7

68 11 3
                                    

"Sukarelawan baru?" Kepala Juyeon sampai termiring-miring merasa bingung dengan obrolan rekan-rekannya.

Keduanya mengangguk —Jay dan Nicholas— relawan juga di panti asuhan yang sama. Mereka tidak satu sekolah dengan Juyeon, mereka saling mengenal setelah sama-sama menjadi sukarelawan di panti asuhan yang dikelola pemerintah setempat. Bukannya panti itu kekurangan tenaga, hanya saja pemerintah membuka panti itu untuk umum. Siapapun boleh membantu pihak panti untuk mengurus anak-anak disana.

"Iya, kok kamu bingung gitu sih? Kata Bu panti, orang baru itu mau ikut gara-gara diajak sama kamu" — Nicholas.

Juyeon semakin terheran, "hah? Aku gak ngerasa ada ngajak orang deh"

Jay menyenggol lengan Juyeon, "ah masa sih? Kamu lupa kali. Udah yuk, buruan bawa makanannya, anak-anak pasti udah nungguin"

Ketiga remaja SMA itu, membawa makanan yang baru mereka masak kedalam panti. Ada 24 orang anak dengan rata-rata usia 3 sampai 6 tahun, relawan yang lebih dewasa yang menyiapkan makanan untuk anak-anak usia sekolah sedangkan makanan para bayi disiapkan oleh pihak panti.

"Anak-anak ayo sarapan~"

Dengan telaten, ketiganya membagikan sebaskom besar makanan itu pada piring-piring yang ada didepan anak-anak. Juyeon membawa nasi, Jay lauk dan Nicholas lauk pendamping.

"Eh itu orangnya!" Nicholas memekik heboh, membuat Jay dan Juyeon ikut melihat arah pandang Nicholas.

Seorang mahasiswa tampan masuk dengan memakai apron kuning yang sama dengan mereka, wajah tampannya membawa hawa baru dalam ruang makan itu. Anak-anak yang sedang sarapan berbisik-bisik saat menyadari kedatangannya.

"Ganteng banget!"

Nicholas memukul kepala Jay, "kamu udah punya Jungwon, Jay!"

"Kamu juga udah punya Euijoo ya, Nichol!" Jay membalas pukulan Nicholas.

Juyeon? Ia mematung ditempatnya setelah tau siapa yang menjadi relawan baru di panti asuhan.

Kak Younghoon?

◼️◼️◼️

"Kak Nekko!! Lua mau pup!!"

"Kak Meng, Niki tadi ketemu cama mama lebah loh di halaman belakang"

"Kak Juyo! Tecan punya mainan baluuu~"

Lucunya, anak-anak itu memberikan julukan manis pada para pengasuh mingguan mereka. Juyeon menemani beberapa anak yang bermain balok warna, Taesan dan Dohoon. Mereka berusia 4 dan 3 tahun.

"Kak Juyo ini cegitiga nya walna bilu kan ya?"

"Ndak! Talah! Itu wana tuning! Tuning ta Tetan!" ("Enggak! Salah! Itu warna kuning! Kuning kak Taesan!")

"Ini tuh walna bilu Dodo! Tecan tanya Kak Juyo bukan Dodo!"

"Te Dodo pinten, itu tuning benan! Tini baok na!" ("Tapi Dodo pinter, itu kuning beneran! Sini balok nya!")

"Ndak mau!! Ini balok puna Tecan!" Taesan menyembunyikan balok itu dibalik tubuhnya, membuat Dohoon geram dan memukul kepala Taesan menggunakan tangannya.

Juyeon yang baru menyadari hal itu segera menahan kepalan tangan Taesan yang ditujukan pada Dohoon, "eh eh kok malah berantem sih? Jangan dong. Mana sini Kak Juyo liat baloknya"

Taesan menunjukkan balok yang ia sembunyikan, wajahnya sudah memerah menahan tangis. Sementara Dohoon memandangnya tajam.

"Tecan, ini balok persegi, warnanya kuning, betul yang Dodo bilang"

Me, My Boyfriend And My Boyfriend's Crazy CousinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang