(14)

788 96 5
                                    

Happy reading
Jangan lupa vote sebelum baca

*
*
*
Hari-hari bersekolahnya terasa begitu menyenangkan. Dalam kurun waktu seminggu, Calle sudah dikenal banyak orang sebagai siswa yang cerdas dan juga ramah. Wajah ceria yang selalu bocah itu tebarkan, benar-benar membuat orang lain merasa nyaman berada di dekatnya. Meskipun begitu, tentu saja ada sebagian orang yang tak menyukai keberadaan Calle.

"Wah-wah, lihat siapa ini?" Calle yang baru saja meletakkan jas praktek di loker pun menoleh. Ia mengernyit heran melihat keberadaan tiga orang siswi yang berada di sana.

"Kenapa kalian di sini? Ini 'kan loker khusus laki-laki," tanya Calle bingung.

Salah satu siswi itu mendekati Calle. Tangannya menekan rahang lawannya dengan kuat. Sempat tertegun saat kulitnya merasakan betapa kenyal dan lembutnya pipi Calle. Namun, siswi itu segera kembali pada tujuan asalnya.

"Gue nggak suka basa-basi. Gue mau lo jauhin Jerry sama temen-temennya," ucap siswi itu dengan nada penuh penekanan.

Calle sedikit meringis merasakan perih pada kulit wajahnya. Ia menyentak tangan siswi itu membuat cengkeraman pada wajahnya terlepas.

"Kenapa aku harus jauhin mereka? Lagian kamu itu siapa, sih?" tanya Calle agak kesal.

Siswi itu melotot. "Lo nggak tau gue siapa? Baca ini!" Siswi itu menunjuk name tag miliknya.

"Calista Amadea A," ucap Calle membaca name tag siswi itu.

"Lo tau apa arti 'A' itu?" tanya Calista yang dibalas gelengan oleh Calle.

"A berarti Argalova. Gue cucu kesayangan keluarga Argalova, dan gue bisa aja tendang lo dari sekolah ini kalo nggak mau nurutin perintah gue," ancam Calista. Ia tersenyum melihat miring saat melihat Calle terdiam. Calista yakin bocah di depannya tak akan bisa membantah lagi sekarang.

"Mulut siapa itu? Berani-beraninya ingin mendepak seorang siswa dari sekolah ini."

Tubuh Calista dan kedua temannya menegang mendengar suara itu. Dengan gerakan patah-patah, ketiga siswi itu menoleh ke belakang. Keringat dingin membasahi tubuh mereka, begitu mendapati keberadaan Alex yang tengah menatap datar.

Tanpa mempedulikan ketiga siswi itu, Alex berjalan menghampiri Calle. Ia menatap lekat sahabat barunya itu, seolah tengah memastikan sesuatu.

"Kau baik-baik saja?" tanya Alex dengan nada bicara yang sedikit melunak.

"Tidak apa-apa. Alex sudah menunggu lama?" tanya Calle balik.

"Lumayan. Ayo pergi sekarang. Jerry pasti sudah menunggumu," ajak Alex yang langsung diangguki oleh Calle.

Alex merangkul pundak Calle dan membawanya keluar dari ruangan itu. Alex menghentikan langkahnya sejenak di samping Calista sambil membisikkan sesuatu.

"Dasar pembohong," bisik Alex yang berhasil membuat kedua tangan Calista terkepal erat.

Tanpa menghiraukan ketiga siswi itu, Alex berjalan santai bersama Calle. Ia membawa sahabatnya ke kafetaria, menemui Jerry dan yang lain. Calle melepaskan rangkulan Alex begitu mendapati kedua unclenya.

"Uncle Jean, Uncle Jemmy!" sapa Calle dengan senyum lebarnya.

Jemmy merentangkan kedua tangannya dan membawa Calle ke dalam pelukan. "Uh, Baby! Uncle sangat rindu padamu!" ucapnya sambil menggoyangkan tubuh sang keponakan ke kiri dan kanan.

Jean dan Jerry mendatarkan wajah mendengar ucapan Jemmy itu.

"Jangan berlebihan. Tadi pagi kalian bahkan berangkat bersama," cibir Jean. Ia menarik tubuh Jemmy hingga pelukannya terlepas. Kini gantian Jean yang memeluk tubuh kecil Calle, membuat Jemmy seketika mencibir.

Calle (Ganendra's Precious Boy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang