(10)

1.2K 131 0
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca
Happy reading

*

*

*


"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Jean dengan penuh penekanan.

Bukan jawaban yang Jean dapat, melainkan sebuah bogeman sebagai balasan. Calle yang masih berada di sana semakin mengeraskan tangisannya. Matheo dengan perlahan membenamkan wajah si kecil ke dadanya.

"Cup cup, Sayang. Papa di sini ... jangan takut." Matheo berusaha menenangkan putranya dengan membisikkan kata-kata penenang. Ia memilih kembali ke dalam untuk menenangkan sang putra dan menyerahkan urusan di luar pada Jeffrey.

"Astaga mereka ini," gumam Jeffrey frustasi dengan dua remaja yang malah berkelahi itu. Ia memerintahkan Jerry agar menyusul Matheo ke dalam.

"Jean berhenti!"

"Edwin stop!!"

Jeffrey dan Gio berteriak bersamaan. Masing-masing dari mereka memegang kedua remaja yang sama-sama tak mau mengalah itu.

Edwin menyentak tangan Gio kemudian menatap nyalang pada pemuda itu.

"Kenapa lo nggak bilang, kalo lo tau di mana Calle selama ini, hah?!" tanya Edwin dengan emosi, kemudian menoleh ke arah Jean. "Lo juga! Lo pembohong. Padahal lo tau tentang Calle, tapi lo bilang nggak tau apa-apa."

"Tenanglah anak muda. Kita bisa bicarakan ini baik-baik," lerai Jeffrey saat melihat Edwin hendak kembali memukul adiknya.

Kini mereka berkumpul di ruang tamu. Jemmy mengobati luka saudara kembarnya dengan telaten. Ia berkali-kali melirik sinis pada Edwin yang sudah membuat wajah kembarannya lebam.

"Ku pikir adek akan takut jika melihat wajahmu yang seperti itu, Uncle," celetuk Hans.

"Tentu saja, tapi itu lumayan juga. Jadi kita bisa bermain seharian tanpa gangguan Uncle Jemmy dan Uncle Jean," sahut Rain dengan nada menggoda. Sepasang kembar itu melakukan tos, sebelum akhirnya terkena lemparan obat merah dari Jean.

"Rain, Hans, kalian susul Jerry saja dan ikut dia temani Calle," usir Jeffrey pada kedua putranya.

Rain dan Hans tentu saja bersorak gembira. Mereka menyempatkan diri meledek kedua unclenya. Jemmy yang geram melampiaskannya dengan menekan luka Jean cukup kuat, membuat kembarannya itu meringis kesakitan.

"Baiklah, sampai di mana kita?" Jeffrey mengalihkan perhatiannya pada Edwin yang duduk di samping Gio.

"Mari kita mulai dengan sebuah perkenalan terlebih dahulu, sebelum pembicaraan ini dilanjutkan," tambah Jeffrey sambil tersenyum.

🐬🐬🐬

Matheo masih sibuk menenangkan sang anak yang tak kunjung berhenti menangis, meskipun kini hanya tersisa isakannya saja.

"Sudah, ya, dada Adek bisa sakit kalau terus menangis seperti itu," bujuk Matheo dengan sabar.

"Takut ... Adek takut, Papa," cicit Calle lirih sambil mencengkram erat kerah baju papanya.

"Sudah tidak ada yang perlu ditakutkan. Adek aman bersama Papa sekarang," hibur Matheo sambil mengusap pelan punggung sang anak.

Ketukan di pintu menarik atensi mereka. Setelah Matheo memberi izin, Rain, Hans, dan Jerry pun masuk.

"Adek, main ular tangga, yuk. Nanti yang kalah dicoret pake bedak," ajak Hans dengan antusias.

Calle (Ganendra's Precious Boy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang