48

22.3K 1.6K 26
                                    

Salma ternyata sakit lumayan parah. Dia terkena tipes, baru satu minggu setelah sakit karena masalah pencernaan, ia kembali di rawat karena tipes itu. Gika dengar itu dari Gauri yang bertelepon dengan temannya.

"Gak mau di jenguk aja?" Berulang kali Gika bilang, yang berpisah adalah dia dan Aric. Salma dan Gauri seharusnya tidak usah ikut terlibat.

Apalagi melihat Gauri nampaknya gelisah mengetahui sahabatnya bulan ini keluar masuk rumah sakit terus.

"Iya ma, kalau mau jenguk gak usah di tahan." Ayahnya ikut menimpali, ini hari minggu. Maka anggota keluarga sedang lengkap.

"Atau mau aku temenin? Siapa tau mama gengsi." Gauri benarkan itu dalam hati. Sebenarnya dia disini yang berusaha memutuskan hubungan.

"Kamu emangnya gak papa?" Gika menggeleng pelan. Sudah semingguan ini Aric tidak muncul dimana-mana. Carla juga bilang dia tidak pernah datang ke showroom. Bara juga bilang belum melihat Aric lagi akhir-akhir ini. Mungkin dia memang sedang di rumah sakit dan kalau dia ikut, otomatis mereka akan bertemu. Tapi selain mulai gatal melihat kegelisahan Gauri, Gika juga khawatir dengan kondisi tante Salma. Karena mau di pandang dari sisi manapun, Salma adalah mantan mertuanya yang baik. Sekali lagi Gika katakan, yang berpisah adalah dia dan Aric. Bukan Salma dan Gauri. Keputusan untuk menghindar dari keluarga Aric adalah milik Gika sepenuhnya. Itu adalah caranya memulihkan diri. Tapi mengingat kondisi Salma yang sedang sakit, tiba-tiba saja segala momen-momennya dengan Salma memenuhi kepalanya. Dia orang yang baik

"Mama kayaknya yang makin tersiksa" Gauri mengangguki ucapan suaminya. Maka siang itu, Gauri bersama Gika akhirnya memutuskan kerumah sakit. Mereka di sambut oleh Mahendra dan Alea.

"Udah semingguan sih, dokter juga bilang mama kecapean." Informasi dari Mahendra itu membuat Gika berfikir. Tante Salma di masa lalu memang lumayan sibuk.

"Makasih ya Gika, kamu masih peduli sama mama." Gika hanya mengangguki ucapan Alea.

Alea dan Mahendra memutuskan menunggu diluar ketika Gauri dan Gika memasuki kamar Salma. Lumayan lama, sampai Aric yang pulang untuk mandi dan berganti baju sudah kembali

"Di dalam ada Gika, dan tante Gauri." Aric menatap Alea dengan diamnya. Ini sudah seminggu ia tidak melakukan apapun untuk dapat bertemu Gika. Sakitnya Salma membuatnya sangat khawatir, namun kepalanya memang sangat ribut mencari Gika.

"Kamu liatkan? Betapa baiknya orang yang udah kamu kecewakan itu?" Hubungan antara Mahendra dan Aric memang sedang dingin-dinginnya ketika Aric memutuskan bercerai dari Gika untuk alasan yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Apalagi ketika Aric bercerita bahwa rekaman itu sebenarnya di manipulasi. Salma lah yang menahan Mahendra untuk tidak menghajar Aric yang begitu gegabah dalam mengambil keputusan.

Aric tidak mampu menjawab ucapan ayahnya itu, dia sudah lebih dulu sadar betapa bodoh dirinya ini. Hingga saat ini

Aric tidak dapat mengalihkan pandangannya dari Gika sedetik pun ketika ia baru saja keluar dari kamar mamanya. Gika yang seolah tidak melihat keberadaannya, Gika yang bagai tersesat di pikirannya karena menolak pergi.

"Makasih tante, sudah mau jenguk mama." Aric mendengar ucapan Alea itu-, mengalihkan pandangannya pada Gauri yang juga membalas sapaannya sangat dingin tadi.

"Kalau gitu kami pulang dulu" Alea dan Mahendra mengangguk. Aric merasa aliran darahnya sejenak berhenti ketika tatapan Gika sampai padanya meski hanya tiga detik.

"Terima kasih tante" ucap Aric mengambil tangan Gauri untuk menyalaminya. Gauri biarkan itu meski tidak menjawab ucapan Aric. Ia berjalan lebih dulu di depan Gika

"Terimakasih Gika" Gika hanya mengangguk, agak aneh perasaannya ketika setelah seminggu ini dia kembali melihat Aric.

______

BORN TO BE OVERLOVE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang