46

1.2K 187 21
                                    

"A aku i iijinin kamu" ucap shani bergetar.

"Maksudnya.? Ijinin apa.?" tanya cio bingung.

"Kamu pasti udah tau apa yg mami pengenin, dan aku mengijinkan kamu untuk nikah lagi" ucap shani dengan tersenyum tapi tidak dengan air matanya yg jatuh begitu saja.

Shani memalingkan wajahnya dengan mengusap kasad air matanya, jujur ia sangat berat mengucapkan hal ini. Kalo boleh egois shani sangat amat gak mau berbagi suami dengan wanita lain.

Gracio memejamkan matanya sekejap ketika mendengar hal itu sekarang dari istrinya dan lebih parahnya lagi istrinya mengijinkan dia untuk menikah lagi.

"Kalo kamu sendiri sakit kenapa kamu berani sekali mengijinkan aku" ucap cio.

"Aku ikhlas, ini cuman belum terbiasa" ucap shani.

"Iya aku yakin kamu ikhlas dan lambat laun akan terbiasa, tapi tidak dengan aku shan sampai kapanpun aku gak akan ikhlas menduakan kamu, cukup sama kamu dan anak2 aku mau hidup sampai akhir hayat aku, bukan sama yg lain" ucap cio lirih.

"Aku gak tau apa yg mami bilang ke kamu sampai kamu dengan gampangnya bilang kaya gini" ucap cio

"Mungkin ini awal yg baik buat hubungan aku sama mami, makanya aku ngijinin kamu buat nikah lagi, aku gapapa cio" ucap shani.

"Bukan shan, bukan awal yg baik tapi awal yg buruk" ucap cio yg langsung berdiri dan pergi dari kamar.

Setelah melihat kepergian suaminya air mata shani kembali jatuh, ia menangis tersedu sedu dengan ditemani angin malam. Sungguh ini sangat menyiksa shani ataupun gracio.

Gracio pergi ke ruang kerjanya untuk meredam emosi yg sedang membara, ia duduk di kursi kerjanya dengan menyandarkan badannya dan menutup matanya.

Setelah beberapa jam meredam emosinya, kini gracio kembali ke kamarnya, ia pikir istrinya sudah tidur nyenyak tapi kenyataan nya tidak sama sekali, bahkan istrinya tidak beranjak dari sofa balkon.

Cio membuang nafasnya kasar melihat kelakuan shani apakah ia tidak sadar kalo angin malam itu tidak baik apalagi ia sedang mengandung.

Langkah cio berhenti ketika melihat shani menatap langit malam dengan tatapan kosong.

"Mau sampai kapan kamu melihat langit dengan pikiran yg entah kemana.?" ucap cio menyadarkan shani.

Shani melihat sekilas suaminya lalu ia menunduk.

"Maaf" ucap shani lirih.

"Masuk dan istirahatlah, ada hari esok untuk kamu berpikir" ucap cio datar dan langsung masuk kamar.

Shani menghela nafasnya melihat perubahan dari suaminya, lalu ia beranjak masuk kamar menuruti apa kata suaminya.

Sebelum merebahkan diri ke kasur, shani pergi kekamar mandi, sedangkan gracio ia sudah berbaring dikasur bahkan sudah memejamkan matanya.

Mereka tidur dengan saling membelakangi, tidak seperti biasanya yg saling hadap hadapan bahkan saling memeluk satu sama lain.

Keesokan harinya, shani bangun lebih dulu, bukan karna terbiasa tapi karna ia semalaman gak nyenyak tidurnya.
Ia melihat kesamping yg dimana suami nya masih tertidur dengan telentang.

"Semoga kamu ngerti dengan posisi aku" gumam shani setelahnya ia pergi ke kamar mandi.

Cio bangun ketika mendengar pintu kamar mandi terbuka yg menampilkan istrinya sehabis mandi masih menggunakan kimono.

"Morning" ucap cio, seolah olah tidak terjadi apa2 semalam.

"Morning" ucap shani membalas sapaan cio.

Cio berjalan kekamar mandi melewati shani yg sedang memilih baju untuk dirinya pakai dan untuk cio pakai kekantor.

Setelahnya shani pergi kedapur untuk membuat sarapan, walaupun mood nya tidak seperti biasanya tapi ia tetep melakukan kewajibannya sebagai seorang istri.

"Sarapan dulu" ucap shani ketika melihat cio yg terlihat buru2

Cio melihat kearah shani yg berdiri dekat meja makan dengan nasi goreng yg sudah tersaji disana.
Ia melihat jam tangannya lalu mengangguk dan berjalan ke meja makan.

Shani dengan sigap mengambil sarapan untuk suaminya ia tau suaminya sedang terburu buru terlihat dari cara makan cio yg tidak santai.

"Pelan pelan aja makannya" ucap shani.

"Gak bisa, aku udah telat ada meeting penting" ucap cio menyuapkan suapan terakhirnya lalu ia meminum dan berdiri tak lupa mencium kening dan perut shani sebelum ia pergi.

Setelah memastikan gracio pergi shani melanjutkan sarapannya yg tinggal setengahnya lagi.


*

Sudah 1minggu shani terus berusaha untuk membujuk suaminya agar mau melakukan permintaan mertua nya, bukan hanya shani tapi mami nya juga sudah terus terusan bahkan memaksa sang anak.

Gracio dengan keukeuh ia tidak mau, tapi lambat laun gracio sangat jengah dengan kelakuan mami dan istrinya.

Cio juga sadar akan keinginan istrinya, shani melakukan ini semata mata ingin hubungan dengan mami nya baik, dan diterima menjadi menantu nya,apalagi sebentar lagi anak yg ia kandung akan lahir ia ingin anaknya merasakan kasih sayang dari seorang oma nya, dia gak mau anaknya dibenci oleh oma nya sendiri.

Tapi apakah tidak ada cara lain selain cio harus manikah dengan wanita pilihan mami nya yg bahkan itu tidak masuk kriteria cio sama sekali, sangat jauh berbeda dengan shani.

"Kalo kamu gak mau ngelakuin ini untuk aku tapi lakuin lah demi anak kamu, kamu gak mau kan anak kamu dibenci sama oma nya sendiri" ucap shani.

"Shan aku gak bisa, udah berapa kali aku bilang aku gak mau shan, aku cuman mau sama kamu dan anak kita" ucap cio.

"Gak akan ada yg berubah cio, aku sama anak kita akan tetep ada disamping kamu, bedanya bakal ada wanita lain dalam kehidupan kamu" ucap shani.

"Aku terlalu jahat kalo melakukan itu" ucap cio lirih.

"Engga kamu engga jahat sama sekali sayang, jangan berpikiran seperti itu, karna ini kemauan aku" ucap shani.

Cio menatap mata shani yg banyak harapan kepadanya, ia sangat bingung mengambil keputusan yg mana.









Apakah gracio akan menerima permintaan mami nya.?

Jangan lupa vote dan komen guys..






Lika Liku Luka (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang