03

67 13 2
                                    

5 Agustus 1945

Sayup sayup telinganya terdengar beberapa orang saling bergumam kecil didepan kamarnya. Matanya terbuka sempurna, begitu juga tubuhnya yang bangun untuk bersandar pada sandaran ranjangnya.

Karin termenung sejenak, untuk mengumpulkan nyawanya sembari mendengar gumaman kecil tersebut. Namun, Karin tetap tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Karena itu terdengar asing baginya.

Ia memejamkan matanya, menahan kepalanya yang berdenyut.Terasa pening, dan tubuhnya yang juga sangat lemah. Ia baru ingat, bahwa ia tak makan atau minum apapun sejak kemarin.

Ia melirik nakas disebelah kiri ranjang mininya, berusaha menggapai gelas kaca berisi air tersebut dengan tangan yang bergetar.

"Dapat."

Dengan gerakan malas, ia mengambil gelas tersebut. Namun, karena tubuhnya yang bergetar, ia tak sanggup mencakupnya lagi.

Prang!

Kesadaran Karin yang hanya terkumpul setengah, bahkan ia terlonjak kaget dengan tingkahnya sendiri. Sontak ia turun dengan cepat, membereskan kegaduhan yang diperbuatnya.

Bersamaan dengan itu, pintu kamarnya terbuka, menampakkan tuannya yang tidak dia ketahui namanya dan seorang pria tinggi yang mencolek dagunya kemarin.

Cukup sebentar, mereka bertatapan. Sebelum Karin dengan buru buru memutus kontak mata dan mempercepat tangannya membersihkan pecahan kaca tersebut.

Yoshi bergerak menghampiri, ikut menundukkan badan mencoba berbicara.

"Biar aku saja," Yoshi berucap, mendapat decihan dari si sahabat karibnya.

"Dude, kau dibuat seperti pembantu karenanya." Haruto dengan nada angkuh, sedikit mengejek sekaligus menyindir kedua orang di depannya.

Tak nyaman dengan pemandangan didepannya, Haruto menghela nafas kasar, apa Yoshi tidak menggunakan budak sebagaimana mestinya, atau Yoshi lupa ingatan?

"Aku pergi," Terdengar derap langkah sepatu menjauhi mereka. Tersisa Yoshi dan Karin yang masih membereskan kegaduhan kecil akibat Karin.

Yoshi berdehem, mengundang perhatian Karin. Hingga wajah Karin terangkat, dengan tampak mata sayunya.

"Perihal Ajingga.." Yoshi menggantungkan kalimatnya.

Bodoh, Karin bisa bisanya lupa dengan kejadian kematian Ajingga kemarin. Omong omong, kejadian itu terasa seperti mimpi baginya, dan siapa sangka itu benar terjadi.

"Awh.." seperti yang kalian duga, jari telunjuk Karin terkena serpihan kaca, akibat ulahnya sendiri.

"Bodoh, Karin, sangat bodoh." Karin menahan nafasnya dalam dalam, disaat Yoshi menuntunnya untuk duduk di tepi ranjang. Dengan plester seadanya.

Dengan telaten, Karin lihat Yoshi membersihkan lukanya.

"Kenapa anda bersikap baik?" Gerakan Yoshi terhenti sejenak sebelum senyum tipis terlihat diwajahnya.

"Anda sudah membeli saya, sama seperti orang lain, tapi kenapa anda tidak menggunakan saya?"

"Bukannya menggunakan saya, anda membunuh Aji." Karin menatap Yoshi mengharapkan jawaban.

Manik mata Yoshi terangkat, "Aku belum memberitahu namaku, aku Yoshi."

"Perihal Ajingga, aku minta maaf."

Karin berdecih pelan, "Hanya itu?"

Salah Karin, untuk berharap lebih dengan orang asing nan kejam ini. Bukannya memberikan jawaban yang memuaskan, malah memperkenalkan diri.

Encounter [Yoshi x Karina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang