I : ʙᴀɢɪᴀɴ ꜱᴇʙᴇʟᴀꜱ

141 41 1
                                    

⋆˚࿔ Dia atau dirinya 𝜗𝜚˚⋆

Suara yang lumayan ribut di ruang kelas kini membuat Jendra semakin pusing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara yang lumayan ribut di ruang kelas kini membuat Jendra semakin pusing. Pasalnya, bukan hanya suara manusia yang memekakkan namun juga nada sumbang yang kerap kali dilakukan oleh Reno ketika memetik senar gitarnya. Padahal dosen baru saja keluar, namun mereka semua betah bertahan demi melihat permainan buruk sahabatnya itu.

"Gue duluan," Jendra memasukkan salah satu buku berukuran besar, mungkin sketchbook yang ia gunakan hari ini. Lalu mengabaikan Reno yang berusaha memanggil dan memintanya untuk tetap di sana.

Jendra sesekali bersiul dan fokus menatap ke depan, namun buyar begitu saja ketika melihat Ryuka yang berjalan ke arahnya bersama kedua teman gadisnya. Tanpa berpikir panjang, ia langsung menggeser langkah kakinya hingga kini menghalangi jalan yang seharusnya ditempuh oleh Ryuka. Mendapati hal itu, gadis dengan rambut yang ia gerai mendongak sambil menatap heran Jendra yang menampilkan wajah tak bersalah.

Ketika Ryuka bergerak ke kiri, Jendra juga mengikutinya, begitu seterusnya sehingga Ryuka menjadi jengah. "Maaf? Gue mau lewat," dengan geraman yang terdengar begitu marah, Ryuka seolah-olah tidak mengenal Jendra.

"Kak Jendra ya?" Bukannya Ryuka yang bersikap akrab, malah salah satu gadis itu yang menyapanya dengan ramah. Jendra menoleh dan tersenyum pada Tamara yang sudah berbinar menatapnya, tapi ia berharap gadis itu adalah Ryuka.

"Oh iya kak, kami kebetulan mau nanya, kak Reno mana ya? Soalnya ada keperluan," tutur Tamara lagi. Jendra menunjuk ke arah ruang kelasnya lalu diangguki oleh gadis yang bertanya barusan.

"Thanks kak," dengan perasaan berbunga Tamara memberi kode pada Ryuka agar mengikutinya dan Yela. Namun nyatanya setelah beberapa langkah pun mereka menoleh, ternyata Ryuka masih di tempatnya. Bukan karena keinginannya, namun karena jalannya dihalangi oleh Jendra.

Jendra menoleh pada Yela dan Tamara lalu berkata, "Gue pinjem Ryukanya."

Mendengar itu Ryuka langsung melotot kaget, "Hah? Apa-apaan lo," namun Jendra sengaja tidak mendengarkannya, setelah memberikan ucapan terimakasih pada kedua gadis itu ia berjalan berlawanan arah sambil menarik pergelangan Ryuka.

Setibanya di salah satu gazebo Jendra melepaskan genggamannya pada Ryuka yang sudah sedari awal memberontak.

"Mau ngapain pake acara seret-seret segala?" Ketusnya, Ryuka hanya takut jikalau hal ini akan menjadi bahan gosip baru, karena ia baru saja putus dengan sang pacar. Bukankah aneh jika dia terlihat dekat dengan pria baru bahkan belum sampai satu Minggu?

"Sorry, sakit?" Jendra meraih pergelangan yang tadi ia genggam dan mengelus jejak jemarinya yang sedikit memerah di sana. Ryuka menatap kaget, darahnya berdesir lalu dengan segera menarik kembali tangannya.

"Gue baik-baik aja."

Jendra mengangkat kedua alisnya mengerti lalu beberapa saat mengalihkan wajahnya. "Gimana kalau permintaan lo kemarin diganti?"

MistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang