Part 10

38 3 1
                                    

HAPPY READING.......................................................

Di kamar Jungkook, suasana masih tenang. Ia baru saja selesai membalut luka di tangannya dengan perban, luka yang ia dapat kemarin ketika menolong Yuna. Meski rasa sakitnya sudah mulai berkurang, dia tetap harus menjaga lukanya. Jungkook sedang merapikan kemeja seragamnya ketika pintu kamarnya terbuka, dan Jisoo, ibunya, masuk dengan senyuman jahil di wajahnya.

"Jungkook," panggil Jisoo, memecah keheningan. Jungkook mengangkat pandangannya, lalu bertanya

 "Ada apa, Bunda?"

Jisoo mendekat sambil terkekeh pelan. 

"Tuan putrimu sudah datang untuk menjemput pangerannya," ucap Jisoo dengan nada bercanda, menambah kejahilan pada ekspresinya.

Jungkook, yang langsung mengerti maksud dari kata-kata ibunya, hanya bisa tersenyum lebar. Meski malu, hatinya terasa hangat mendengar bahwa Yuna sudah datang seperti yang dijanjikan.

Saat ia hendak berjalan keluar, Jisoo tiba-tiba menahan lengannya dengan lembut.

 "Tunggu, Jungkook. Akting terlukamu masih harus dilakukan, bukan?" tanya Jisoo dengan senyuman menggoda, mengingatkan putranya untuk tetap menjaga perannya sebagai seseorang yang terluka.

Jungkook tersentak sesaat, lalu cepat-cepat tersadar dan mulai berpura-pura kembali. Ia menurunkan kakinya perlahan, seolah merasakan sakit, dan berpura-pura kesulitan berjalan. 

"Aduh, kaki ini rasanya masih sakit sekali," katanya dengan nada bercanda, sambil menahan senyum.

Jisoo hanya tertawa kecil, menikmati kejahilan anaknya.

 "Ya sudah, sini Bunda bantu. Pangeran harus dibawa ke hadapan putrinya dengan selamat," ucapnya sambil menggandeng lengan Jungkook, berpura-pura membantu Jungkook berjalan pelan-pelan menuju ruang tamu.

Jungkook, dengan bantuan Jisoo, perlahan menuruni tangga. Meskipun hanya akting, dia tetap berusaha terlihat kesakitan saat berjalan. Ketika mereka sampai di ruang tamu, Yuna sudah menunggunya dengan senyuman hangat.

"Selamat pagi, Jungkook," sapa Yuna dengan ramah, suaranya lembut namun ceria.

Jungkook membalas senyumnya dan menjawab, "Pagi juga, Yuna." Setelah itu, dengan nada yang sedikit bercanda, dia menambahkan

"Seharusnya kau nggak perlu ke sini, Yuna. Aku bisa berangkat bersama Ayah."

Jisoo dan Chanyeol, yang mendengar kata-kata itu, hanya bisa tertawa kecil. Mereka tahu, Jungkook sedang berusaha mencari perhatian dari Yuna, meski dengan cara yang halus.

Namun, Yuna tak tertipu. Dengan senyum di wajahnya, dia menjawab

 "Tapi kan aku sudah berjanji, Jungkook."

Jungkook tidak bisa membalas apa-apa selain tersenyum, merasakan kehangatan dari perhatian Yuna.

Jisoo, yang melihat interaksi mereka, kemudian menawarkan

"Jungkook, sarapan dulu sebelum pergi, ya?"

Jungkook menggelengkan kepala

 "Aku makan di sekolah saja, Bunda."

Jisoo mengangguk, mengerti, tapi tetap bersikeras

 "Kalau begitu, Bunda siapkan bekal untukmu." Tanpa menunggu jawaban lebih lanjut, Jisoo bergegas ke meja makan dan mulai menyiapkan bekal untuk Jungkook.

Ketika Jisoo kembali, dia membawa kotak makan besar. 

"Aku buat agak banyak, jadi kalian bisa sarapan bersama di sekolah," katanya dengan senyum lebar. Yuna merasa sedikit terharu melihat perhatian Jisoo, sementara Jungkook hanya bisa mengangguk, senang bahwa ibunya selalu berpikir lebih jauh untuk mereka.

JODOHKU, YA  MUSUHKU (97 LINE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang