Bagian 2

435 109 8
                                    

Pagi dengan situasi yang sedikit terlambat dari prediksi Elard. Seharusnya kemarin pagi ia mendengar amukan sang ayah, setelah malam peresmian hotel. Ternyata baru pagi ini ia dipanggil, disidang tepatnya, di hadapan saudara-saudaranya.

"Stupid! Ceroboh!" maki Tedy Nanggala, ayah Elard. Pria paruh baya itu berjalan mondar-mandir. Lantas kembali duduk di sofa mewahnya setelah melepas kacamata.

Salah satu aturan tak tertulis di keluarga Nanggala, setiap lelaki itu bicara, semua wajib diam. Tak seorang pun boleh membantah, tapi Elard lain cerita. Hanya dia yang berani melawan pemimpin keluarga.

Bagaimana komisaris Grup Zink itu tak naik pitam, pagi-pagi buta ia mendapat kabar dari kuasa hukumnya, bahwa Elard melakukan pemerkosaan terhadap putri Grup Meteor. Seketika darahnya terkumpul di kepala. Apalagi membayangkan jima berita ini tercium media.

"Main dengan puluhan wanita sekaligus pun Daddy tak peduli, tapi kamu crazy! Ini putri Meteor!"

Adik-adik Elard yang awalnya jengah pun sempat terkejut. Bukan kebiasaan kakak mereka melakukan pelecehan. Selama ini, para wanita yang mengaku ditiduri Elard selalu mengaku suka sama suka, lalu menghilang entah kemana, entah pergi karena uang tutup mulut dari orang tua mereka atau karena alasan lain. Tak pernah ada wanita yang bertahan lama di sisi Elard.

Kini kedua adik Elard hanya bisa bersedekap. Mendengar amukan sang ayah yang sangat kasar, sambil sesekali melirik terdakwa yang duduk tenang dengan kaki bersilang. Elard tampak tak punya beban.

"Bersiaplah untuk menghadapi tuntutan." Tedy memperingatkan.

"Okey," balas Elard enteng sambil merapikan pergelangan tangan. Ia lantas beranjak karena menganggap masalah telah selasai. Sikap percaya diri berlebihan yang membuat semua mata menghukum dengan tatapan sengit.

Elard membalas tatapan menghakimi itu satu per satu. Dengan senyum innocent yang congkak. "Sudah selesai, kan?"

Amarah Tedy yang hampir reda kembali tergugah. Ia berjalan cepat untuk merenggut jas putra sulungnya itu, lalu mendudukkannya kembali. Tapi, hanya senyum tipis penuh kesombongan yang ia dapati.

Napas Tedy menggebu. Menggeram ingin menghajar, tapi sang istri menahan. Menangis memohon agar tak melakukan kekerasan.

Tedy menurut, mengikuti Riana yang menarik tangannya, berusaha melerai. Ia duduk kembali meski napas masih tersengal. Meraup wajah menormalkan emosinya lalu kembali memakai kaca mata.

Jika sebelumnya tak pernah kesulitan menganbil kebijakan terkait perusahaan, kali ini ia dibuat panik bukan kepalang. Kegelisahannya tergambar jelas pada kedua tangan yang menyatu dan mengepal.

Di saat seluruh anggota keluarga harap-harap cemas menanti keputusan sang ayah, pembuat onar justru sibuk merapikan jasnya. Seolah ia sudah tahu langkah yang akan diambil sang ayah. Ia pun bisa mendengar Sofia dan Ricky beberapa kali membuang napas lelah, memrotes kelakuannya.

"Nikahi dia apapun yang terjadi, dan kamu tidak akan kehilangan apapun," ancam Tedy.

Pandangan Elard terangkat. Rupanya keputusan Tedy tak sesuai dengan prediksi. Rahang Elard mengetat. Tangannya mengepal lalu keluar tanpa berpamitan.

Riana segera menyusulnya.

"Elard, Mommy ingin bicara!" ajak Riana seraya menarik lengan putranya.

Wanita itu menyeret Elard hingga ke taman tanpa perlawanan. Di antara semua yang tinggal di rumah besar itu, hanya pada ibunya Elard bisa menurunkan ego. Menurut.

"Duduklah," suruh Riana yang lebih dulu duduk di bangku taman halaman depan rumah mereka. Tangan dingin Riana selalu memastikan taman yang cukup luas itu tetap hijau dan nyaman dipandang mata.

Aku Bagimu, Kamu Milikku 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang