2. Remahan Kesalahan

3 0 0
                                    

Musim Panas, 2021

Matahari bersinar terang, mengirim rasa panas ke muka bumi. Di atas sana tak ada setitik pun awan, membuat sengatan panas tak perlu bersusah payah untuk menyentuh kulit manusia di atas tanah. Air Conditioner mulai tak cukup bagi orang-orang, hawa panas masih menguasai ruangan.

"Kau sudah membeli kacamatanya? Ku dengar itu habis dimana-mana" rambutnya berkibar karena ditiup kipas portebel kecil yang tergeletak di meja.

"Aku membelinya online tapi belum juga sampai, aku takut itu baru sampai besok" gadis lainnya menyandarkan punggung di kursi.

"Aku membelinya kemarin di toko dekat tempat ayahku bekerja, awalnya aku ingin membeli online tapi takut malah membeli yang palsu"

"Aku juga takut sebenarnya, tapi semua toko yang ku datangi sudah kehabisan"

"Kau mau melihat punyaku? Supaya saat punyamu datang nanti kau sudah tahu bagaimana yang asli"

"Kau membawanya?"

Si rambut tergerai menganggukan kepalanya. Ia mulai merogoh tasnya dan mengeluarkan benda yang mereka bicarakan dengan penuh semangat. Sebuah kacamata berlensa black polymer dan berbingkai karton putih.

"Apa ini? Mainan anak-anak?"

Belum sempat ia memberikan benda itu kepada temannya, orang lain sudah merebutnya dari tangannya. Si perebut itu menyenderkan tubuhnya pada meja di belakangnya lalu mulai memincingkan mata memandangi benda yang direbutnya. Dipandanginya seluruh detail benda itu, entah benar-benar memerhatikan atau hanya melihat-lihat.

"Matteo, kembalikan itu" murka si pemilik sah barang.

"Kembalikan apa? Mainan ini?" Ia mengangkat tinggi-tinggi benda di tangannya saat si pemilik asli mencoba mengambilnya kembali.

"Matteo Gray!" Bentakan menggelegar itu tak membuat pemuda di depannya gentar. Yang dibentak justru menerbitkan senyuman jahilnya yang menyebalkan.

Si pembentak menggeram kesal. "Kembalikan itu padaku!" gertaknya.

"Ambillah" Matteo menyodorkan benda yang di maksud pada gadis di depannya. Namun langsung mengangkatnya lagi begitu tangan lain mencoba menyentuhnya. Si gadis tetap mencoba meraih benda itu dengan melompat, tapi gagal.

"Kenapa? Terlalu tinggi? Atau kau yang terlalu pendek?" Ledeknya pada si pelompat, membuat gadis itu menggertakan giginya kesal.

"Baiklah, akan ku taruh benda ini di tempat rendah agar kau bisa mengambilnya" ia menjatuhkan benda ke lantai dan langsung menginjaknya. Si pemilik benda terlampau kesal untuk mengomel. Namun tanpa kata-kata pun orang akan tau bahwa ia sedang marah karna matanya yang tampak berapi-api.

"Sialan" gumam gadis itu sebelum pergi. Entah kemana, yang ia ingin hanyalah meninggalkan tempat ini.

"Kaylee!"

Ia mendengar temannya memanggil, tapi ia enggan berbalik. Si teman akhirnya memutuskan untuk bangkit mengejarnya.

tak

Tak lupa untuk memukul orang yang membuat temannya marah dengan kipas portable yang tadinya tergeletak di meja. Yang dipukul mengaduh kesakitan sedangkan si pemukul melenggang dengan hati yang puas.

"Kau berlebihan Teo"

Matteo menoleh ke belakang dan mendapati pemilik meja yang tadi ia sandari menutup buku sainsnya. Ia berdecih merendahkan. "Dia yang terlalu dramatis" bantahnya.

"Benda itu sedang sulit dicari" si pemilik meja membenarkan kacamatanya dan menatap manusia yang kembali bersandar di mejanya.

"Benda ini?" si penyandar menendang pelan benda putih yang tergeletak dekat kakinya.

Ketika Rembulan Menutup MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang