BAB 12 : KETEGANGAN BARU

30 28 0
                                    

Pagi itu di SMA Gemilang Cendekia terasa sedikit berbeda. Raka Aditya bangun dengan semangat baru, siap untuk menghadapi hari yang penuh aktivitas dan tantangan. Meskipun hari itu sepertinya akan menjadi hari biasa, Raka merasa ada sesuatu yang akan berubah.

Raka memutuskan untuk memulai harinya dengan sarapan cepat di kafe terdekat sebelum berangkat ke sekolah. Ia tiba di kafe dan melihat Livia sedang duduk di meja dekat jendela, membaca buku. Raka merasa senang melihat Livia tampak nyaman dan tenang.

“Selamat pagi, Livia!” sapa Raka sambil mendekat.

Livia menoleh dan tersenyum. “Pagi, Raka. Gue baru mulai baca buku ini. Jadi, pagi ini cukup tenang.”

Raka duduk di seberang meja dan memesan sarapan. “Gue pikir pagi ini gue bakal ngikutin lo dan baca buku juga. Gue butuh waktu tenang buat nyiapin diri sebelum hari yang sibuk.”

Mereka mengobrol ringan selama sarapan, dan Raka merasa bahwa Livia semakin terbuka dan nyaman di sekelilingnya. Suasana pagi itu penuh dengan energi positif, dan Raka merasa semakin yakin dengan hubungan mereka.

Setelah sarapan, mereka pergi ke sekolah dan menjalani rutinitas seperti biasanya. Namun, hari itu, Raka merasa ada ketegangan di sekitar sekolah. Teman-teman Genk Keren tampak lebih serius dari biasanya, dan Raka merasakan adanya pembicaraan yang tampaknya serius di antara mereka.

Saat istirahat, Bima mendekati Raka dengan ekspresi khawatir. “Raka, ada yang perlu lo tau. Ada kabar tentang salah satu proyek yang kita kerjakan. Ada masalah yang cukup besar dan kita harus segera ngatasin ini.”

Raka merasa cemas. “Masalah apa, Bim? Apa kita perlu bantuan?”

Bima mengangguk. “Kita butuh bantuan dari semua orang. Ada deadline yang mendekat, dan beberapa anggota tim kita terlibat dalam masalah pribadi yang bikin mereka sulit untuk fokus.”

Raka merasa berat hati. “Oke, kita harus segera cari solusi. Gue bakal kumpulin Genk Keren dan kita diskusiin masalah ini.”

Raka mengumpulkan Genk Keren di ruang rapat sekolah. Mereka semua tampak serius saat Raka menjelaskan situasinya. “Teman-teman, kita punya masalah besar dengan proyek ini. Beberapa dari kita menghadapi tantangan pribadi, dan kita perlu solusi cepat.”

Dika, salah satu anggota Genk Keren, mengangguk. “Gue paham. Mungkin kita bisa bagi tugas lebih merata dan nambah jam kerja kita buat nyelesaian proyek ini.”

Andi menambahkan, “Gue setuju. Kita harus kompak dan saling bantu. Kita bisa atur jadwal tambahan dan pastiin semua orang terlibat.”

Raka merasa lega melihat dukungan dari teman-temannya. “Gue setuju. Kita harus berusaha keras dan pastiin proyek ini selesai tepat waktu. Gue bakal ngurus jadwal tambahan dan pastiin semua orang tahu apa yang harus mereka kerjain.”

Setelah diskusi, Genk Keren mulai bekerja keras untuk menyelesaikan proyek. Raka merasa bangga dengan kerja sama dan dedikasi dari teman-temannya. Mereka bekerja lembur dan membagi tugas dengan efisien, berusaha memastikan semua aspek proyek tertangani dengan baik.

Sementara itu, Livia merasa cemas melihat Raka yang sibuk dan stres. Dia memutuskan untuk memberi dukungan dengan cara lain. “Raka, gue lihat lo lagi banyak kerjaan. Gue bisa bantu apa aja?”

Raka tersenyum lelah. “Makasih, Livia. Sebenernya, yang bisa lo bantu sekarang adalah tetap ada buat gue. Dukungan lo udah bikin gue merasa lebih baik.”

Livia mengangguk. “Gue akan ada di sini buat lo. Kalau lo butuh sesuatu, jangan ragu buat bilang.”

Raka merasa lega karena Livia ada di sampingnya, memberikan dukungan emosional yang dibutuhkannya. Meskipun hari-harinya sibuk dan penuh tantangan, dukungan Livia membuatnya merasa lebih kuat dan termotivasi.

Setelah beberapa hari kerja keras, proyek akhirnya selesai dan siap untuk diserahkan. Raka merasa bangga dengan pencapaian mereka dan berterima kasih kepada teman-temannya dan Livia atas dukungan mereka.

Di malam hari setelah penyelesaian proyek, Raka dan Livia memutuskan untuk merayakannya dengan makan malam di restoran favorit mereka. Mereka duduk di meja yang sama seperti sebelumnya, merasa lebih ringan dan bahagia setelah melewati masa-masa sulit.

“Gue senang banget proyek ini akhirnya selesai. Terima kasih banyak atas dukungan lo, Livia. Gue bener-bener menghargainya,” kata Raka sambil tersenyum.

Livia tersenyum kembali. “Gue senang bisa bantu. Gue juga senang bisa ada di sini bareng lo, terutama di saat-saat sulit seperti ini.”

Mereka melanjutkan makan malam dengan berbicara tentang pencapaian mereka dan merencanakan aktivitas yang ingin mereka lakukan di masa depan. Raka merasa bahwa hubungan mereka semakin kuat dan bahwa mereka bisa menghadapi tantangan bersama.

Ketika malam semakin larut dan mereka berpisah, Raka merasa puas dengan kemajuan yang telah dicapai. Dia tahu bahwa mereka telah menghadapi banyak tantangan, tetapi dengan dukungan dan kerja keras, mereka berhasil melewati semuanya.

---

Bersambung...

CINTA TERSEMBUNYI DI BALIK SENYUMAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang