01

106 15 1
                                    

_Cerita ini hanya fiksi
Dan saya hanya meminjam sedikit latar penjajahan_

tes🌊






Yoshi tampak menelisik satu persatu wanita diantara ribuan wanita pribumi yang berdiri di hadapannya. Tak hanya Yoshi, juga Haruto yang berada di sampingnya turut melakukan hal yang sama.

Pada hari ini, setiap tentara Jepang harus memiliki setidaknya 1 wanita untuk menjadi budak dirumah mereka masing masing.

Hal ini sudah berlangsung sejak lama, bak aturan tak tertulis. Wanita dianggap tak ada harga dirinya, hanya bekerja memuaskan para pria.

Di sisi lain, wanita pribumi tidak ada yang berani mengangkat wajahnya, hanya tertunduk dalam diam. Seolah dirinya barang di sebuah pusat perbelanjaan yang gampang hak miliknya diambil.

Langkah Yoshi terhenti, pada satu wanita yang terdengar deru tangisannya, hingga air matanya jatuh di permukaan tanah yang tak rata.

Yosh mengamati wanita itu cukup lama, sebelum berucap.

"Berapa harganya?"

"Ahh.. Pada dasarnya kami memberikan harga yang sesuai dengan keinginan para pembeli itu sendiri, tuan." ujar pria pribumi itu dari kejauhan.

Yoshi tak menjawab, ia sibuk mengamati gadis yang masih terus menangis dalam diam itu. Mengamatinya lekukan tubuhnya dari atas hingga bawah sebelum menghela nafas.

"50万" (500rb)

Tampak pria pribumi segera turun dari bangkunya, dengan senyum cerah menghampiri Yoshi.

"Bagaimana Karin?" pria itu bertanya, dan gelengan kencang diterima sebagai respon, juga terdengar deru tangis sesak semakin terdengar.

Pria itu tersenyum sinis, lalu menarik lengan Karin untuk berdiri di dekat Yoshi.

"Cocok, tuan wanita ini bernama Sri Karin Ningsih, dia budak yang penurut, anda pasti akan senang tuan." Pria itu tertawa kecil.

"Silakan tuan, ini milikmu sekarang." Yoshi tersenyum tipis dan segera memberi uang yang sesuai dengan nominal yang di tetapkan.

"A-arigato, tuan." pria itu menerima dengan cepat, mengitungnya perlembar dengan teliti tak peduli dengan pandangan sekitar.

"Wah.. cantik juga," Haruto datang, lalu mencolek dagu Karin yang dibalas tepisan kuat oleh Karin.

Haruto tertawa kecil, "Dia pembangkang, apa kau yakin?"

Yoshi merangkul pinggang Karin tiba tiba hingga tak ada jarak sedikitpun diantara mereka. Dan Karin tidak bisa menolak, karena Yoshi adalah tuannya.

Karin pernah mendengar bahkan melihat langsung didepan matanya sendiri jika berani menolak ajakan atau perintah Tuan, tak segan segan hukuman mati akan didapatkan. Terlebih lagi tentara Jepang dikenal kejam dan bengis.

"Ya, aku pergi." Haruto mendengus.

Mereka berbalik menuju kereta dengan kuda sebagai penggerak yang menunggu mereka di tepi jalan.

Hingga mereka duduk berhadapan, didalam kereta. Karin dengan tatapan menunduk dengan Yoshi aura dominannya yang kuat, tak pernah melepaskan matanya ke arah lain selain melihat ke arah Karin.

"Karin.." Yoshi bersuara, namun tak ada respon atau gerakan dari si lawan bicara.

Hingga setitik suara serak terdengar dari Karin, wajahnya terangkat dengan mata yang masih berair menuju ke arah mata Yoshi.

"Jangan apa apakan saya, tuan." Yoshi sedikit kaget, dengan suara Karin yang serak bahkan tak hampir tak terdengar di pendengarannya. Tangan Karin juga terangkat memohon pada Yoshi, dengan air matanya yang sempat turun membasahi pipinya.

Yoshi lebih memilih memalingkan wajahnya ke pemandangan sekitar, seolah tak peduli dengan wajah sedih Karin.

Karin tiba tiba menyentuh sepatu yang dikenakan Yoshi dengan kuat, dengan arah matanya yang tak lepas dari wajah Yoshi.

"Jangan sentuh." sergahnya dengan mata tajam.

"Tolong.." Karin kembali bersuara, sebelum kereta itu berhenti tepat didepan rumah yang ditempati Yoshi.

Yoshi turun, diikuti Karin dibelakangnya. Mata Karin menelisik setiap pahatan rumah Yoshi, tak besar dan juga tak kecil sedang untuk ditempati seorang diri.

"Masuk." Yoshi menuntun gerak kaki Karina hingga sampai di sebuah kamar, Karin sontak takut dan juga gelisah.

Sadar akan ketakutan Karin, ia sedikit mendorong Karin untuk lebih masuk ke kamarnya diikuti Yoshi di belakangnya.

Karin berbalik ke arah Yoshi, namun dengan wajah tertunduknya kembali bertanya.

"Apa kita akan melakukannya sekarang, tuan?"

Butuh waktu lama, sebelum suara khas tuan barunya ini terdengar.

"Beristirahatlah." Jawaban itu tak bisa dicerna langsung oleh Karin, bahkan hingga Yoshi menutup kembali pintu kamarnya dan beranjak pergi.















" Jawaban itu tak bisa dicerna langsung oleh Karin, bahkan hingga Yoshi menutup kembali pintu kamarnya dan beranjak pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_Jenderal Kanemoto Yoshinori_




_Sri Karin Ningsih_






Encounter [Yoshi x Karina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang