kosong banget. Udah gitu Senin pagi gue ada jadwal meeting, capek banget pasti bolak-balik begitu," jelas Sofia.

"Yaudah, kasih pengertian aja ke mami. Lama-lama juga paham."

"Ya mudah-mudahan deh."

~^°°^~

Menjelang makan siang, ponsel Sofia yang bergetar dengan panggilan dari nomor internasional yang asing. Namun, Sofia tahu itu siapa, ya siapa lagi kalau bukan Bara. Karena setelah beberapa hari lalu tidak ada kabar sama sekali, tiba-tiba Bara mengirim email dan melakukan panggilan video melalui laptop. Menjelaskan kalau ternyata dugaan Sofia salah. Karena yang terjadi sebenarnya, ponselnya rusak. Jatuh dan layarnya menggelap.

SIMPANAN SEPUPU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang