G : ʙᴀɢɪᴀɴ ꜱᴇᴘᴜʟᴜʜ

161 42 7
                                    

⋆˚࿔ Berpisah 𝜗𝜚˚⋆

һᥲ⍴⍴у rᥱᥲძіᥒg 💭

Rasa pening kembali menjalar ketika Ryuka membuka matanya, gadis itu perlahan membiarkan cahaya masuk ke retinanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasa pening kembali menjalar ketika Ryuka membuka matanya, gadis itu perlahan membiarkan cahaya masuk ke retinanya. Tiba-tiba Ryuka tersadar dan langsung duduk, menatap infus yang terpasang rapi di punggung tangannya.

"Kamu udah sadar?" Ryuka menoleh pada seorang wanita yang baru saja masuk dan membawakan sebuah kotak makanan. Gadis itu menautkan alisnya, ia seolah mengenal wanita tersebut.

"Tante Alina?" Ujarnya cukup ragu, takut jikalau ia salah mengenali orang. Namun anggukan dan senyuman wanita itu membuat Ryuka bernafas lega. Alina adalah tetangganya dulu ketika di kampung, sekaligus teman baik bundanya. Dan kabarnya juga Alina sudah hampir sepuluh tahun tinggal di Jakarta.

"Kamu udah dewasa aja ya Ryuka, padahal dulu Tante lihat kamu masih bocah yang lari-larian di sawah bareng Cedric," kekehnya. Hampir malam itu ia tidak mengenali Ryuka jika tidak karena kartu pengenal yang mereka lihat di tas gadis itu.

Ryuka tersenyum tipis, "Jadi, semalam, Tante yang nolongin aku?"

"Kemarin Tante sama Cedric lagi berhenti di warung soto, soalnya hujan-hujan Tante jadi kepengen makan yang hangat-hangat begitu. Lalu Tante lihat kamu jalan sendirian sambil nangis, karena khawatir Tante suruh Cedric nyamperin," ujar Alina panjang lebar.

Ryuka mengangguk pelan, pertanda bahwa ia mengerti, "Makasih ya Tan, maaf udah ngerepotin."

"Eh, ngerepotin dari mana? nggak sama sekali, lagian untung Tante lihat kamu kemarin, kamu sedang banyak pikiran ya?" Alina menatap manik Ryuka, membuat gadis itu terdiam.

"Bunda, aku ada latihan hari ini jadi—" Cedric membuka pintu kamar rumah sakit tersebut dan menghentikan ucapannya ketika melihat Alina dan Ryuka sama-sama menoleh padanya. Dengan ragu ia kembali menutup pintu. "Aku pulang sore ya!" Laki-laki itu berucap dari luar dan langsung pergi begitu saja.

Ryuka terbatuk lalu dengan senang hati mengambil segelas air putih yang diberikan oleh Alina. "Itu Cedric Tan?"

Alina mengangguk, "Beda kan dia sekarang," wanita itu terkekeh.

"Iya, padahal dulu aku sering ngejek tinggi dia, sekarang udah tinggi aja," mendapati perkataan seperti itu membuat Alina semakin melepaskan tawanya.

"Tante kerja di sini?" Tanya Ryuka yang baru saja menyadari jas dokter yang dikenakan oleh Alina. Wanita itu mengangguk, lalu mengelus pelan kepala Ryuka, "Kamu kok gak bilang mau ke Jakarta? Kalau iya kan Tante bisa ngasih tempat tinggal ke kamu, kebetulan rumah Tante kamarnya kosong satu."

MistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang