.𖥔 ݁ ˖ #08 .𖥔 ݁ ˖

72 11 0
                                    

── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

!! Disclaimer/Remember !!

- Gambar terinspirasi dan berasal dari Pintrest, Instagram, Tiktok, DLL

- 12+
(Berisi adegan kekerasan dan juga mengandung kata-kata Kasar/Vulgar)

- Dimohon untuk bijak dalam membaca

- Cerita ini murni dari pemikiran/Otak milik saya. Jadi, tidak ada satupun campur tangannya dengan orang lain. Baik itu cerita maupun ide.

- Just fanfiction. And it has nothing to do with the animation !!
(Hanya fiksi-penggemar. Dan tidak ada sangkut pautnya dengan animasinya)

- Mengandung beberapa pengalaman pribadi penulis itu sendiri

- Kalimat typo bertebaran di mana mana.

- Di larang keras menghujat tanpa sebab. Mengutamakan membaca terlebih dahulu sebelum menghujat.

- Jika tidak suka. Silahkan tinggalkan kritik ataupun saran. Agar dapat di perbaiki menjadi lebih baik lagi.

- Kemungkinan besar banyak alur cerita yang terpotong/tidak nyambung.

- Hanya karya cacat yang di buat berdasarkan mood penulisnya.

── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

"Ini bukanlah akhir kan?  Tolong, siapapun. Bangunkan diriku dari mimpi buruk ini. . ."

**********

**********

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**********

Kosong. . . Tatapan matanya menatap diriku. . . Ntah apa yang membuat jantung ku terasa seperti berhenti sejenak(?) saat berusaha untuk memompa noda merah yang terus-menerus menetes bak air yang menetes pada tubuh dinginnya itu. . .

"Bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang kau sayangi?" Pertanyaan bodoh yang pernah ku lontarkan padanya dahulu kala. Mulai menghantui isi pikiran ku. Melihat betapa bodohnya diriku sendiri di masa lalu itu bersamanya.

"M. . . Maaf. . . Maaf. . . Kumohon jangan tinggalkan diriku lagi seperti mereka dahulu. . . Maaf. . . Aku salah. . . Maaf. . ." Ungkapan kata singkat itu. . . Kini tak ada harganya sama sekali. Senyum dan tawa khasnya pada waktu itu sangat manis dan tulus. . . Aku rindu betapa lembut namun tegasnya cara bicaranya padaku saat aku menjadikan sebuah kebiasaan buruk sebagai pelarianku terhadap masalah yang ada di dunia ini.

Betapa hancurnya dunia ini? Kini. . . Ia sekarang berada dalam dekapanku. Matanya menatap sayu pada wajahku yang hancur diamuk oleh tangisan, tak tega melihatku menangis menunggu waktu 'tertidurnya'. Ia tersenyum seperti dahulu kala, senyum manis dan lembut. Senyum yang selalu saja ia ukir di saat genting seperti ini.

Coretan Pena Sang Sulung - [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang