Hari-hari berlalu berubah menjadi minggu, dan Sana masih belum bisa berbicara dengan Tzuyu. Setelah malam itu, Sana sudah berulang kali mencoba untuk menghubunginya, tapi selalu gagal. Dia bahkan mencoba pergi ke unit apartemen Tzuyu, tetapi dia tidak ada di sana. Dengan hati yang berat, Sana menghela napas panjang.
"Sepertinya aku harus menunggu sampai dia membutuhkan aku lagi." Pikirnya sambil menatap kosong ke layar ponselnya.
"Sana, kau dipanggil," Nayeon menyikutnya, karena Sana tampak tidak seperti biasanya.
Nayeon juga sedikit khawatir melihat wajah Sana yang pucat sejak awal dimulainya acara kelulusan mereka.
"Kau baik-baik saja? Kau kelihatan sakit, Sana. Kau bisa minta izin kalau merasa tidak enak badan—"
"Tidak, aku baik-baik saja. Terima kasih Nayeonnie." kata Sana dan memberikan senyum paksa kepada temannya sebelum menuju ke panggung.
Namun, tepat sebelum dia mencapai orang yang akan menyerahkan ijazahnya, pandangannya menjadi kabur dan sebelum dia tahu apa yang terjadi, semuanya menjadi gelap.
***
Sana terbangun dari tidur yang terasa seperti tidur terpanjang yang pernah dia alami sejak ibunya jatuh sakit.
Mungkin ini memang tidur terpanjang yang dia dapatkan. Tampaknya tubuhnya memutuskan untuk memaksanya beristirahat sejenak untuk memberi dirinya jeda.
"Sana-yah... Bagaimana perasaanmu?" tanya Nayeon dengan lembut.
"Apa yang terjadi? Kenapa aku di sini?" Sana bertanya tanpa henti.
Dia bahkan mencoba bangkit, tetapi Nayeon menahannya.
"Pelan-pelan. Kau pingsan tadi, dan dokter bilang itu karena kelelahan. Kau butuh istirahat, Sana-yah..."
"Sekarang jam berapa?"
"Sudah jam 7:30 malam—"
"Oh, astaga! Aku masih punya sesuatu yang harus dilakukan—"
"Yah! Tolong istirahat dulu. Lihat dirimu, kau terlihat seperti zombie! Akhir-akhir ini aku perhatikan kau sering melamun. Aku khawatir, Sana-yah, tolong istirahat."
Nayeon tahu betul bahwa sahabatnya sedang melalui masa-masa sulit akhir-akhir ini, dan itu dimulai saat ibunya jatuh sakit. Sana menghela napas panjang dan memberikan senyuman menenangkan kepada sahabatnya.
"Sini, berikan tasmu." kata Nayeon sambil membantu Sana untuk berdiri.
Asrama mereka tidak terlalu jauh dari klinik, jadi mereka memutuskan untuk berjalan kaki. Saat mereka berjalan, Nayeon memperhatikan bahwa Sana sangat diam, dan sebagai Nayeon yang selalu ceria, dia memutuskan untuk memecah kesunyian.
"Sana..."
"Yah! Sana!" Nayeon memanggil perhatiannya lagi karena Sana tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri.
"Hah?" Sana melihat ke arah Nayeon.
"Kenapa kau tidak pergi ke rumah sakit? Mungkin kau butuh pemeriksaan?" kata Nayeon.
Alis Sana mengernyit karena saran sahabatnya. Dia tahu bahwa dirinya baik-baik saja, dan alasan kenapa dia pingsan tadi adalah karena kelelahan. Dia memang kesulitan tidur akhir-akhir ini karena berbagai pikiran yang memenuhi benaknya ditambah dengan tugas sekolah yang harus dia selesaikan sebelum hari kelulusan.
Sana bersyukur bahwa ibunya sekarang sudah melewati masa kritis dan sudah keluar dari rumah sakit. Selama seminggu terakhir, dia dan ayahnya sibuk merawat ibunya, dan mungkin itulah salah satu alasan kenapa dia selalu merasa lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Owned You
Fanfiction⚠️ Warning Mature Content ⚠️ Sana harus membayar hutang yang dibuat oleh ayahnya kepada perusahaan milik Tzuyu.