Suatu hari, di balik pintu kayu jati bermotif coklat.
Ada seorang anak perempuan yang merenung seraya menangis, menumpahkan segala isi hatinya ke dalam lembaran buku bersampul batik biru. Di sana, ia menyimpan banyak lara sendiri, menahan semua perasaannya sendiri. Tangisannya, selalu tak pernah dihiraukan oleh siapapun itu.Keluarganya bagaikan rantai yang selalu mengekang jiwanya terus-menerus. Rantai tak terlihat, tapi terasa berat. Di rumahnya, setiap kata yang ia ucapkan dianggap bagai jarum oleh keluarganya. Setiap pandangan adalah pagar. Tak pernah ia dianggap benar, apapun itu selalu salah di mata mereka. Ia tak pernah diberi kesempatan untuk bicara. Menangis pun, hanya akan memperkeruh perkara.
Senyum manisnya yang dulunya selalu terpancar dari kedua sudut bibirnya, kini hanya tinggal kenangan. Bagaikan lilin yang hampir padam ditiup angin lewat. Hidupnya kini terasa hampa. Ia hanya ingin merasakan kebebasan, layaknya burung-burung yang terbang bebas melintasi langit, mengepakkan sayap mereka menuju cakrawala tanpa batas.
Namun, setiap harapan langkah kebebasan yang diukir, rasa-rasanya bagaikan lari di tempat. Terjerat oleh bayang-bayang keluarga yang bagaikan rantai tak terlihat. Gadis itu sebenarnya tidak ingin dipermainkan oleh takdir, ia selalu berkata setiap malamnya, "kapan aku bisa bebas? kapan? kapan aku bisa merasakan senyuman itu lagi?" bisiknya kepada angin sunyi.
Di malam sunyi itu, di bawah rembulan yang bersinar terang, gadis itu menghapus jejak-jejak kesedihan yang tertinggal diwajahnya. Ia memeluk dirinya dalam kesepian. Gadis itu percaya, bahwa suatu saat ia akan menemukan kebebasan. Entah kapan waktunya. Mungkin esok, lusa, atau nanti. Tapi ia yakin, seperti senja yang redup dan antap, selalu ada fajar yang kentara dan terala di ufuk timur.
Dan di tengah bayang-bayang yang menelan hidupnya, gadis itu belajar untuk mencintai sayap-sayapnya sendiri. Ia tahu, kapan waktunya untuk terbang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melodi Senja Dalam Hening Kata
PoesíaDi balik jemarinya yang menari di atas keyboard, tersimpan jiwa yang menjelma dalam bait-bait indah, merangkai kisah sunyi menjadi suara, dan menyulap luka menjadi keindahan abadi.