V : ʙᴀɢɪᴀɴ ᴇɴᴀᴍ

137 55 16
                                    

⋆˚࿔ Lengah 𝜗𝜚˚⋆

һᥲ⍴⍴у rᥱᥲძіᥒg 💭

Pagi ini, suasana di meja makan yang berisikan empat orang itu benar-benar menegangkan bagi Jendra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini, suasana di meja makan yang berisikan empat orang itu benar-benar menegangkan bagi Jendra. Karena, setelah sekian lama ia akhirnya duduk kembali di tempatnya dan berhadapan dengan Jaegar yang benar-benar tak memberikan senyum apapun semenjak tiba di ruang makan.

"Mama mau ikannya?" Jendra meraih sebuah ikan goreng yang berada tak jauh darinya. Wanita itu menggeleng, "Nggak Jendra, Mama gak suka ikan," tolaknya.

Jendra mengangguk pelan, mungkin dirinya salah mengingat bahwa dulu Mamanya suka sekali ikan yang di dapat oleh Jaegar ketika memancing di sungai. Atau mungkin karena dirinya yang menawarkan, Luna menjadi tidak berselera dengan ikan.

"Kenapa? Mau?" Ucapan Jaegar barusan membuat Jendra mengalihkan pandangannya dari Natto yang kini sedang dimakan oleh kakaknya itu. Ternyata kebiasaan Jaegar masih sama hingga saat ini, pria itu masih menjadikan makanan tersebut menjadi menu sarapannya.

"Nggak," ujar Jendra lalu kembali memasukkan salad ke dalam mulutnya.

Jaegar yang mendengar respons Jendra hanya mengangguk pelan. Padahal, ia tahu, pasti Jendra ingin sekali mencicipi Natto-nya. Karena, Jaegar masih ingat bagaimana Jendra kecil yang selalu meminta sarapannya dan berakhir mual karena tidak terbiasa memakan makanan tersebut. Tapi, Jendra selalu meminta makanan itu meski hanya sesuap.

"Jaegar, hari ini kamu pergi menemani Katleen ke Bandung ya? Sekalian, kamu kenalan dengan keluarganya di sana," Luna membuka suara, membuat Jendra kini menghentikan makannya dan menatap Jaegar yang tidak memberikan ekspresi apapun.

"Gak bisa Ma."

"Kenapa?" Luna tampak kecewa dengan jawaban yang diberikan oleh Jaegar.

"Aku sibuk," ucapnya membuat Luna menghela nafas kasar.

"Sibuk ngapain kamu?" Jordan membalas ucapan Jaegar, membuat laki-laki itu semakin malas.

"Maaf Ma, Pa, tapi Jaegar gak bisa hari ini, aku duluan," Jaegar meneguk air putihnya lalu kini meninggalkan ruang makan. Laki-laki itu selalu mendahului yang lain ketika sarapan.

Atensi Luna kini beralih pada Jendra yang dengan santainya melanjutkan sarapan. Pada suapan terakhir, ia membalas tatapan Luna yang bertanya padanya.

"Jendra, Mama pengen tanya, apa Jaegar masih menghubungi pacar kampungnya itu?" Wanita itu menatap putra bungsunya dengan serius, berharap Jendra bisa jujur padanya.

MistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang