Langkah kaki yang begitu cepat menghampiri salah satu meja dan membanting tumpukan berkas.
Brukk..,
"Emma! Laporan macam apa ini? Kamu main-main dengan saya?" Suara lantang itu memenuhi suasana ruangan office yang tadinya hening dan hanya suara ketikan keyboard.
Seseorang yang dipanggil Emma tersebut terkejut dengan sedikit takut. Tangannya segera beralih untuk memegang berkas tersebut dan melihat ada kesalahan apa yang sudah dia lupakan.
"Maaf bu, ini kesalahan saya dan akan segera saya cek kembali. Saya akan pastikan semua data
benar." Kata Emma yang segera menjawab dengan"Kesalahan seperti ini tidak boleh terjadi! Kita punya tenggat waktu yang ketat. Laporan ini sangat penting untuk Rapat Besok," serunya dengan nada tinggi, terlihat jelas kekesalan di wajahnya.
"Siap, Bu. Saya mohon maaf. Saya akan memperbaikinya secepatnya dan pastikan laporan ini tepat waktu," jawab Emma dengan suara bergetar, berusaha menjaga ketenangannya.
"Jangan sampai salah lagi! Jam 2 siang nanti kumpulkan ke meja saya!" Ucapnya dengan nada tinggi dan menatap Emma dengan kesal.
"Siap bu, terima kasih atas kesempatannya." Emma pun menuntaskan nya dengan rendah diri.
Lalu orang tersebut kembali dan suasana kembali hening. Namun tak selang lama mungkin menunggu orang tersebut benar-benar pergi.
Orang-orang berbondong-bondong mendekati Emma untuk mencari tahu hal yang terjadi tadi.
"Ada apa? Apa ada masalah?" seru para karyawan lainnya itu.
Emma-pun tidak menggubris penasaran para karyawan dan membaca berkas yang diserahkan oleh orang yang marah tadi.
"Tidak, tapi ada kesalahan," Ucap Emma dan menutup berkas tersebut dengan tegas.
"Hah?" Seluruh karyawan pun kebingungan.
"Kesalahpahaman disini," kata Emma yang memasang wajah kesal namun dengan tindakan mencoba untuk tenang.
Semua orang yang ada di ruangan tersebut terheran dengan ucapan yang dikatakan Emma.
"Apa sih? Gak jelas!" Sinis salah satu orang dari kejauhan yang tidak tertarik dengan keributan tadi.
Lalu Emma beranjak berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri salah satu meja lalu berkata,
"Kesalahpahaman yang dibuat oleh bagian tim warehouse!"Kemudian Emma menaruh berkas tersebut di meja pekerja di bidang warehouse namun bukannya segera ambil tindakan alah asik main game dan mendengarkan musik.
"Kamu, kenapa data pengiriman kemarin tertulis dengan tanggal sekarang? Tolong diperbaiki!" Ucap Emma dengan suara lantang karena kesal kesalahan orang lain harus dirinya yang menerima.
Lalu orang itu membuang berkas tersebut ke lantai karena tidak peduli.
"Ah, sudahlah! Biarin saja, itu bukan urusan saya," jawabnya sambil terus asyik dengan permainan
di ponselnya."Hah, bukan urusanmu, lantas urusan siapa, bagian Purchasing?" Kata Emma yang mulai frustasi.
"Kenapa bukan kamu aja yang ngerjain? Bikin nambah pekerjaan saja!" Jawabnya yang tidak mau ambil pusing.
"Kalau kamu ngomong gitu, seolah aku yang menyuruh mu untuk mengerjakan pekerjaan ku!" Lawan Emma yang tidak ingin dianggap menyuruh orang lain mengerjakan pekerjaan nya.
"Males banget ngerjain beginian," Ucap orang itu yang tak mau menggubris pekerjaan tersebut.
"Kalau malas gak usah kerja! Resign sana!" Tegur Emma dengan kesal dan sangat frustasi menghadapi orang itu.
"Kalau resign nanti gak dapat pesangon. Aku emang sengaja biar bisa di pecat!" Jelas orang itu seolah-olah apa yang dia pahami sudah benar.
"Kalau dipecat karena kamu makan gaji buta, buat apa perusahaan bayar kamu! Kecuali dipecat karena ingin mengurangi karyawan." Jelas Emma yang mengoreksi kesalahpahaman orang itu.
"Kamu pikir apa gunanya kartu hijau karyawan ada?" Ucap orang itu dan telunjuk di tangan kanannya menekan dahi seolah menyuruh Emma untuk mikir.
