E : ʙᴀɢɪᴀɴ ᴛᴜᴊᴜʜ

139 51 12
                                    

⋆˚࿔ Semakin Hanyut 𝜗𝜚˚⋆

һᥲ⍴⍴у rᥱᥲძіᥒg 💭

Suara ketukan pintu yang berulang kali di kamar Jendra, menjadikan pemuda yang masih nyaman bergelut di dalam selimut tebalnya itu terpaksa membuka matanya dan menyesuaikan dengan cahaya matahari pagi yang berhasil lolos dari celah gorden jendelanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara ketukan pintu yang berulang kali di kamar Jendra, menjadikan pemuda yang masih nyaman bergelut di dalam selimut tebalnya itu terpaksa membuka matanya dan menyesuaikan dengan cahaya matahari pagi yang berhasil lolos dari celah gorden jendelanya. "Iya?" Dengan suara berat khas bangun tidur itu, Jendra berdiri dan membukakan pintu, melihat siapa yang datang pagi-pagi ke kamarnya.

Ketika pintu bercat putih itu ia buka. Jendra langsung melihat Ghita kini berdiri di hadapannya. Ia mengucek matanya pelan, mungkin ia hanya berhalusinasi karena baru saja bangun tidur, namun nyatanya Ghita memang berada di sana karena suara gadis itu menjawab segala keraguannya.

"Udah jam segini loh, lo begadang ya semalam?" Tebak perempuan dengan rambut yang ia ikat, dan pakaian training yang sedang ia gunakan membuat Jendra tahu apa tujuan Ghita kemari.

"Pulang, gue gak mau keluar," Tanpa banyak basa-basi, ia menatap Ghita yang kini malah menerobos masuk ke dalam kamarnya. Dulu memang Jendra membiarkan gadis itu menjelajahi kamarnya, tapi kini ia tak punya hubungan apapun sehingga tidak berhak melakukan hal tersebut.

"Keluar," dengan nada marah, Jendra menarik Ghita keluar dari kamarnya, namun respons gadis itu malah membuat Jendra semakin darah tinggi.

"Kenapa sih? Biasanya juga gue sering tidur di sini."

"Saghita, lo lupa? Kita udah gak ada hubungan apapun, jangan melewati batas!" Desisnya.

"Melewati batas apa?"

Jendra kini mengalihkan tatapannya pada Luna yang berdiri di depan pintu kamarnya yang terbuka lebar. Wanita itu tampak menatapnya dan juga Ghita yang kini langsung mendekat pada Luna.

"Tadi Mama yang nyuruh Ghita bangunin kamu, dari pada tiduran aja, lebih baik kamu keluar bareng Ghita," usul Luna, karena tiba-tiba pagi ini Ghita datang menggunakan sepedanya dan hendak mengajak Jendra bersepeda bersama.

"Ma, aku dan Ghita udah gak pacaran lagi, jangan paksa aku," ujar Jendra seraya memelas. Inilah yang ia benci jika tinggal di rumah, hidupnya terjerat.

"Iya, Mama tau, Mama kan nyuruh kamu keluar bareng Ghita aja, gak nyuruh kamu pacaran. Memangnya salah?"

Meskipun itu yang dikatakan oleh Luna, Jendra tahu, apa yang sudah direncanakan oleh Mamanya itu.

"Siap-siap ya, kasihan Ghita udah sepeda jauh-jauh ke sini, kalau gak sebagai pacar, kan bisa sebagai teman," bujuk Luna lagi.

MistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang