Mohon maaf, anda dinyatakan gagal karena tidak mengumpulkan lirik dan aransemen musik dalam batas waktu yang telah ditentukan.
Haruto menghela nafas panjang setelah membaca pesan dari komposer label musik yang telah menjadi impiannya selama ini. Untuk mendaftar kesana tanpa sepengetahuan ayahnya saja sudah sulit, ditambah lagi ia dinyatakan gagal karena tidak mengirim berkas tepat waktu. Ini semua karena berkasnya sudah dibakar oleh sang ayah tanpa sisa sedikitpun.
Tidak hanya itu, nilainya mengalami penurunan karena Haruto sudah mulai kehilangan fokus untuk belajar di tempat baru. Haruto kesulitan untuk beradaptasi dengan hal yang tidak ia sukai.
Menjadi anak dari pengusaha terkenal bukan berarti kamu bebas melakukan apapun. Justru semua yang kamu lakukan kedepannya sudah ditentukan sejak awal. Seperti dengan siapa kamu boleh bergaul, sekolah mana yang akan kamu masuki, karir apa yang akan kamu pilih di masa depan, termasuk siapa yang akan kamu nikahi di masa depan.
"Haruto, Presdir memanggil kamu untuk ke taman belakang sekarang."
Seketika mood Haruto bertambah hancur. Entah masalah apa lagi yang akan dibahas ayahnya kali ini
Haruto mengikuti sekretaris ayahnya menuju taman belakang. Semakin jelas ia dapat mendengar suara pria yang tengah berteriak dan memaki-maki seseorang. Awalnya Haruto tidak peduli, namun setelah dia tau siapa yang dimarahi, emosinya kembali memuncak.
"Kamu sengaja keluar dari rumah untuk mempermalukan ayah kan?! Kamu mau semua orang tau ayah punya anak yang cacat kan?!"
"Maaf ayah, Rora hanya ingin melihat tempat lain selain rumah kita. Rora gak ada maksud untuk bikin ayah malu."
"Kalau kamu gak mau buat ayah malu, ayo coba jalan. Buktikan kamu bukan anak yang memalukan. Ayo!"
Gadis itu tampak berusaha bangkit dari kursi rodanya, tangannya tampak gemetaran karena menumpu berat badan. Tiba-tiba ia kehilangan keseimbangan dan terjatuh bersama dengan kursi rodanya.
"Aah! Kakiku!"
"Rora!"
Ibu berlari secepat kilat dari dapur menuju taman setelah mendengar teriakan Rora. Haruto juga langsung menghampiri adiknya dan membantu gadis kecil itu untuk kembali ke kursi roda. Haruto membersihkan pakaian dan kaki adiknya dari tanah, mengecek apakah adiknya terluka atau tidak.
Plak~
"KAMU KETERLALUAN!"
Untuk pertama kalinya, Haruto melihat ibunya berani menampar ayahnya sendiri. Pria itu tampak tidak senang, terlihat jelas kemarahan dari raut wajahnya.
"Kamu berani menamparku?! Wanita kurang ajar!"
Pria itu mengangkat tangannya hendak menampar sang istri, namun dengan cepat Haruto menahan lengan ayahnya lalu menepisnya dengan kasar. Tampak saat ini Haruto tidak bisa mengontrol emosinya. Maniknya menatap tajam sang ayah, menunjukkan perlawanan.
"Ayah udah berjanji gak akan menyakiti ibu dan Rora lagi kalau aku melakukan semua yang ayah mau! Tapi apa yang ayah lakukan barusan?!"
"Kenapa? Kamu gak suka?" Balasnya sengit.
"Aku udah pindah sekolah sesuai kemauan ayah, berhenti mengejar impianku jadi komposer, dan sekarang ayah sendiri yang melanggar janji. Apa ayah memang sejahat ini?!"
"Ini semua pelajaran bagi mereka yang membangkang! Kalian semua hidup dari uangku, jadi kalian harus menuruti semua perintahku di rumah ini!"
"Tapi mereka keluargamu!" Bentak Haruto dengan mata berkaca-kaca, "Ayah benar benar jahat seperti iblis. Bahkan iblis juga benci disamakan dengan ayah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Light In Your Eyes
Fiksi PenggemarMasih bisakah aku menjaga cahaya yang terang itu untuk tetap berada disisiku selamanya?