MALAM HARI🌑
Pintu itu mulai terbuka lebar, menampilkan seorang pemuda yang berdiri disamping pintu.
"Saya pikir, kamu tidak akan datang," gumam Wardhana terkekeh sinis.
Pemuda itu mulai memasuki ruangan dan berdiri tepat dihadapannya. Matanya mulai melesat kepada pria tua yang sedang merokok dikursinya.
"Apa yang ingin lo sampaikan!?" desaknya membuat pria tua itu tertawa villain.
"Sabarlah... kenapa kau menjadi sangat arogan dan kasar kepada seorang pria tua yang sudah membesarkanmu?" ucapnya membuat pemuda itu mengepalkan tangan.
"Jangan banyak bacot! cepat katakan, apa yang lo inginkan!" desaknya.
"Lihatlah..." pintahnya memberikan sebuah foto.
Gadis muda yang cantik memakai seragam putih abu-abu sedang berfoto bersama seseorang pemuda yang sangat tidak asing wajahnya.
"Kenapa wajah ini mirip sekali dengan Deka?" tanya Wahyu.
"Menurutmu... siapakah pemilik dari wajah pemuda itu?" tanya Wardhana terkekeh sinis.
"Om kade?" jawabnya membuat Wardhana tertawa villain.
"Ya! tepat sasaran," serunya.
"Lalu kenapa?" tanya Wahyu.
"Dasar anak bodoh!" batinnya mencemoh.
"Saya akan memberitahu rahasia mereka berdua, ucapnya membuat Wahyu menyipitkan matanya.
"Maksud lo? rahasia?"
"Kamu tau Sanjaya? dulu dia adalah sahabat karibku, bahkan kami selalu bersama sejak berumur 5 tahun, sampai lulus kuliah," ungkapnya.
"Lalu?"
"Saya pernah menyukai seorang gadis, dan dia selalu mendukung agar saya berani menyatakan perasaanku kepada gadis itu..."
"Saya tidak mengetahui bahwa dia ternyata menyukai Sanjaya. Hanya saja... Sanjaya tidak ingin memberitahu, karena menjaga perasaan sebagai seorang sahabat," sambungnya.
"Saya selalu bertanya kepada Sanjaya dan bercerita mengenai ibu kalian, saya selalu bertanya kepada Sanjaya bagaimana mendekati seorang wanita,
sampai tiba saatnya saya melamarnya, awalnya dia tidak mau entah karena apa tapi kedua orang tuanya memaksa untuk menerima lamaranku," sambungnya."Saya tidak peduli, jika orang tuanya gila harta. Sampai akhirnya... dia setuju karena paksaan dari orang tuanya membuat saya sangat senang dan bahagia," sambungnya...
"Sampai akhirnya... tiba pernikahan kami, disitu hubunganku bersama Sanjaya masih sangat baik bahkan saya berutang budi kepadanya karena sudah membantuku mendapatkan hati gadis yang sangat kudambakan," sambungnya...
"Setelah pernikahan... malam pertama itu tidak berjalan dengan baik, dia tidak menyukaiku, entah sebab apa," sambungnya.
"Dia meminta agar tidak disentuh karena masih canggung dengan pernikahan ini membuat hatiku terasa sakit, namun tidak apa. Saya selalu mengerti mengenai perasaan wanita, sebagai pria sejati, saya akan mendapatkan hatinya dengan cara lembut dan dia dapat mencintai saya dengan tulus," sambungnya.
"Beberapa bulan kemudian dia masih sama dan tidak mau disentuh olehku, dia belum bisa membuka hatinya untukku, namun... entah mengapa saya tidak bisa marah, ataupun memaksa, takutnya dia tertekan dan menbenci saya..." sambungnya panjang lebar.
"Saat itu... saya tidak sengaja melihatnya sangat akrab dengan Sanjaya, saya tetap positif thingking tidak munkin mereka berselingkuh dibelakangku. Semakin hari... saya sering melihat kedekatan keduanya membuat saya merasa curiga," ungkapnya.
"Semakin hari kedekatan mereka semakin kelihatan membuatku merasa sangat cemburu dan tidak kuat dengan kedekatan mereka. Perlahan lahan saya mulai melarangnya untuk mendekati pria, karena dia sudah bersuami sekarang. Namun, dia tetap membantah dan memarahiku..." sambungnya.
"Saat itu... saya mendapati foto ini ditasnya, saya amat sakit hati. Kenapa dia bisa berfoto sangat akrab dengan Sanjaya dengan senyumannya yang manis sekali, saya datang menemuinya dan memberitahu apa maksudnya masih menyimpan foto ini..." sambungnya.
"Perlahan-lahan saya mulai berubah menjadi pemarah dan agak kasar, munkin karena takut kehilangan, saya pun menyuruh mata-mata untuk mengawasi mereka berdua, hingga mereka ketahuan berselingkuh..."
"Itukah ibu yang baik?" ucap Wardhana tersenyum miring.
"Katakan! itukah yang dinamakan ibu yang baik!?" teriaknya membuat Wahyu terdiam.
"Hanya diam? seharusnya saya menceritakan ini sejak dulu," gumamnya.
"Lo pikir gue bakal percaya?" ucap Wahyu tersenyum miring.
"Kau tidak percaya?"
"Gue tahu niat busuk lo," kata Wahyu.
Wardhana tertawa villain membuat pemuda itu menatapnya dengan tajam.
"Bantu saya membalaskan dendam, maka perempuan itu akan baik-baik saja," ucapnya membuat emosi pemuda itu naik.
"Dengar tua bangka! jangan berani mengusik hidupnya. Kalau sampai lo sentuh dia, gue gak akan segan-segan buat ngebunuh lo!" ancamnya menarik kerah baju Wardhana.
"Anak singa sedang marah," gumamnya membuat pemuda itu semakin mencekram kerah bajunya.
Wahyu kemudian melepaskan cengkaramannya dengan kasar dan hendak mau keluar dari ruangan itu.
"Jika kau tidak ingin menuruti perintahku. Lihat saja, akan kulakukan sesuatu yang membuatmu akan menyesal dimasa depan," ucapnya membuat langkahan kakinya terhenti.
"Lo pikir gue takut sama lo?" ucapnya sambil tersenyum miring.
"Suatu hari kau akan menyesal," ucap Wardhana tapi tidak dihiraukan olehnya.
•••
BERSAMBUNG...
VOTE☆☆☆
THANK U💐
NEXT>>>
HAPPY ENJOY!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
DEWARA THE SERIES (On Going)
Teen Fiction(TAHAP REVISI) Menyukai salah satu dari hambamu... apakah kami dapat dipersatukan? Atau akan berpisah karena berbeda keyakinan? Tak ku sangka, kita menyukai gadis yang sama. Lantas? Apakah saya harus mengalah? Dan membiarkanmu hidup bersamanya? Sang...