12. Hari Ulang Tahun

7 3 0
                                    

Hari-hari berikutnya aku sudah bisa kembali bersekolah, diantar-jemput Papa, sarapan bersama, lalu ketika pulang dari sekolah, aku bersama Mama melakukan hal-hal menyenangkan. Entah hal-hal seperti diajarkan memotong sayur-sayuran, mempelajari nama-nama bumbu di dapur, sesekali juga menata tanaman di halaman belakang dan menyiramnya.

Sampai hari besok di bulan baru, resmi sebulan lebih aku mendiami rumah ini, bahkan lebih banyak menghabiskan waktu bersama Mama. Papa sibuk bekerja, sedangkan Gista mengurung diri di kamar.

Ya, itu yang dikatakan Papa. Berbeda dengan Mama yang memberitahuku. "Gista homeschooling." Belum aku menanyakan apa itu homeschooling, Mama sudah kembali berucap, "Homeschooling itu artinya metode belajar dan mengajar yang dilakukan di rumah, atau di tempat yang kondusif pokoknya. Gista juga nggak ikut makan bersama itu karena jadwal belajarnya ditambah, tapi dia tetep makan kok. Gita lihat, kan, kalau Mama sering antarin makanannya ke kamar Gista? Jadwal kita makan itu ... jam sarapan, makan siang, atau waktu makan malam sama jam belajarnya Gista tabrakan. Makanya Gista jarang sama kita."

Aku hanya mengangguk mengerti, tapi berulang kali melirik pintu jamar Gista yang tertutup rapat, seringkali ingin mengetuk dan berharap dibukakan, tapi aku tak pernah berani untuk melakukannya. Cukup jera karena adegan kekerasan dari Gista beberapa hari yang lalu.

***

Harusnya aku sudah tidur. Harusnya aku tak keluar dari kamar di tengah malam begini.

Namun, malam ini, aku nekat berdiri di depan kamar Gista ketika jam dinding menunjukkan pukul 23.03. Aku tak mengetuk pintu kamarnya, juga tak berniat membangunkan Mama dan Papa, yang kulakukan adalah mendorong pelan pintu dan mendapati Gista yang tidur telentang di atas kasur tunggalnya.

Setelah kejadian itu, aku jadi lebih sering memperhatikan Gista, entah secara sadar atau tanpa persetujuannya, aku jadi tahu kalau Gista akan membuka pintu kamarnya tiap tengah malam tiba.

Malam ini terasa lebih spesial, aku juga membuka kertas kecil yang isinya tak jauh-jauh dari kalimat, "Aku harap Gista bahagia dan semoga nanti kamu mau menerimaku sebagai saudarimu."

to be continued ....

One More TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang