03

53.6K 3.6K 27
                                    

Gika baru saja selesai menata tiramisu buatan nya ketika Bara datang dengan paper bag di tangannya. Gika yang melihat itu bergegas mendekat dan mengambil duduk di sampingnya, menunggu beberapa detik untuk pria itu memesan minumannya.

"Bawa apa?" Bara menggeser paper bag nya lebih dekat dengan Gika.

"Minggu nanti gue mau ke kondangan, lo temenin gue ya?" ucapan Bara membuat Gika memutar malas bola matanya.

Terulang lagi, Bara tiap kali menghadiri acara semacam itu memang selalu memanfaatkan Gika untuk diajak sebagai 'pasangan'

Gika sendiri sebenarnya malas melakukan itu karena baginya, berada di acara pesta seperti itu membuatnya mudah bosan dan cepat lelah. Terlebih, teman-teman Bara banyak yang tidak ia kenali. Lalu kali ini, kemana lagi pria itu ingin membawanya?

"Makanya cari pacar sana! Capek gue jadi pacar boongan lo!" Seolah Gika lupa jika membantu Bara tidak pernah gratis.

"Gak lama kok kita disana, abis itu gue traktir deh" ucap Bara santai, ia juga tidak pernah lupa jika membujuk Gika adalah mudah.

"Tante Tyara aja udah capek nyuruh lo nyari istri" balas Gika menyebutkan nama ibu dari Bara yang sudah sangat akrab dengannya.

"Baru juga umur berapa, emang mama aja yang gak sabaran" Bara kemudian mengeluarkan sebuah gaun dari paper bag yang ia bawa tadi.

"Emang lo aja yang pemilih" banyak wanita semasa kuliah dulu yang menyukai Bara. Tapi memang Bara yang enggan memiliki hubungan. Saking seringnya mengajak Gika kemana-mana banyak yang berfikir jika mereka adalah sepasang kekasih.

Bara kekasihnya? Gika lebih baik jomblo seumur hidup. Ia sudah mengenal Bara sedari lama. Pria yang hobinya mengoleksi lego dan jam tangan itu sebenarnya belum move on dari mantan pacar pertama dan satu-satunya. Gika pernah sekali  bertemu dengan sosoknya dan sering mendengarnya lewat cerita Bara, namun dari sana sudah dapat di simpulkan sehebat apa perempuan itu hingga Bara Alexander susah berpindah hati.

"Dari pada ngomong yang gak jelas, nih lo liat dulu" Gika menerimanya, gaun itu berwarna baby blue dan berbahan satin. Sebagai wanita, bodoh jika Gika bilang gaun ini jelek.

Merk yang lumayan terkenal, Bara meskipun baru bekerja selama dua tahun dan dengan jabatan biasa saja, dia adalah anak tunggal kaya raya yang sebenarnya hanya sedang mencari pengalaman kerja sebelum nantinya melanjutkan usaha keluarganya. Maka wajar saja. Gika tidak akan heran jika pria itu mampu membeli gaun mahal begini. Menjadi teman Bara memang sebenarnya tidak pernah membuat Gika rugi.

"Yang nikah siapa? Mantan lo?" Gika tertawa mendapati eskpresi Bara berubah menjadi kecut.

"Bukan!" Jawabnya ngegas sekaligus memberi kode kalau ia belum ingin melihat mantan terindah nya menikah

"Salah satu temen kantor, gue sebenarnya gak terlalu deket. Tapi kita sedivisi di undang. Gue gak enak kalo gak dateng" Gika hanya mengangguk sembari memerhatikan gaun di pangkuannya.

"Lo dandan yang cantik, siapa tau disana ketemu jodoh" Bara menyambung, mengingat Gika belum pernah berpacaran sepanjang hidupnya. Bara sesekali ingin melihat bagaimana seorang Gika jika sedang jatuh cinta.

"Doain aja, supaya disana gue dapet kerjaan."

________

Acara pernikahan teman Bara di laksanakan di salah satu hotel yang lumayan terkenal di ibu kota. Bara menjemputnya pukul tujuh malam karena ternyata Bara dan teman-temannya hanya di undang di acara resepsi. Akad hanya di laksanakan bersama keluarga inti dan tidak mengundang orang luar.

Pria itu mengenakan tuxedo yang semakin membuatnya terlihat tampan. Gika tidak bisa mengelak dari fakta itu. Pada dasarnya, selain tunggal kaya raya dan tidak pelit. Bara juga adalah pria yang tampan.

BORN TO BE OVERLOVE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang