Bab 17

166 28 2
                                    

Bab 17 - Belahan Jiwa yang lain




"Bibi Dalla, Jungwon kemana?" Sunoo bertanya lantaran keberadaannya tidak terlihat selama dua hari setelah dia mengurus Sunghoon sakit seharian dan kini dia kebingungan karena Jungwon tidak ada dimana pun, sudah di cari berbagai cara dan mendatangi rumahnya tetap tidak ada.

"Itu, bibi tidak tau"

Bohong, kata dusta yang keluar pada mulut bibi Dalla tidaklah benar. Bagaimana pun juga bibi Dalla sudah di perintah oleh tuan muda Jungwon untuk tidak mengatakan pada siapa pun tentang keberadaannya.

Alis Sunoo menyatu saat mendengar pengakuan bibi Dalla, kepala pelayan rumah keluarga Yang.

Sunoo memastikan, "bibi tidak berbohong?"

Bibi Dalla mengangguk dan setelahnya Sunoo pamit pergi ke kampus dengan bibi Dalla menatap kepergiannya, kemudian memastikan keberadaan Sunoo tidak terlihat dengan cepat bibi Dalla mengambil ponsel dari saku celana dan membuka ruang pesan untuk mengetik sesuatu pada Jungwon.

Selama di perjalanan menuju kampus, Sunoo menelepon nomor Jungwon berkali-kali dan hasilnya tetap nihil.

Sunoo mendengus kasar dan melajukan mobilnya dengan perasaan yang kesal.

"Astaga~ anak itu sungguh merepotkan!" keluh Sunoo.

▪︎
▪︎
▪︎
▪︎
▪︎

"Hyung, kau kenapa?"

Ni-ki bertanya lantaran melihat Sunghoon yang terdiam linglung tanpa sebab dan itu sudah terjadi berkali-kali setelah sembuh dari sakit anehnya yang tidak diketahui siapapun.

Sunghoon menggeleng pelan dan membalas, "Entahlah"

"Aneh" komentar Ni-ki yang menatap Sunghoon dengan tatapan menilai.

Ketika Ni-ki sedang fokus menilai penampilan Sunghoon yang terlihat berbeda dari sebelumnya, secara mengejutkan Haruto dan Jeongwoo datang menghampiri.

Jeongwoo memanggil, "Ni-ki"

"Oh ya, ada apa?" Ni-ki membalas sekaligus bertanya setelah mengalihkan perhatiannya dari Sunghoon.

"Itu, kau tau Jungwon dimana?"

Ni-ki mengernyitkan dahi ketika mendengar lontaran pertanyaan dari Haruto, "Aku tidak tau, lagi pula Jungwon memang kenapa?"

"Dia menghilang tanpa kabar, sudah dua hari dan kami mencari keberadaannya tidak di temukan"

Sunghoon tersentak dan menatap Haruto dengan cepat, seperti ada sesuatu yang mengganjal perasaannya. Bukan kah bagus jika Jungwon tidak ada? Sangat bagus malahan karena tidak ada yang merepotkan lagi, tapi perasaan aneh Sunghoon mengalahkan pemikiran rasionalnya.

"Kebetulan sekali, Heeseung juga menghilang tanpa kabar selama dua hari. Sudah di cari berbagai cara tetap tidak di temukan" balas Ni-ki setelah teringat sesuatu.

Snif
Snif

Jeongwoo memandang Sunghoon sedikit aneh ketika hidung alpha nya yang sensitif mencium aroma pheromone yang sangat asing di penciumannya. Mengendus terus menerus guna mencari sumber aroma pheromone yang berasal dari mana dan

Gotcha!

Jeongwoo menemukan sumber aroma pheromone asing yang tidak pernah tercium sama sekali namun.

"Eeee... Jeongwoo, kau kenapa mengendus tubuh Sunghoon?" tanya Haruto heran melihat temannya yang satu ini malah mengendusi tubuh Sunghoon, pikirnya apa tidak takut terkena marah nya Sunghoon yang terkenal dingin dan arogan.

Jeongwoo tersedar dan memundurkan langkahnya, "Ah! Maaf maaf, aku tidak tau aroma aneh itu ternyata berasal dari tubuh mu"

Haruto, Ni-ki, dan Sunghoon sontak mengucapkan kata 'ne?' bersamaan atas respon dari perkataan Jeongwoo yang benar-benar aneh.

"Kau bilang, aroma aneh? Maksudnya apa?" tanya Sunghoon kebingungan.

"Aroma pheromone asing, aromanya benaran asing. Aku bahkan tidak pernah mencium aroma yang sejenis itu... Baunya itu seperti musk deer tapi ada balutan sedikit aroma minuman alkohol jenis cognac. Namun baunya tercium samar-samar" jelas Jeongwoo menerangkan.

Lantas Sunghoon mengendus tubuhnya dan yang dikatakan Jeongwoo benar adanya, ada pheromone asing yang melingkupi tubuhnya seolah memberi tameng. Ni-ki ikut mengendus tubuh Sunghoon namun tanpa sebab jiwa alphanya menggeram.

Berdiri dari tempat duduknya dan menjaga jarak dengan Sunghoon. Hal itu membuat Haruto, Jeongwoo, dan Sunghoon sendiri keheranan atas gerakan tiba-tiba dari Ni-ki.

Ni-ki menutup hidung dan berkata, "Hyung, aroma apaan itu? Kenapa baunya terasa seperti ingin menyerang ku?"

♤♤♤♤♧ HIERARKI ♧♤♤♤♤

"Enigma"

Panggilan Heeseung kepada Jungwon yang sibuk mengambil kastanye langsung dari pohonnya. Ya benar, Jungwon memanjat pohon kastanye sangat mudah dan tanpa beban dengan wajah lempengnya.

Sebenarnya ini permintaan Heeseung sendiri yang bangun dari tidurnya langsung ingin memakan kastanye seperti orang mengidam, Jungwon? Tanpa pikir panjang mengiyakan permintaan Heeseung tercintanya dan melaksanakan setelah keduanya mandi dan makan di rumah pohon yang lebih mirip seperti villa tingkat dua yang ukuran normal.

"Darl, jangan mendekat. Kepalamu bisa kejatuhan biji kastanye" balas Jungwon.

Heeseung mencebik kesal pada kelakuan enigmanya, "Boleh saja mengambil kastanye! Tapi tidak memanjat pohonnya juga! Enigma~"

Mendengar rengekan dari Heeseung lantas Jungwon turun dari atas pohon dan menghampiri alpha nya yang sedang merengut.

"Bantu aku mengumpulkan biji kastanye yang berserakan setelah ku jatuhi, darl" suruh Jungwon dengan entengnya dan mengambil kumpulan biji kastanye untuk di masukkan ke dalam karung.

Heeseung menurut namun tetap mempertahankan ekspresi wajah merengutnya dan memasukkan semua biji kastanye ke dalam karung yang sudah di sediakan Jungwon.

Butuh tiga menit untuk mengumpulkan banyak biji kastanye ke dalam karung sampai penuh dan kedua nya menaruh dua karung penuh biji kastanye ke dalam compact trolley yang biasa di pakai saat piknik dan mengikatnya menjadi satu suapaya tidak jatuh ketika di tarik dan di dorong.

"Enigma~" rengek Heeseung kedua kalinya.

Jungwon menghela napas dan membalas, "Apa lagi?"

"Gendong!" minta Heeseung kepada Jungwon dengan merentangkan kedua tangannya.

Jungwon mengangguk dan langsung menggendong Heeseung ala koala dalam rengkuhannya dengan kembali berjalan bersama compact trolley yang di tarik menggunakan tangan kanannya.

Heeseung menyenderkan kepalanya pada bahu lebar Jungwon dan bergumam, "Mau lihat air terjun"

"Iya, kita ke air terjun" balas Jungwon penuh sabar.

Cup
Cup

Jungwon mencium pipi Heeseung saat empunya mulai mengerjapkan mata karena rasa ngantuk yang menyerang.

Nyatanya Jungwon tidak membawa Heeseung ke air terjun melainkan pulang ke rumah pohon, kalimat sebelumnya yang dilontarkan Jungwon tentang melihat air terjun hanyalah dusta.

Jarak dari pohon kastanye ke air terjun lumayan jauh, namun jarak dari rumah pohon ke air terjun sangatlah jauh. Membutuhkan setengah hari untuk sampai ke air terjun yang penuh bunga dan buah liar yang sebagian nya bisa di makan.

Jungwon meninggalkan sementara compcat trolley yang penuh biji kastanye karena alpha tersayangnya sedang tertidur pulas di dalam gendongannya, dengan pelan dan hati-hati Jungwon membawa Heeseung naik ke rumah pohon dan metidurkannya pada kasur.

Karung-karung penuh biji kastanye yang Jungwon bawa ke area bawah rumah pohon tempat dapur outdoor untuk memasak biji kastanye mentah menjadi matang siap makan selagi Heeseung masih tertidur.






Bersambung »»»»»»»»»»»»



See you later
[21/09/2024]

Jungwon kuat, istrinya banyak
Eh?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HIERARKITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang