bullying⁷

5 5 2
                                    

Berita Ravenna menghilang sudah menyebar luas disekolah Infinity.
Tetapi anehnya tidak ada guru satupun yang membahas soal kehilangan siswa.

"Ih anter gue ke kamar mandi dong," mohon Marella pada temannya.

"Gak mau ah gue, takut kejadian Ravenna keulang lagi." Balas temannya yang langsung menepis ajakan Marella.

Marella Ayara. Siswi dengan rambut terurai yang dipadukan dengan bando terlihat begitu anggun, sehingga membuat beberapa siswa menyukai penampilannya.

"Ih yaudah." Dengan kesal, Marella dengan langkah hentaknya berjalan ke kamar mandi seorang diri.

Saat tiba dikamar mandi, dia kembali teringat tentang cerita hilangnya Ravenna "ih masa takut sama yang begituan sih," Saat ingin memasuki bilik toilet, dia dikejutkan dengan suara keran air yang tiba-tiba saja berbunyi.

"AAAAAA" teriak Marella begitu kencang sehingga orang yang menghidupkan keran menghampiri Marella "hei kenapa?" Tanya orang itu  membuat Marella.

"Elo, Asta. Sialan, lain kali jangan ngagetin orang donggg." Marahnya saat mengetahui siapa yang sudah bikin dia teriak sangat keras.

Asta Willona. Siswi dengan rambut yang di kepang, membuat dirinya terlihat lugu sehingga dijadikan bahan bully oleh teman-temannya. Asta selalu dikucilkan dan berdiam diri serta jarang berbicara karena takut kalau omongannya membuat dirinya semakin dibully.

Marella menabrak tubuh Asta yang ada didepan pintu cukup keras, membuat Asta terhuyung kebelakang. Tetapi ia hanya diam meskipun pundaknya terasa sakit.

°•°•°•°•°•°•

Saat ini Asta berada di taman untuk menenangkan pikirannya, tetapi bukannya ketenangan yang ia dapat, malah kesialan yang datang padanya.

Kesialan itu dikarenakan datangnya tiga orang siswa yang dengan siap membully Asta kapan saja.

Penampilan mereka yang urakan semakin memperkuat bahwa mereka siswa yang tidak mentaati peraturan.

"Hi manis..." Sapa Marlon sebagai ketua diantara mereka bertiga.

Asta hanya diam tak menjawab bahkan tak berekspresi, karena dia sudah tau apa yang akan terjadi kedepannya.

"Jawab Anjing!" Dengan marah, Theon, Teman Marlon. Menjambak rambut Asta dengan kuat membuat Asta meringis tertahan.

"Cih, Jangan sok jual mahal. Semua orang tau kalo ibu Lo tuh mantan pelacur." Mendengar omongan Arlo membuat ketiga pembully itu tertawa dengan senang.

Theon melepaskan jambakannya, kini beralih pada tangan Asta yang akan dibakar oleh puntung rokok milik Marlon.

Asta memberontak dan dengan sekuat tenaga melepaskan cengkraman tangan Theon dari Tangannya.

Tetapi sudah terlambat, karna kini Theon dengan tega menekan puntung rokok pada pergelangan tangan Asta.

Asta teriak tertahan karena mulutnya sudah dibungkam oleh Marlon, kakinya dicekal oleh Arlo.

Matanya berkaca-kaca, air mata mulai menetes di pipinya. Bibirnya bergetar, tangannya mengepal erat.  Napasnya tersengal-sengal, Suaranya teredam, hanya terdengar isakan samar.  Wajahnya memerah.

Melihat itu, ketiganya tersenyum puas seakan mereka sedang melihat pertunjukan yang memukau, bibir Asta sudah tidak dibungkam, kini ia bisa bernafas bebas.

"Lihat, gue mengukurnya dengan indah..." Bangga Theon setelah melepaskan puntung rokok dari tangan Asta.

Terlihat abu rokok yang bercampur darah membuat ketiganya merasa puas dengan apa yang dilakukan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

INFINITY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang