BAB 30

642 50 4
                                    

"Heeseung? Sayang? Bagaimana hasilnya?" Suara Jake terdengar dari luar kamar mandi, menggema dengan nada khawatir. Setelah menyeka air matanya dan menarik napas dalam-dalam, Heeseung akhirnya memutuskan untuk keluar dan menemui suaminya. Ia tahu Jake pasti sudah cemas sejak tadi.

Saat Heeseung melangkah keluar, wajahnya yang sembab langsung menarik perhatian Jake. "Hei, ada apa? Kenapa menangis?" tanyanya dengan nada semakin khawatir, matanya menyiratkan kekhawatiran yang mendalam.

Tanpa mengatakan apa-apa, Heeseung tiba-tiba memeluk Jake erat-erat. Tubuhnya gemetar, namun di balik pelukan itu, ada senyum tipis yang terselip di wajahnya. Jake bisa merasakan emosi yang bergolak dalam diri istrinya, tetapi kebingungan tetap memenuhi pikirannya. "Hiks... bagaimana ini, Jake..." bisik Heeseung di sela-sela isak tangisnya, membuat Jake semakin panik.

Dengan lembut, Jake mengusap punggung Heeseung, mencoba menenangkan. "Tidak apa-apa, sayang. Apa pun itu, kita akan terus berusaha. Semuanya akan baik-baik saja-" Namun, sebelum Jake bisa menyelesaikan kalimatnya, Heeseung memotongnya. "Bagaimana ini... kau... sebentar lagi kau akan menjadi seorang ayah, Jake..." ucap Heeseung pelan, suaranya penuh emosi.

Jake terdiam sejenak, mencoba mencerna kata-kata yang baru saja didengarnya. Dengan perlahan, dia melepaskan pelukan mereka dan menatap dalam-dalam ke mata basah Heeseung, berusaha memastikan bahwa ia tidak salah dengar. "A-apa?" tanya Jake, masih tak percaya.

Heeseung mengangguk pelan, mencoba menenangkan suaminya. "Ya, aku hamil, Jake," jawabnya dengan suara pelan namun penuh kebahagiaan, sebuah senyum lebar menghiasi wajahnya.

Kebingungan di wajah Jake perlahan-lahan berubah menjadi kebahagiaan yang mendalam. Dia merasa seperti kehilangan kata-kata, tetapi perasaannya begitu jelas. Jake segera menarik Heeseung kembali ke dalam pelukannya, memeluknya lebih erat kali ini. "Terima kasih... terima kasih, sayang," bisiknya penuh haru, suaranya sedikit bergetar. Dengan lembut, ia mencium kening Heeseung sebelum menundukkan tubuhnya hingga sejajar dengan perut istrinya yang masih datar.

"Dia... benar-benar ada di sini?" tanya Jake, suaranya hampir seperti bisikan, saat ia mendongak dan menatap Heeseung. Tangan besar Jake perlahan menyentuh perut Heeseung dengan lembut, seolah takut melukai kehidupan yang baru saja tumbuh di dalamnya.

Heeseung mengangguk, air matanya kembali jatuh, kali ini bukan karena kesedihan, melainkan kebahagiaan yang begitu besar. Melihat itu, Jake tersenyum dan perlahan mencium perut Heeseung dengan penuh kasih sayang. "Ayah tidak akan pernah membiarkanmu dan ibumu pergi lagi. Ayah janji," ucap Jake lembut, berbisik pada bayi mereka yang masih tumbuh dalam rahim Heeseung.

Jake kembali berdiri dan menatap Heeseung dengan penuh cinta. Tanpa berpikir panjang, ia mencium bibir Heeseung, menyalurkan segala perasaan yang tak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata. "Aku mencintaimu, Shim Heeseung," ucapnya pelan di antara kecupan. "Dan aku juga mencintai Sunoo serta Ni-ki."

Kata-kata Jake membuat Heeseung mengernyit, kebingungan jelas tergambar di wajahnya. "Sunoo dan Ni-ki?" gumamnya bingung, mencoba memahami maksud Jake.

Jake terkekeh pelan, mengusap lembut perut Heeseung lagi. "Ya, nama anak-anak kita," jawabnya dengan nada santai.

Heeseung semakin bingung. "Tapi... itu dua nama," bisiknya dengan ragu, masih tak mengerti maksud suaminya.

Jake tersenyum lebih lebar. "Ya, aku berharap mereka kembar. Tapi jika Sunoo lahir lebih dulu, kita akan segera membuat Ni-ki setelahnya," jawabnya dengan nada bercanda, meskipun ada sedikit keseriusan di balik ucapannya.

Wajah Heeseung langsung memerah mendengar ucapan Jake, malu namun tersenyum. Perasaan bahagia membanjiri dirinya. Di pelukan suaminya, ia merasa aman dan dicintai, dan sekarang mereka akan segera menjadi keluarga yang lengkap dengan kehadiran bayi mereka. "Aku mencintaimu Jake," ujar Heeseung sebelum mengecup bibir suaminya.





FATE  [JAKESEUNG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang