• Mereka dan lukanya

1K 151 61
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.

Masih di tempat yang sama dengan waktu yang sedikit berbeda, kini para tuan muda Vijendra pun sudah berpindah tempat ke area ruang makan karena sebentar lagi acara makan malam akan di mulai. Sang tuan besar Vijendra terlihat duduk di bagian tengah sebagai pemimpin, lalu disi kanan ada ke-empat anak sulungnya Bumi, Jehan, Nakula dan Sadewa, sedangkan di sisi kiri ada ke-tiga anak bungsunya Sky, Ananta dan Ren. Sebenernya ketujuh anak-anaknya sempat cekcok perihal tempat duduk, terutama Jehan yang tak terima tempat duduknya kini di tempati oleh si sulung Bumi, namun sebelum api semakin membesar hanya karena masalah sepele dengan cepat tuan besar pun melerai hingga akhirnya mereka harus pasrah menerima aturan soal tempat duduk di area ruang makan yang baru, dan hal itu adalah perintah mutlak yang harus di patuhi mengingat keputusan tuan besar Vijendra tidak bisa di bantah.

Terlihat beberapa maid mulai menyajikan berbagai macam makanan di atas meja makan. Baik tuan besar Vijendra dan ke-tujuh anaknya tak ada yang mengeluarkan suaranya sampai sang maid selesai menata semua makanan di atas meja makan.

"Silahkan di nikmati tuan.." ucap sang maid seraya berlalu setelah menyimpan makanan terakhirnya di atas meja.

"Papi kurang tau apa saja makanan favorit kalian, jadi papi suruh chef untuk membuat beberapa hidangan makanan yang mungkin akan kalian suka. Tapi karena Sky alergi dengan Seafood jadi papi tidak menghidangkan makanan laut. Well, ayo kita mulai makan sekarang!" ucap tuan Vijendra dengan senyum lebarnya, terlihat sekali kebahagiaan di raut wajahnya karena ini untuk pertama kalinya ia makan bersama ketujuh anak tampannya.

"It's okay, i pemakan segala kok," sahut Ren dengan santainya lalu mulai menyendok nasi dan beberapa lauk, begitu juga dengan yang lainnya.

"Anjay ada ayam! Na, kita udah berapa bulan ga makan ayam?!" bisik Sadewa pada sang kakak kembar yang memang duduk di sampingnya.

"Diem anjir ga usah—"

"Norak, padahal cuma ayam doang, ternak ayam aja bisa gue beli," sela Jehan tanpa menoleh.

"Ga ngomong sama manusia yang suka flexing kaya lo, pake duit bokap aja bangga," sahut Sadewa tak mau kalah.

"Bangga lah karena gue anak papi, i want it, i got it," rupanya Jehan juga masih tak mau kalah.

"Ehem," tuan besar Vijendra berdehem, "di depan makanan di larang berdebat," ucapnya dan entah mengapa Ananta yang mendengar pun tersenyum kecil, lebih tepatnya tersenyum sinis.

"Dia yang mulai duluan!" seru Sadewa.

"U kata i mending diem deh, i lapar bisa ga sih biarin i makan dengan tenang???" sahut Ren yang mulai tak nyaman.

7 LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang