.𖥔 ݁ ˖ #05 .𖥔 ݁ ˖

94 14 0
                                    

── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

!! Disclaimer/Remember !!

- Gambar terinspirasi dan berasal dari Pintrest, Instagram, Tiktok, DLL

- 12+
(Berisi adegan kekerasan dan juga mengandung kata-kata Kasar/Vulgar)

- Dimohon untuk bijak dalam membaca

- Cerita ini murni dari pemikiran/Otak milik saya. Jadi, tidak ada satupun campur tangannya dengan orang lain. Baik itu cerita maupun ide.

- Just fanfiction. And it has nothing to do with the animation !!
(Hanya fiksi-penggemar. Dan tidak ada sangkut pautnya dengan animasinya)

- Mengandung beberapa pengalaman pribadi penulis itu sendiri

- Kalimat typo bertebaran di mana mana.

- Di larang keras menghujat tanpa sebab. Mengutamakan membaca terlebih dahulu sebelum menghujat.

- Jika tidak suka. Silahkan tinggalkan kritik ataupun saran. Agar dapat di perbaiki menjadi lebih baik lagi.

- Kemungkinan besar banyak alur cerita yang terpotong/tidak nyambung.

- Hanya karya cacat yang di buat berdasarkan mood penulisnya.

── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

"Dia yang hilang terbawa arus"

**********

**********

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**********

Sambil menatap layar ponselnya, Taufan merasa semakin tertekan. Pesan terakhir dari perempuan itu terus berputar di benaknya, mengusik pikirannya.

'Jangan cari aku dulu ya?'

Apa maksudnya? Kenapa tiba-tiba menjauh? Taufan merasa frustasi. Rasanya seperti ada jarak yang semakin lebar antara dirinya dan jawaban yang ia cari. Ia sadar, masalah ini bukan sesuatu yang bisa selesai dengan mudah, apalagi ketika perasaan terlibat di dalamnya. Namun, ia juga tak ingin melibatkan Halilintar dan yang lain. Mereka mungkin bisa membantu, tapi ini urusan pribadinya.

Di luar, Blaze dan Duri berusaha lebih keras mencari tahu soal perempuan misterius itu. Meski mereka belum punya petunjuk kuat, rasa penasaran membuat mereka tidak bisa diam saja. Blaze bahkan sudah berpikir untuk menyusup ke kamar Taufan, tapi Solar yang lebih rasional terus menahan mereka.

"Bang Aze, udahan deh. Jangan gegabah. Jangan sampai abang ketahuan ngacak-ngacak barang bang Ufan, bisa makin runyam!" kata Solar dengan nada tegas.

Blaze, dengan senyumnya yang selalu penuh semangat, hanya tertawa kecil. "Tenang aja, Lar. Aku nggak bakal bikin masalah besar. Aku cuma butuh tahu sedikit aja. Lagian, aku yakin bang Ufan bakal baik-baik aja. Kita cuma bantu, kan?"

Coretan Pena Sang Sulung - [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang