8. bertemu Tasya lagi

5 2 0
                                    

"Balas dendam adalah racun yang kita minum berharap yang lain akan mati"

Queenzi Anita Anastasya Dirgantara

🥀🥀🥀

Kamar Tasya dominan warna abu abu, berbanding terbalik dengan pintu nya yang berwarna pink. Setelahnya Tasya pun tertidur.

Tok... Tok... Tok...

"Non tasya, non" terdengar suara ketukan, dan suara panggilan dari luar.

"Ck siapa sih gangguin tidur gue aja"gerutu Tasya sambil berjalan pelan ke pintu. Setelah pintu terbuka terlihatlah bi Maryam.

"Non dipanggil tuan, buat makan malam bersama"

"Hah yaudah bi, nanti Tasya turun habis cuci muka" Tasya pun menutup pintu kamarnya, dan berjalan menuju kamar mandi.

Tap...Tap...Tap

Bunyi langkah kaki Tasya yang menuruni tangga. Sontak semuanya menoleh, dan mendapati seorang gadis, yang menggunakan baju oversize yang menenggelamkan badannya membuatnya terlihat imut.

"Ini beneran adek gue, kok cute banget sih" batin Ryan melihat penampilan sang adik.

"Imut banget adek abang" batin Rayyan.

"Lah ni nenek sihir, bisa imut juga ya" batin angga melonggo melihat Tasya.

"Sialan lo Tasya, Lo rebut perhatian mereka semua dari gue"batin Kesya marah, hingga tanpa sadar ia menggepalkan tangannya. Dan ia pun buru buru menyembunyikan tangannya dibawah meja supaya tidak ada yang melihatnya, tapi dia salah karna sudah ada yang melihatnya.

"Sh!t gue karungin boleh gk sih" batin Leon yang hanya diam dari tadi.

"Hmm, kamu terlalu menarik baby"batin salah satu pemuda disana.

Tasya tidak menghiraukan tatapan mata mereka semua, dan menuju kursi kosong disebelah Ryan. Setelah Tasya duduk Adwin Selaku ayah dari Tasya dan sikembar pun berucap.

"Mari kita mulai makan malamnya"

"Baik yah" Ryan, Rayyan, dan kesya menyahut.

"Baik om" ujar angga

"Hmmm"deheman yang berasal dari ketiga makhluk es itu, siapa lagi kalau bukan Tasya, Leon, dan Akza.

Mereka memulai makan malamnya dengan damai, dan penuh ketegangan. Udara di ruangan itu terasa berat, seperti awan badai yang siap meledak. Garpu beradu dengan piring dengan suara berderit, dan setiap suapan terasa seperti batu di perut. Tidak ada yang berani berbicara, hanya suara bisikan sendok dan garpu yang memecah keheningan yang mencekam. Aroma masakan yang biasanya menggugah selera kini terasa hambar dan tak bernyawa, mencerminkan ketegangan yang menyelimuti mereka semua.

Setelah makan malam ayah, sikembar, dan teman temannya pun keruang tamu. Sedangkan Tasya kedapur untuk menghampiri bi Maryam.

Note: Kalau kalian tanya ibu Auryn kemana ia udah mati saat Tasya umur 5 tahun. Tapi entahlah mungkin akan ada kejutan tentang nya, author juga gak tahu.

"Bi bikinin Tasya minuman yah, sama anterin kekamar"pintar Tasya ke bi Maryam.

"Baik non" bi Maryam pun membuatkan apa yang diinginkan Tasya.

Tasya ingin ke kamarnya tapi dia harus melewati ruang tamu yang berisi ayah, abang dkk, dan jangan lupakan si gadis ppb {polos polos bangsat}.

"Ck kenapa tu keluarga dajjal ada diruang tamu segala sih. Kan gue jadi sudah mau kekamar, dan kalau gue lewat sana pasti tu mak Lampir bikin drama" gerutu Tasya yang kesal tapi mau tidak mau, dia tetap harus melewati ruang tamu, untuk menuju ke kamarnya.

Transmigrasi Gisel dan TasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang