Part 04: Faith

100 17 5
                                    

"Aku pul- Ibu?"

Haruto terkejut karena begitu ia masuk, wanita itu langsung memeluknya erat sambil menangis. Dibelakang mereka ada Rora yang juga menatapnya dengan tatapan berkaca-kaca.

"Apa ini?" Haruto melepaskan pelukan dan mengusap air mata ibunya, "Apa ayah melakukan sesuatu saat aku pergi?"

Ibu menggeleng. Tanpa berkata apa-apa ia duduk di sofa sambil menyeka air matanya.

Bingung, Haruto menghampiri Rora, mensejajarkan tingginya dihadapan Rora dengan cara berlutut lalu memegang tangan gadis kecil itu.

"Rora?"

Rora mengangkat wajahnya dan menunjukkan sesuatu di ponselnya, "Ini kakak, kan?"

Haruto mengambil ponselnya, disana ia melihat foto saat ia sedang duduk di jembatan sendirian, serta foto saat ia terjatuh ke dalam sungai.

"Iya, ini memang kakak. Tapi ini gak seperti yang kamu pikirkan," bohongnya, "Disana ada perempuan, kakak mau menolongnya tapi malah ikut terjatuh."

"Rora gak mau kakak menanggung semuanya. Makasih karna kakak udah jagain aku dan ibu selama ini, tapi kalau kakak lelah, kakak bisa berhenti sebentar. Rora udah besar, biar Rora yang gantian jaga ibu dan jaga kakak."

Perkataan Haruto membuat ia tersadar tentang keputusan buruk yang hampir ia ambil. Dengan cepat ia langsung memeluk Rora sambil mengusap kepalanya lembut.

"Maaf."

Tangisan Rora pecah begitu kakaknya memeluknya.

"Rora gak mau kehilangan kakak."

"Kakak gak pergi kemana mana." Balas Haruto dengan tenang.

Setelah membuat adiknya tenang, Haruto menghampiri ibunya. Ia juga berlutut dihadapan ibu sambil memegang tangan wanita itu. Ibu menghapus air matanya dan langsung mengusap kepala Haruto dengan lembut.

"Ibu, Haruto minta maaf karna udah buat ibu sedih."

"Ibu udah punya firasat buruk kamu minta izin pergi tadi pagi. Ibu juga minta maaf udah buat kamu merasa gak punya tempat untuk bersandar dan memaksa kamu untuk jadi tempat bersandar bagi orang lain. Kamu masih 17 tahun, kamu berhak untuk menjalani hidup layaknya anak usia 17 tahun. Kamu gak sendirian, ibu dan Rora ada bersama kamu."

Haruto mengangguk, "Ruto mengerti. Ruto akan kasih tau ibu tentang apa yang Ruto rasakan. Benar kata Rora, Ruto akan kasih tau kalau Ruto merasa lelah dan gak akan melakukan sesuatu yang buat kalian sedih." Haruto meletakkan kepalanya di pangkuan ibunya, semantara wanita itu mengelus lembut surai putranya.

*****

"Dimana Asa?"

"Masih tidur." Jawab Minju tanpa menoleh dari masakannya.

"Anak ini, bukannya membantu kakaknya memasak malah tidur."

"Kamu mau kemana?" Bingung Minju saat melihat suaminya membawa segelas air.

Jihoon tidak menjawab. Ia langsung masuk ke dalam kamar adik perempuannya. Disana ia melihat Asa masih asyik dengan dunia mimpi. Awalnya Jihoon mencoba membangunkan Asa dengan suara, tapi gadis itu malah mengeratkan selimutnya. Jihoon dengan kesabarannya yang tipis itu akhirnya sengaja menyiram adiknya dengan air minum hingga Asa kaget dan terbangun dengan wajah basah.

"Uhuk.. apa-apaan ini?!" Asa mengelap wajahnya dengan lengan piyama, hingga ia bisa melihat dengan jelas wajah Jihoon yang menatapnya tajam.

"Kak Jihoon! Apa gak ada cara yang lebih manusiawi buat bangunin aku?!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Light In Your EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang