Skotlandia

14 4 0
                                        

Hidup di dalam mobil sungguh membosankan. Hanya ada kericuhan Tavanny, Sadiva dan Ella yang sibuk menghitung kambing dan sapi di luar mobil sepanjang perjalanan.

Padang Savana luas dengan aliran danau Loch Tay menandakan perjalanan dari Yorkshire menuju Skotlandia hampir mencapai titik tuju.

Sapi-sapi lucu bagi Sadiva, Tavanny dan Ella lebih menyenangkan daripada mengingat kembali tragedi pembakaran mobil-mobil polisi yang sudah dilewati selama 2 jam.

Sadiva duduk di sebelah bangku sopir yaitu Lianovsky yang sibuk mengamati jalanan dengan senyum simpul entah dia merasa bangga ataupun merasa kesal pada Sadiva yang tak menegurnya setelah kejadian cukup tragis itu.

Gadis pemilik mobil ini terlampau tahu bahwa Sadiva benci api. Ketakutannya pada api sudah lama ia ketahui dari bangku sekolah menengah atas. Maka dari itu, Lianovsky terus menatap Sadiva berkali-kali dan bertanya meminta izin untuk memastikan apakah ia tak masalah membakar orang-orang ini agar mereka selamat.

Namun Sadiva tak mengerti hal tersebut.

Alhasil, Sadiva harus menormalkan jantungnya melihat kobaran api di depan mata yang membuatnya ketakutan selama 30 menit.

Lantas mengapa gadis Sunda itu tak ngambek pada Tavanny juga? Karna Lianovsky adalah manusia yang patut dijadikan bahan ngambekan.

Keadaan mobil mulanya terlampau hening sampai Ella yang bosan berkata untuk bermain 'Aku melihat dengan mata kecilku' mulanya terlihat menyenangkan sampai mereka bertiga mulai bosan dan memilih menghitung berapa kali mobil berwarna hitam, putih, silver melintas. Namun, karna sudah memasuki Padang Savana mereka memutuskan menghitung berapa jumlah sapi bercorak hitam, putih beserta hitam-putih.

Katakanlah Tavanny kejam, tapi gadis itu juga lebih memilih mengikuti arus permainan ini daripada mengingat kembali kedua aksi 'bakar-bakaran' yang ia lakukan.

"Eughh..." Permainan itu harus berhenti karna atensi mereka melihat ke belakang lelaki bersurai merah yang tadi sempat pingsan.

"Hey, dia bergerak! Aku pikir kita ke Skotlandia untuk mencari pemakaman." Ucap Adira sebagai tanda 'welcome' yang sebenarnya tak manusiawi.

"Berikan dia minum Tria," Ella memberikan minuman botol pada Tria agar gadis itu bisa menyodorkan atau memberikan paksa langsung ke mulut lelaki berkebangsaan Yunani itu.

"Njir, dia minum banyak banget, haus ya mbok?" Tanya Tavanny sambil tersenyum ramah.

Sekarang Adira dan Tavanny yang duduk di tengah menghadap ke arah bangku belakang tempat dimana Ella dan Tria duduk dengan Puzzo di tengah.

Puzzo menatap kedua gadis di hadapannya dengan alis terangkat, lelaki itu kebingungan dengan kedua entitas ini.

"Tuan Puzzo ini kedua temanku, yang berkacamata namanya Adira, kalau rambut panjang, bulu mata lentik, mata lebar itu Tavanny. Jangan salah dia itu separuh etnis Tionghoa, sopir di depan Lianovsky alias Ameng, sebelahnya ada Sadiva dan gadis di sebelahmu duduk sekarang tuan, dia adalah Ella." Jelas Tria agar Puzzo tidaklah bingung.

"Ah aku mengerti, maaf aku tidak bisa melindungi mu, nona. Itu tadi benar-benar gila. Aku tak menyangka mereka bisa memukulku dengan balok kayu dari belakang. Ah, terima kasih untuk kalian sudah menyelamatkanku."

"Kiw kiw sabi nih," Ameng menggoyang kedua alisnya menatap Puzzo melalui kaca spion. Bermaksud menggoda namun yang ia dapati hanya Puzzo mengelus tengkuk tanda ia tak nyaman.

"Hentikan tatapan itu kau seperti tante-tante menggoda gigolonya." Sadiva berucap dengan emosi yang masih kesal pada Ameng.

"Gadis secantik ini? Tante-tante? Hello, bahkan princess Rumania, Spanyol, Inggris kalah dengan wajahku!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Opresi MassalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang