He Care

104 4 0
                                    

Jadi, aku menyukai seorang cowok. Salah satu anggota Cyber yang dimana adalah sahabatku juga menyukai cowok ini, tapi aku mencoba menyimpan perasaan ini dalam-dalam. Daripada menimbulkan pertikaian mending aku simpan saja. Namanya Azam, dia juga ikut kok dalam perjalanan sekelasku ini.

Azam ini sangatlah sempurna dimataku. Hm, tentang hubungan pertemanan, kami juga cukup dekat. Dia selalu membuat diriku merasa percaya diri saat ia berada di dekatku. Ia juga kadang seperti memberi sinyal-sinyal perasaan kepadaku, hahaha. Tapi ya tidak tau juga, siapa tau aku hanya ke ge-er-an hehe.

Kembali lagi ke cerita perjalananku, saat kami sedang asyik ber-selfie di pantai Kuta tiba-tiba ada duri tajam menusuk kakiku. Lantas aku berteriak, jatuh dan merintih kesakitan. Azam orang pertama yang mendengar aku berteriak dan menolongku. Padahal saat itu jarakku dengan Azam agak jauh. Justru teman-teman yang ada di dekatku hanya diam kaget dan ngelihatin.

"Sel, sel, kenapa?" Azam menghampiriku dengan memasang ekspresi panik.

"Zam, ini...... aduh.......ah, sakiiit!"

"Apanya yang sakit?" tanya Azam dengan nada khawatir seraya memegang kakiku.

"Anu....itu...ka--kaki gue"

"Kaki lo kenapa?"

"Aww, sakit Zam!"

"Ohh, ini" sepertinya Azam sudah tau dimana sakit yang kumaksud. "Ini mah ketusuk duri, Sel. Duh, darahnya ngalir terus. Kita hotel aja ya" ia pun merangkul tubuhku dan membantu aku jalan menuju hotel.

***

Sesampainya di hotel Azam langsung lapor ke orang tua dan membawa aku ke kamarnya.

"Sel, ke kamar mandi dulu yuk gue tuntun. Kaki lo harus dicuci dulu biar ga tetanus"

Aku pun melamun, dan berbicara dalam hati. Azam kok care banget ya sama gue?

"Sel.... Grasel?"

"Ah iya. Ayo Zam, tolong gue ya"

"Iya pasti!"

Setelah kakiku dicuci tak lama kemudian salah satu orang tua datang dan membawa hansaplast, betadine, dan pinset.

Orang tua nampak panik dan cemas karena keadaanku. Tapi aku berusaha untuk terlihat tidak apa-apa karena aku tidak mau merusak suasana liburan ini.

"Gak apa-apa tan, biar saya aja yang ngobatin" tiba-tiba Azam menarik obat yang ada di tangan salah satu orang tua.

"Gak apa-apa nih, Azam yang ngobatin? Yaudah kalo gitu tante tinggal dulu ya"

"Iya tante" kemudian terdengar suara pintu tertutup yang itu tandanya salah satu orang tua tadi sudah keluar kamar.

Semakin kesini, aku semakin bingung dengan tingkah Azam.

Setelah sekian menit berlalu proses pencabutan duri, akhirnya bisa juga.

"Nah, kecabut juga durinya"

Hebat juga Azam, pikirku. Aku pun kaget.

"Hah? Udah kecabut? Demi apa?"

"Loh, emang gak kerasa ya, Sel?"

"Engga" jawabku polos. Mungkin efek aku melamun kali yaa.

"Huh, udah nih, Sel. Udah gue obatin yaa"

"Aduh ampun makasih banyak ya, Zam, gue gatau deh kalo gaada lo gimana" jangan bilang pipiku merona, karena aku sudah tahu pasti pipiku merona.

"No problem! Yaudah, lo tiduran aja dulu, kasur gue bersih hehe"

"Hmm...gak apa-apa nih?" lalu Azam mengangguk sebagai jawaban iya.

Akhirnya aku pun berbaring diatas kasur. Sambil tiduran aku pun berteriak dalam hati "INI BUKAN MIMPI KAN?!?!?!". Astaga, bayangkan diri kalian kalau jadi diriku saat ini. Bayangkan kalian dibantu oleh gebetan kalian sendiri.

"Yaudah Zam, lo balik aja lagi ke pantai, kasian nanti temen-temen pada nungguin lo" Azam tidak merespons ucapanku. Yang ada Azam langsung mengambil ponselnya dan menelpon Paang.

"Coy, gue gak balik ya ke pantai" ucapannya terdengar jelas di telingaku.

"Iya, gue mau nunggu Grasel dulu, oke?" mendengar perkataan Azam seperti itu, rasanya seperti mimpi. Aku pun melotot dan bingung ke arah Azam.

"Bilang anak-anak ya"

"Sip"

"Oke thanks a lot, bye!"

Setelah Azam menutup ponselnya, aku langsung bertanya ke Azam.

"Zam, kok lo nungguin gue sih? Gue bisa sendiri kok"

"Engga ah. Gue maunya nungguin lo"

"Ih yaudah. Tapi gue mau bobo ya"

"Yaudah bobo gih, gue juga bobo"

"Disini? Samping gue? Diih ogah"

"Engga lah, disini" seraya Azam menunjuk ke arah sofa oranye yang terletak bersebrangan dengan tempat tidur. Lalu ia menghempaskan diri ke sofa.

Tidur cepat merasukiku, mungkin karena efek masih lelah dengan perjalanan kemarin. Aku pun ikut tertidur sampai pada sore hari Paang masuk ke kamar dan berteriak

"BUSETTTT!!" lantas aku dan Azam terbangun.

"Apasih, Ang?" tanya Azam yang matanya masih kriyep-kriyep.

"Oh Grasel. Kirain siapa tidur disini" seketika Paang melihatku.

Karena tidak enak dengan Paang, aku langsung bangun dan beranjak pergi dari tempat tidur. "Zam, gue balik yaa ke kamar gue hehe"

"Iya, gue tuntun ya"

"Gausah, Zam. Gue bisa sendiri, kok"

"Oh.. oke" aku pun jalan keluar kamar dengan terpincang-pincang.

Would You Be My Girl?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang