(19)

646 70 3
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca
Happy reading

*
*
*

Setelah menjalani perawatan intensif selama tiga hari, Calle akhirnya bisa kembali ke mansion. Matheo melarangnya pergi ke sekolah, setidaknya sampai empat hari ke depan. Si kecil tak bisa membantah, karena dia juga paham bagaimana perasaan Matheo setelah kejadian yang menimpanya.

Saat ini, Calle tengah mendapat kunjungan dari ketiga sahabatnya dan Jerry. Selain itu, hadir pula kakak Alex yang merupakan sahabat dari Si kembar Hans dan Rain. Setelah melakukan sedikit perdebatan dengan kedua kembar, Alfred akhirnya bisa ikut melihat bocah yang selalu menjadi buah bibir sahabat maupun ayahnya.

"Aku membawakanmu ringkasan pelajaran hari ini," ucap Alex sambil menyerahkan sebuah buku catatan pada Calle.

Sambil tersenyum, Calle menerima buku itu dengan senang hati. "Wah, terima kasih banyak, Alex. Maaf merepotkan."

"Bukan masalah," balas Alex.

Beny yang penasaran dengan sahabatnya yang mendadak rajin itu pun meminjam buku di tangan Calle. Ia membolak-balikkan setiap lembar yang berisi catatan dengan satu alis yang terangkat.

"Oi, ini bukan tulisan tanganmu. Siapa yang menulis ini?" tanya Benny, masih mengabsen deretan kata yang ada di buku itu.

"Aku membayar Si ketua kelas," jawab Alex dengan begitu santai, seolah tak masalah rahasia di balik tingkahnya terkuak.

Tatapan julid Alex dapatkan dari ketiga sahabatnya. Sedangkan Calle malah menganggukkan kepalanya sambil bergumam.

"Eum, jadi besok Calle harus berterima kasih pada ketua kelas. Maaf, ya, Alex. Ucapan terima kasihnya Calle potong setengah," ujar Si kecil dengan senyum manisnya.

Alex berdecih pelan mendengar ucapan Calle yang terkesan nyleneh itu. Ezra, Beny, dan Jerry tekekeh pelan, melihat wajah Alex yang muram setelah mendengar ucapan Calle barusan.

Dari sofa, kelima orang yang lebih tua menatap lima bocah itu sambil tersenyum. Melihat kedekatan yang hadir di antara kelimanya, membuat hati mereka terasa menghangat.

"Rupanya kehadiran Calle benar-benar berpengaruh besar pada mereka juga, ya," celetuk Hansel, yang disambut anggukan keempat orang lainnya.

"Kau benar. Sudah lama sekali aku tidak melihat ekspresi lain di wajah Alex. Kalian tau, bukan? Sejak kejadian tahun lalu, dia begitu menutup diri sampai tidak mau bersekolah lagi." Alfred tersenyum tipis saat melihat adiknya mulai tertawa bersama teman-temannya.

"Apa kasus itu belum mendapat jalan terang?" tanya Jean.

Alfred menggeleng pelan disertai desahan frustasi yang keluar dari bibirnya. "Aku dan Daddy sudah berusaha untuk mengusut pelakunya, tapi tanpa kesaksian dari Alex, hal itu menjadi semakin sulit untuk dilakukan. Terlebih Alex sama sekali tidak ingin membicarakan kejadian itu lagi."

Hening meliputi, tepat setelah Alfred menyelesaikan ucapannya. Hansel menepuk pundak sahabatnya, berniat menenangkan. Sebagai sahabat, mereka pun turut prihatin terhadap kejadian yang telah menimpa Alex tahun lalu. Di mana remaja itu hampir menjadi tersangka dalam sebuah kasus pembunuhan di sekolah.

Diduga, siswi yang menjadi korban itu baru saja mengalami perundungan. Sampai sekarang, Alfred dan Lucky masih mencari tahu siapa yang menjadi pelaku perundungan tersebut. Mengenai Alex yang menjadi terduga, hal itu diasumsikan setelah beberapa orang berkata telah melihatnya di lantai yang sama dengan korban. Padahal, setelah kejadian itu, Alex mengalami trauma, hingga Lucky harus menarik sang anak dari sekolah. Agaknya, Alex melihat pelaku yang telah menikam korban sebelum jatuh.

Calle (Ganendra's Precious Boy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang