• Mulai menerima

1K 155 80
                                    

Pada akhirnya Sky harus mendapat perawatan intensif selama beberapa hari ke depan sampai kondisinya pulih. Bukan hanya Sky saja, pun begitu dengan Sadewa yang kemarin malah demam tinggi dan saturasi oksigennya menunjukan angka yang rendah sehingga ia pun harus mendapat perawatan hingga tuan Vijendra memutuskan untuk menyatukan kedua anaknya yang tengah sakit itu di dalam satu kamar rawat yang sama, agar lebih memudahkan tuan Vijendra atau keluarga Vijendra lainnya dalam menjaga Sky maupun Sadewa. Ah iya ngomong-ngomong soal tuan Vijendra, saat ini beliau tengah melakukan perjalanan bisnisnya ke China selama satu minggu atau bahkan lebih. Hans sang tangan kanan dan juga asisten pribadi kepercayaan tuan Vijendra lah yang akan mengawasi ketujuh anaknya.

Saat ini waktu sudah menunjukan pukul 06.00 pagi dan di kamar rawat itu masih ada Bumi dan juga Nakula yang tengah menjaga adik mereka masing-masing. Sejak semalam suasana hening terus menghampiri mereka, baik Bumi maupun Nakula tidak ada yang memulai obrolan, bahkan ketika mereka terjaga pun yang mereka lakukan hanya diam. Seperti pagi ini nampaknya suasana masih sama, masih sangat hening lantaran Bumi hanya fokus pada adiknya sedangkan Nakula tengah merebahkan dirinya di sofa bed.

"Ehem," Bumi berdehem pelan namun Nakula terlihat tak peduli.

"Nakula.." hingga Bumi yang memanggil nama Nakula pun berhasil memecah keheningan.

"Iya Bum– eh k-kak Bumi?" sahut Nakula yang langsung merubah posisi tidurnya menjadi duduk seketika.

"Saya mau titip Sky sebentar boleh? Saya mau pulang dulu buat ambil perlengkapan Sky selama di rawat disini," ucap Bumi.

Nakula mengangguk ragu, "eung b-boleh boleh aja sih, tapi gue juga belum ambil perlengkapan Sadewa," sahutnya.

"Kamu mau pulang buat ambil perlengkapan Sadewa? Kalau gitu kita bareng aja."

"B-Boleh kah? Tapi nanti ga ada yang jaga—"

"Hoaaaaaaaam~" ucapan Nakula terhenti oleh seseorang yang baru saja menguap.

"Lo udah bangun, Sa?" dapat Nakula liat kedua netra sanga adik yang sudah terbuka.

"Menurut lo? Ini arwah gue kah?" Sadewa malah balik bertanya seraya mendelik malas.

"Ck," Nakula berdecak pelan seraya beranjak dari duduknya untuk menghampiri sang adik.

"Ish jangan pegang pegang!" Sadewa berniat menepis tangan sang kakak yang menyentuh keningnya namun tangan Nakula lebih cepat melakukan pergerakan untuk menahan tangan adik ya melalukan hal itu. 

"Masih anget," gumamnya.

"Gue gapapa anjir," ucap Sadewa dengan suara seraknya.

"Lo masih demam ege, semalem juga masih nebu! Eh iya berhubung lo udah bangun, gue balik dulu bentar ya?"

"Ih kemana?! Tega lo ninggalin gue disini sendirian?! Kalau ada suster ngesot gimana?!" cecar Sadewa heboh seraya merubah posisi tidurnya menjadi duduk, dan Bumi yang sejak tadi memperhatikan dalam diam pun terkekeh pelan.

"Suster ngesot mah shift malem, sekarang udah pagi gantian shift sama suster biasa. Lagian kalau ada suster ngesot lo tinggal lari aja udah tuh suster ga akan ngejar soalnya ngesot, gampang 'kan? Atau sleding aja lah lo kan banyak ide," sahut Nakula dengan santainya.

"Ya kalau berhubungan sama mahkluk ghaib mah otak gue juga blank Nakula! Coba lo yang ketemu suster ngesot nya!"

"Ya ga akan ada suster ngesot anjing! Lo liat ini kamar begitu luxury, suster ngesot aja insecure datang kesini. Udah lo jangan banyak ngoceh, gue pulang dulu bentar bareng Bumi– eh maksudnya kak Bumi," ucap Nakula.

7 LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang