"Wan, kan abah sudah bilang, ratih jika kau menikah dengan ratih tentu saja ini akan nerdampak tidak baik buat keluarga kita kelak, umurmu udah 28 tahun harusnya kau bisa berfikir lebih masuk akal toh, abah dan umi cuman petani biasa, untuk kebutuhan sehari hari saja tercukupi sudah syukur, jangan betingkahlah wan, kau tahu ratih dari keluarga siapa? "
Lelaki paruh baya itu menasehati anaknya dengan sangat tegas. Umipun hanya terdiam. Membisu dan sesekali menyeka airmata yang jatuh, disana juga terlihat paman brata adiknya umi yang umurnya sekitar 32 tahun, sinta kakaknya iwan yang sungguh cantik dan anggun serta rendy suaminya yang gagah.
"Bener yo yang dibilang abahmu wan, kalau udah gini keadaannya gimana, pamanpun dak bisa berbuat apa apa, kalau masalah adu jotoh ayok sini, tapi kalau masalah uang kau kan tau pamanmu ini juga buruh rendahan" Kata paman brata
"Mas sama kakakmu juga gabisa apa apa wan"Semua seolah menyudutkan iwan, dengan argumen mereka masing-masing.
"Ratih tidak masalah dengan keluarga kita bah, mi, lagianpun iwan masih kuat untuk bekerja keras demi membahagiakan smuanya, tenang ajalah"
"Kau memang keras kepala" Sergah abah"Sudah-sudah, sudahlah bah, iwan anak kita toh, kita harus percaya kepadamya... "
"Keluar kau babi wei, iwan anak sialan keluar kau sini, kau sembunyikan dimana putriku ha? "
"Bah, siapa itu, knapa teriak teriak" Umi menimpal
"Itu pak kades mi, gawat apa yang harus kita lakukan" Ucap sinta
Paman brata berdiri dan dengan penuh percaya diri akan menghadapi ini semua"Ren ayok, urusan ini serahkan pada paman dan mas mu, kau tetap disini"
"Tapi paman ini tanggung jawab iwan... "
"Ku bilang diam, diam... "
Kemudian mereka berdua dan disusul abah dibelakang berjalan kedepan dan membuka pintu, lalu terlihatlah pak kades dengan 5 orang suruhannya. Yang memiliki perawakan besar seperti tukang pukul.
"Ada pak kades, macam tak punya sopan santun datang kerumah orang permisi atau apaini teriak teriak, ingat pak udah tua malu sama uban"
"Mana ponakanmu itu, berani beraninya dia melarikan putri semata wayangku, jangan harap dia bisa kabur" Kata pak kades
"Dia sudah pindah dari sini pak, mereka berdua pun sudah menikah, jadi bapak ikhlaskan saja" Kata rendy kemudian"Memang pantek kalian semua ya, keluarga ga tahu diri, kau tahu anakku itu berpendidikan tinggi, ga mungkin dia kabur kalau ga dicuci otaknya smaa anak kalian itu, kembalikan mana"
Dengan ucapan pak pades barusan membuat rendy sakit hati dan tak terima
"Pak, mereka berdua sudah dari lama ijin baik baik, tetapi pak akdes selalu melontatkan hinaan semacam tadi, ya salah pak kadeslah kalau mereka akhirnya kabur"
Mendengar hal itu emosi pak kades yang tersulutpun, lansung tanpa aba aba ia pukul rendy sekuat tenaga sampai ia jatuh, mendengar keributan itu umi abah dan sinta keluar sambil mendekati rendi sedangkan paman brata menghajar balik pak kades dengan posisi yang sama
"Anjing kalian semua buat apa kalian kubawa kesini, hajar mereka, "
Kemudian semua pengawal pak kades menghajar paman barata ada yang emmegang, ada yang menonjok perutnya sampai ia bonyok. Tapi memang dasar paman brata bebal ia masih bida berdiri meskipun remuk rasa wajah dan badannya."Sekampung pun kalian aku tak takut ya maju sini"
Umi maju kedepan
"Astagfirullah pak, maaf ampun pak ampun, anak kami memang salah, tapi yo kasih kesempatan toh pak, iawannya juga janji akan bahagiakan ratih, mohonpak" Sambil umi sujud dikaki pak kades. Bukannya malah kasian atau memberi kesempatan, pak kades malah memaki umi"Bisa gak kau mendidik anak lakimu itu, jangan samapi merusak kebahagiaan orang, asal kau tau dia sudah aku jodohkan dengan seseorang yang kaya bukan seperti keluarga kalian" pak kades meludah.
"Astagfirullah pak, sekarang tugas kita merestui mereka tenangkanlah hati bapak sedikit, sinta anak kita sekarang sudah hamil pak, sedih nanti dia lihat bapak dan mertuanya begini"
"Apa hamil, hamil kalian bilang, memang anak kurang ajar, gatau diuntung, gak sudi saya gak sudi"
Umi yang hendak bersujud dihadapan pak kades lansung refleks ditendang hingga ia terpental lalu pingsan."Ampun pak jangan sakiti istri saya" Timbal abah yang masih berusaha sopan.
Iwan yang tidak tahan mendengar kejadian otu lalu keluar dan menantang kades."Kau mau apa ha, aku tidak akan pernah mengembalikan anakmu, karena sebentar lagi ia akan memberikan keturunan buatku, siapa saja yang melawan akan berhadapan denganku" Entah dari mana keberanian iwan yang jelas iya tidak bisa bela diri sedikitpun
"Muncul juga anak sialan ini, hajar"
Kemduian iwan diseret oleh lima orang itu, keluarganya tidak bisa berbuat apa apa selain menangis, iwan dihajar babak belur, tidak tahu seberapa bonyok wajah iwan tapi umi yang paling sayang dengan iwan terbangun dan kembali mendekati pak kades mwmohon mohon namun kempai sebuah tamparan belakang mengenai wajahmu dan iwan berteriak
"Umiiiii"Tetapi iwan kembali teringat dengan perkataan raden sebelum ia pergi bahwa apapun yang terjadi dalam semedi hanyalah sebuah ilusi yang akan menentukan ia bisa bertahan atau tidak, ia hanya perlu menarik nafas dalam dan mengatakan
"Semua kejahatan dibawah kendali, dan dalam kekuatan baru aku ini aku kembali. "
_________________
Lelaki yang bernama iwan itu kembali kesituasi sebelumnya disebuah gubuk kecil diatas bale bale bambu. Tetapi kejadian masa lalu itu benar benar nyata adanya, yang jelas pak kades juga tidak akan luput dari perhatiannya.
Dilihta sekitar sudah gelap, tetapi tidak ada tanda tanda raden kembali."Kemana dia, apakah dia tidak akan kembali"
Dilihatnya kembali kantong kain pemberian raden masih ada bersamanya artinya raden itunyata. Kemudian ia tekan perutnya yang sangat kelaparan, lalu ia melanjjtkan semedinya. Beberapa menit mencoba masuk kealam bawah sadarnya ia sudah tidak mampu karena energinya sudah terkuras habis, belum pengeroyokan yang dialaminya, ditambah pergumulan semalam. Tak berselang lama, angin masuk lewat crlah celau gubuk itu dan
"Selamat malam tuan, maaf saya sedikit lama, tadi ada beberapa halangan diperjalanan yang saya hadapi"
"Aku sangat lapar raden"
"Baiklah ini makanan buat hari ini" Dilihatnya buah buahan segar dan menggoda. Apel merah yang sangat besar, anggur ungu yang menggiurkan, jambu, jeruk pisang, dan sebagainya, Semua lansung disambar oleh iwan saking laparnya, ia makan sangat lahap. Sekali sampai sampia ia tak mempedulikan keberadaan raden. Radenpun hanya geleng geleng kepala.
Beberapa menit berselang iwan sudah kekenyangan.
"Ini wan yang terakhir, anggrak putih perak, kau makanlah 7 bunganya lalu minum seteguk air" Iwan mengangguk dan melakukannya.
Setelah seteguk air masuk kedlaam tubuhnya ia rasakan sebuah energi besar telah menguasai tubuhnya, seketika semua lelah, luka dan segala kepenatannya menghilang, iwan seperti terlahir kembali menjadi orang yang bari dengan kekuatan over power."Iwan, besok kau sudah siap menerima semua ilmu silat yang akan aku ajarkan, tapi ada satu lagi kekuatan supaya anggrek putih perak ini dapat optimal"
Setelah raden tau namanya iwan, kadang ia memanggil dengan sebutan iwan saja, atau tuan, atau tuan iwan. Jelas itu tidak nerarti apa apa untuk iwan yg mengetahui raden sudah tulus membantunya ditambah seorang pangeran masalalu, bahkan sebenarnya ia tidak nyaman dipanggil tuan."Apalgi yang harus aku lakukan"
"Pertanyaan yang cukup bagus, raden lansing mendekat dan membuka pakaiannya, malam ini puaskan aku ya. "
Mendengar hal itu iwan tersenyum tentu saja sayang, malam ini kontolku akan mengacak acak lubangmu.
Raden bergidik tapi ia senang ia dekatkan lidahnya ke telinga iwan lalu ia jilat kemudian ia berbisik "kau butuh energi dari pejuhku, kau minumlah nanti lansung dari sumbernya"
Kemudian mereka ngewe entah sampai pukul berapa, yang mana pergumulan malam itu tidak henti hentinya mereka lakukan, namun yang jelas iwan sudah meminum banyak sekali pejuh milik raden.
___________________
BERSAMBUNG.....
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBALINYA PEMUDA DESA IWAN
Ficción Generalmenuntut balass atas kejahatan yang ia terima adalah pilihan bagi iwan, seorang pemuda desa gagah. membawa ia bertemu dengan raden seorang pangeran masalalu yang terjebak disebuah hutan, dengan perjanjian mereka saling bantu dalam mencapai tujuan in...