.𖥔 ݁ ˖ #06 .𖥔 ݁ ˖

64 15 0
                                    

── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

!! Disclaimer/Remember !!

- Gambar terinspirasi dan berasal dari Pintrest, Instagram, Tiktok, DLL

- 12+
(Berisi adegan kekerasan dan juga mengandung kata-kata Kasar/Vulgar)

- Dimohon untuk bijak dalam membaca

- Cerita ini murni dari pemikiran/Otak milik saya. Jadi, tidak ada satupun campur tangannya dengan orang lain. Baik itu cerita maupun ide.

- Just fanfiction. And it has nothing to do with the animation !!
(Hanya fiksi-penggemar. Dan tidak ada sangkut pautnya dengan animasinya)

- Mengandung beberapa pengalaman pribadi penulis itu sendiri

- Kalimat typo bertebaran di mana mana.

- Di larang keras menghujat tanpa sebab. Mengutamakan membaca terlebih dahulu sebelum menghujat.

- Jika tidak suka. Silahkan tinggalkan kritik ataupun saran. Agar dapat di perbaiki menjadi lebih baik lagi.

- Kemungkinan besar banyak alur cerita yang terpotong/tidak nyambung.

- Hanya karya cacat yang di buat berdasarkan mood penulisnya.

── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

"Lebih baik kau menyelesaikan masalahmu dengan cara tersendiri mu"

**********

**********

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**********

Di saat yang lain sedang sibuk dengan urusan Taufan dan lainnya. Hali justru tetap tenang dan melanjutkan penulisan lirik lagu yang tertunda sebelumnya.

Di kamarnya, Halilintar duduk di dekat jendela, menatap buku lirik yang terbuka di pangkuannya. Jari-jarinya dengan luwes memetik gitar akustik, menciptakan nada yang lembut namun penuh emosi. Melodi yang ia ciptakan mengalir pelan, seolah menyuarakan kekalutan yang ia rasakan di dalam hati, meskipun wajahnya tetap tenang seperti biasa.

Di sela-sela alunan gitar, Halilintar kembali memandang ke jendela, memperhatikan langit senja yang perlahan menggelap. Pikirannya melayang ke Taufan, adiknya yang sedang dilanda masalah. Ia tahu Taufan bukan tipe yang mudah membuka diri, apalagi saat menyangkut perasaan. Namun, Halilintar juga paham betul bahwa adiknya butuh waktu dan ruang untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

Sebuah lirik yang baru saja terlintas di benaknya, Halilintar mulai mencatat sesuatu di buku miliknya menggunakan pena ::

"When the night falls, I'm left with silence, 
Words unsaid, drowning in the quiet. 
Maybe someday you'll understand, 
That the storm inside me is not the end."

Coretan Pena Sang Sulung - [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang