17. MOON, STAR AND MOM

53 24 13
                                    

Keduanya sama-sama tetap di posisi yang sama dan keadaan yang sama. Rasa sunyi menyelimuti balkon tersebut, hanya terdengar suara angin berhembus, pena yang mencatat, suara halaman buku di balikkan, suara kunyahan makanan dan seperti itu terus hingga beberapa menit kedepannya.

Elgar juga tampak sangat tenang. Entah apa yang di pikirkan cowok itu dari balik wajah lempengnya yang tak berubah sama sekali. Lyoora sesekali mengamati, memang untuk seukuran kutu buku, Elgar sangat tampan. Tak seperti kutu buku yang biasanya memakai kacamata bulat besar, baju yang longgar dan lainnya yang tak bisa gadis itu deskripsikan.

Malah cowok ini keren sekali. Ya memang keren sih, kalau gak keren gak bakal seorang Rebina mau mengejarnya. Ah, omong-omong soal Rebina, ia teringat bahwa cewek itu merampas buku Elgar saat di UKS, apa sudah di kembalikan?

"Saat di UKS ..." Elgar mendongak. "Buku kamu ketinggalan di sana." Lyoora berusaha tidak gugup saat wajah mereka bertatapan.

"Tapi pas mau aku kembalikan, Rebina ambil buku itu dengan paksa dan dia mau balikin ke kamu. Bukunya udah beneran sampai ke kamu?"

"Sudah." jawaban singkat Elgar tak memuaskan Lyoora.

Ia mengangguk pelan. "Aku pikir masih ada di Rebina."

Elgar tak merespon dan mengangguk saja dengan mata yang terfokus pada buku.

Lyoora menulis kembali, tapi otaknya sibuk memikirkan sesuatu hal lain dan itu bukan tugas. Tak terasa bahwa jam sudah pukul 10. Angin juga semakin dingin di setiap detik malam bertambah larut. "Lo nulis emang lelet ya?"

"Apa?"

Elgar berdecak. "Pulang." satu kata yang di tekan jelas.

"Belum selesai nulisnya," jawab Lyoora.

"Udah larut. Pulang." Elgar mengusir untuk kebaikan cewek itu sendiri. Malam sudah larut. Seharusnya gadis ini juga tau, dia sudah salah waktu jika ingin mengerjakan tugas bareng, datang larut malam dan di tambah nulisnya super lelet, alias lama!

Lyora menunjuk bukunya. "Masih belum ketulis dua jawaban."

"Fotoin aja."

"Gak bawa handphone."

Helaan nafas terdengar. "Beresin barang lo, bawa aja buku gue."

"Boleh emang?" Lyoora bertanya pelan.

"Iya, ntar balikin." akhirnya Lyoora mengemasi barang-barangnya. Dia memasukkan buku pelajaran Elgar dan miliknya dalam totebag. "Bawa ini juga."

Telapak tangannya di taruh kotak berisi makanan yang Elgar beri. "Eh, makasihh."

Elgar mengangguk. Dia berjalan masuk ke dalam kamar dan mengantarkan gadis itu hingga ke depan rumah. Tapi suara seseorang menghentikan langkah keduanya.

"Temen kamu?"

Mereka berpapasan dengan Kendra yang baru saja keluar dari dapur dengan gelas kopi di tangannya. "Ngapain malam-malam kemari?"

"Maaf, Om. Aku tadi cuma mau ngerjain tugas bareng Elgar aja kok." Lyoora menjawab dengan cepat. Baru kali ini dia bertemu dengan Papanya Elgar, ternyata benar-benar se-menyeramkan persis di cerita Regan dan Arvin.

Kendra mendegus. "Lain kali kerjain sendiri. Jangan maunya ngerjain bareng tugas gitu doang." pria itu tidak suka dengan yang namanya tugas kelompok, belajar bareng, atau hal lainnya. Dia lebih menyukai hal yang berbau individu yang jelas melakukan sesuatu dan berhasil dalam sesuatu karna usaha sendiri dan bukan dengan usaha orang lain yang terlibat.

Otak Kendra berpikir jika terlalu banyak bergantung pada orang dalam mengerjakan apapun, dari hal sepele saja maka hal sepele itu akan menjadi suatu kebiasaan yang tak akan bisa di hilangkan. Makanya dari dulu Kendra selalu menertibkan Elgar dengan belajar mandiri. Dia hanya akan menyuruh Elgar membaca, mengerjakan tugas sendiri, melakukan semuanya sendiri, agar anaknya itu tau, tak selamanya dia akan mendapatkan bantuan secara terus-menerus jika tidak di ajarkan mandiri.

ELGAR: ROBOT'S & FLOW'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang