4. THERE'S ALWAYS TIME

208 113 39
                                    

Kantin tampak lebih ramai saat istirahat kedua, karena waktunya juga cukup lama di bandingkan waktu istirahat pertama. Semua di sana tampak menikmati makanan kantin sambil mengobrol, begitupula dengan Elgar dan lainnya, kecuali Lucifer karena cowok itu balik kembali ke UKS setelah pelajaran seni. "Makan, El jangan baca buku mulu." Regan mendorong mangkok baksonya ke depan Elgar. "Nih, cicip makanan gue."

"Gak usah," Elgar masih fokus membaca bukunya tanpa melihat ke Regan yang sudah baik menawarkan makanan. "Nanti beli sendiri."

Regan mengangguk saja. Intinya dia sudah menawarkan jika Elgar masih tak mau berarti bukan salahnya, lalu kembali menarik mangkok tersebut mendekat dan lanjut memakan bakso yang tersisa di sana.

Dylan ikut bergabung, duduk di samping Elgar dengan membawa nampan. "Nih, udah gue beli, bayarnya lo cuma harus makan sampai habis." ia menggeser mangkok mie ayam Teh Dysa ke Elgar, bahkan cowok itu juga menuangkan saos, kecap, dan cabai ke dalam mangkok Elgar. "Masih gak mau makan juga lo?"

"Makan, El. Kulkas kita udah baik hati banget mau beli terus nuangin saos, kecap ke mangkok lo." ujar Arvin sambil mencomot bakso bakar.

Buku di tangannya langsung di tutup, tapi tetap belum menyentuh makanan di depannya. "Nanti gue ganti," ucap Elgar.

"Makan tinggal makan, El." Dylan langsung membalas ucapan tersebut. "Jangan bilang gak enakan, gue timpuk lo."

"Gue ngerti," Arvin menaruh plastik bakso bakarnya di atas meja. "Ini kode minta disuapin. Sini Abang Elgar, Dedek Arvin suapin kamu, mwahhh."

"Jijik." Elgar meraih sendok dan garpu, mencampur ratakan semuanya. Selesai itu baru dia memasukkan suapan mie ayam pada mulutnya.

Ketenangan kantin langsung menghilang ketika terdengar suara pecahan gelas dari belakang kursi kantin mereka. Semua langsung memusatkan perhatian pada satu titik yang sama.

"Itu bukannya Alexa 11 IPA 2, YA?"

"Iya, dia yang di gosipin sama Galen itu kan?"

"Mampus deh! Udah tau muka biasa aja, masih mau coba suka sama Galen."

"Dah, biarin aja."

Bisik-bisik siswi yang suka mengghibah terdengar di setiap sudut. Alexa yang menjadi bahan tontonan hanya bisa diam saja. Jus mangga membasahi seluruh tubuhnya, seragamnya pun juga berubah warna menjadi oranye. "Maksud lo apaan sih?!" Febriana Meilyn atau lebih akrab di sapa Nana, mendorong bahu Talia yang menjadi pelaku penumpahan jus tersebut.

"Ck, gue gak ada urusan sama lo, minggir! Gue cuma mau main sama cupu ini."

"S-sakitt..." Alexa meringis saat pipinya di cengkram begitu kuat oleh Talia.

Talia tersenyum, bukan melepaskan malah semakin menambah kekuatan pada cengkraman tersebut. "Liat, muka lo jelek banget ihh....." ujarnya sambil tertawa. "Fotoin cepat jadiin stiker wa."

"Lepasin Alexa, sialan!" Nana mencoba melepaskan tangan milik Talia dari wajah Alexa.

Alexa sendiri juga sudah berusaha melepaskan wajahnya dari tangan Talia, tapi tenaganya tidak sebanding dengan tenaga yang dimiliki Talia. "Tolong.... Lepasin..."

"Ogah," serunya tersenyum mengejek. "Lo sih berulah banget! Muka udah pas-pasan, nekat banget nyatain cinta monyet lo ke Galen. Sadar! Sadar Alexa!"

Alexa mengigit bibirnya. Matanya memanas saat di perlakukan seperti ini di depan banyak orang, apalagi Galen juga ikut memperhatikannya dari kejauhan bersama temannya yang lain.

"Galen juga bilang begitu kan? Sadar diri, lo yang jelek begini jangan harap Galen bakal mau! Galen itu cuma gabut doang kasih perhatian ke elo. Jadi jangan baper, cupu!"

ELGAR: ROBOT'S & FLOW'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang