Bagai menapaki jumantara yang kelam, berat menahan hujan, namun tetap dipaksa bertahan dalam kelabu. Fatamorgana kegalatan selalu menaungi afeksi saban jiwa. Setiap kata seolah-olah seperti duri, mengoyak keyakinan yang perlahan hilang bentuknya.
Layaknya pedang, tajam menghunus kalbu. Lalu meninggalkan rasa perih yang tak kasat mata. Menakar untuk menyangkal, namun malah diri ini terlunta-lunta dalam ribuan kata-kata yang terlontarkan.
Pada akhirnya, aku, hanya seorang pendengar sunyi, meresapi rasa sakit tanpa tempat mengadu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Melodi Senja Dalam Hening Kata
PoetryDi balik jemarinya yang menari di atas keyboard, tersimpan jiwa yang menjelma dalam bait-bait indah, merangkai kisah sunyi menjadi suara, dan menyulap luka menjadi keindahan abadi.