"Kamu baru bekerja disini 1 tahun aja sudah ngeluh, trus diajak ngobrol malah beralih kemana-mana. Cepat kerjakan!" Kesal Emma dan mulai kembali ke topik awal lagi.
"Heh! Kalau bener, yang dipuji nanti juga kamu. Buat apa aku benerin, mending kamu aja!" Kata orang itu yang udah beneran males menggubris.
"Kalau kamu mau dipuji, dari awal kamu yang mengumpulkan ke supervisor kenapa harus lewat aku?" Tanya Emma yang mengingat kembali kejadian beberapa saat lalu.
"Ya kan kamu asistennya," sindir orang itu dengan kesal namun tetap fokus main gamenya.
"Ya beliau tidak bisa marah ke departemen lain, kalau ada kesalahan apapun tentu saja admin nya yang kena omel!" Jelas Emma yang sungguh-sungguh geram.
"Yaudah kamu saja yang benerin!" Ucap orang itu dengan entengnya.
Melihat sikap itu, Emma merasa semakin frustasi. "Ini memang bukan hanya urusanmu, tapi ini pekerjaan kamu! Kalau kamu tidak bertanggung jawab, semua akan terpengaruh."
Suasana di sekitar mulai tegang. Beberapa rekan kerja yang mengamati dari jauh mulai berbisik
satu sama lain. Mereka semua tahu bahwa Emma adalah sosok yang sangat berdedikasi, tetapi ia
juga dikenal sebagai sosok yang sensitif."Sudah, Emma. Jangan terlalu dipikirkan. Mungkin dia sedang stres," sahut salah satu rekan kerja
yang merasa perlu menengahi."Stres? Dia hanya asyik dengan permainannya!" Emma menjawab dengan nada marah.
"Kalau ini terus berlanjut, bisa-bisa kita semua yang akan mendapat masalah." ucap salah satu karyawan lainnya yang takut kalau mereka juga kena kemungkinan karena tidak melerai mereka.
"Haishhh! Oke, biar aku yang kerjakan. Tolong kirimkan soft filenya ke aku!" Kesal Emma dan gak mau meladeninya lagi sambil melihat jam.
"Gitu kek dari tadi, ribet banget jadi orang. Tinggal ganti tanggal doang, pakai ganggu gue main game segala," namun orang itu malah mengoceh dan berhenti main game untuk segera mengirim yang sesungguhnya itu merupakan pekerjaan orang itu.
"Sudah?" Ucap Emma dengan menyilangkan kedua tangannya dengan kesal.
"Sabarlah," Kata orang itu yang mengira bahwa Emma menanyai soal soft file sudahkah dikirim atau belum.
"Maksudku sudah belum ngocehnya?" Jelas Emma mengubah kesalahpahaman itu.
"Ihss, sensi banget sih jadi cewek! Dah tuh gue kirim lewat chat!" Kata orang itu dengan kesal dan segera mengirim soft file nya!
"Oke, sama-sama!" Ucap Emma dan segera menurunkan silangan tangannya kemudian mengambil berkas yang tadi dijatuhkan oleh orang itu.
"Kok sama-sama? Harusnya gue yang ngomong gitu!" Kata orang itu yang kesal.
"Maaf, ternyata tidak ada cermin ya?" Ucap Emma yang segera berdiri dan menatap jendela dengan menyentuh pipi kanannya menggunakan telapak tangan kanan.
"Hah? Apa sih tiba-tiba ngomongin cermin ke jendela, benar-benar gak waras?" Ucap orang itu dengan menganggap Emma gila namun seperti nya karyawan lain memahami nya dan tertawa.
Lalu Emma kembali ke meja kerjanya dan mulai mendownload soft-file yang dikirim lewat chat. Lalu Emma mulai mengerjakan segera.
Segera orang dari team warehouse itu sadar apa yang dimaksud Emma pada kalimat terakhir tadi.
"Dasar!" Ucapnya dengan kesal.
Seluruh karyawan sedikit kesal sama tindakkan Emma yang kurang dewasa. Tapi mereka lebih kesal sama orang bagian warehouse yang santai dan main game namun selalu digaji dengan adil.
Mereka merasa sedikit demi sedikit juga merasakan kesal sama seperti yang Emma rasakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Balancing Acts in the Office "The Realities Behind It"
No Ficción#UPDATE SETIAP JUMAT JAM 8 MALAM Tgl. 24 Januari 2025 (Update kembali) Di tengah hiruk-pikuk dunia korporat, pasti ada berbagai hal kejadian menarik dan mungkin sering dijumpai oleh para kaum korporat. Bahkan mereka memiliki bahasa atau komunikasi...