tsundere.. (end)

117 12 0
                                    

Jimin berdiri di depan gedung perusahaan yang baru, merasakan jantungnya berdebar. "Ini dia," gumamnya pelan sambil menatap papan nama perusahaan yang berkilau di bawah sinar lampu malam. Suasana di sekelilingnya terasa gelap dan suram, membuatnya semakin cemas. Dia menghela napas dalam-dalam, bertekad untuk menghadapi apapun yang ada di depannya.


***


Begitu memasuki gedung, aroma kopi yang kuat menyambutnya. Namun, tidak ada senyum di wajah para karyawan yang berlalu-lalang. Jimin merasakan ketegangan yang membara di udara. "Selamat datang di neraka" bisik seorang wanita yang mengingatkan Jimin untuk tidak berharap banyak.

Jimin mengangguk pelan, berusaha tidak meneruskan pikiran negatif tersebut. Saat dia melangkah ke ruang kerjanya, suara langkah kaki yang berat mengejutkannya. Dia menoleh dan mendapati sosok tinggi dengan rambut hitam terurai, Yoongi, atasan barunya yang terkenal akan sifat dinginnya.
"Jimin kan?" suara Yoongi datar. "Ikuti saya,"

"Uh, ya! Iya baiklah," jawab Jimin gugup, mengikutinya dengan cepat.

Setelah memasuki ruang kerja Yoongi, Jimin merasa seperti terjebak di dalam film horor. "Jadi, coba kau ceritakan tentang dirimu," Yoongi bertanya sambil menyilangkan tangan di depan dada, tatapannya tajam.

"Um, saya Jimin, baru saja pindah dari perusahaan sebelumnya, saya suka bekerja dalam tim dan..." Jimin terhenti, merasakan tekanan dari tatapan bos yang menembusnya.

"Ngomong penting penting saja, aku tidak punya waktu untuk mendengar cerita yang tidak relevan," potong Yoongi dengan nada dingin.

Jimin merasa ingin bersembunyi di balik meja. "Baiklah, eum..,? Bos?, saya akan bekerja keras dan berusaha untuk yang terbaik kedepannya" katanya, berusaha untuk tidak menunjukkan ketakutannya.






.*.*.*.*.






Harihari berlalu, dan Jimin mulai terbiasa dengan rutinitasnya. Meski Yoongi terlihat suram dan dingin, Jimin merasa ada sesuatu yang menarik. "Ya, dia hanya butuh waktu," pikirnya.



Suatu hari, Jimin sedang mengerjakan laporan ketika Yoongi tiba-tiba muncul di sampingnya.
"Kau mengerjakan ini dengan lambat," katanya sambil mengedarkan pandangannya.
  "Maaf, saya akan lebih cepat lagi,"
jawab Jimin, berusaha tidak memperhatikan detak jantungnya yang semakin cepat.

"Jangan buat saya menyesal merekrut mu," Yoongi mengancam, tapi di dalam hati Jimin merasakan ada kepedulian yang tersembunyi.











***








Seiring berjalannya waktu, Jimin mulai mengerti sifat Yoongi yang sebenarnya. Di balik sikap dinginnya, tersimpan kerentanan yang tidak mudah ditunjukkan. Mereka sering berdebat, tapi ada momen-momen di mana Yoongi menunjukkan senyumnya yang langka. Jimin merasa hatinya berdebar setiap kali melihatnya.

  "Kenapa kamu tidak pernah tersenyum?" tanya Jimin suatu sore, saat mereka berdua bekerja lembur.

"Karena ini bukan tempat untuk bersenang-senang," jawab Yoongi tanpa menatap Jimin.

"Terkadang, kamu harus memberi dirimu waktu untuk bahagia," sahut Jimin, berusaha meyakinkan.
Yoongi terdiam, dan Jimin bisa merasakan ketegangan di antara mereka.

Kumpulan Oneshot(Yoonmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang