"Take your position? Really?" Deshinta menatapnya dengan sinis.
"Ini semua terjadi karena kebodohan lo sendiri, Ela. Lalu sekarang lo menyesal kalau gue yang jadi tunangannya Dhanu sekarang? Why do you think that you are the victim here?" Sindiran demi sindiran dilontarkan Deshinta tanpa henti kepadanya.
Ela mengerjapkan matanya untuk menghilangkan rasa panas yang beresonansi dengan denyut sakit di hatinya.
Dia sudah terbiasa beradu pendapat dengan sang kakak. Terutama sejak kejadian Harsya beberapa tahun lalu. Hubungan yang semakin menjauh, ditambah dengan bibit kebencian yang disebar oleh Deshinta dan lambat laun mengakar dan mulai bertumbuh di hati Elaina.
"All of the people, the real victims are Dhanu, Papa and Om Rahmat!" desis Deshinta penuh penghakiman.
Ela tak terima disudutkan dan selalu dianggap sebagai penjahat di mata kakaknya.
"Kamu malah playing victim di sini!" Semakin Ela diam, semakin nyalang kebencian yang kakaknya tunjukkan secara gamblang kepadanya.
"Mbak, aku nggak mau berdebat dengan kamu. Semua yang aku katakan pasti selalu saja dicari pembenarannya sama kamu," ujarnya lelah.
Dia sungguh lelah menghadapi dinamika penuh racun dan disfungsional seperti ini dengan kakaknya. Hilang sudah mimpinya memiliki kakak perempuan yang suportif sejak kecil. Deshinta Puspa Dharmawan selalu menganggapnya sebagai saingan. Dan Ela sudah lelah menjadi samsak emosional sang kakak jika amarahnya meledak-ledak seperti ini.
"Ya karena aku memang selalu benar!" tukas Deshinta mencoba mematahkan argumen Ela barusan.
"Nggak! Kamu itu menyedihkan, Mbak. Orang yang egois–" Ela bangkit dari ranjangnya dan berdiri sedekat itu di hadapan kakaknya. Hanya tersisa sedikit jarak diantara mereka.
Gestur Ela menantang kakaknya. Jika biasanya Ela merasa kecil jika berdebat dengan Deshinta, kali ini Ela rasa inferiornya menghilang entah ke mana.
Ela yang biasanya mengalah kini seperti tersihir dengan keadaan dan melawan balik–she snapped hard. Dan ini momentum yang begitu tepat menggambarkan perasaan Ela.
Sudah cukup. Tak ada lagi Ela yang menerima keadaan dan bersedia menjadi keset untuk keluarganya yang egois.
"Stop right there! How dare you! Lo yang egois! Dari kecil lo bertindak seperti princess yang manja karena semua kemudahan yang Papa dan Mama berikan." Deshinta mengamuk dan tak segan-segan mendorong tubuh Ela.
"Lalu sekarang lihat! Nggak cukup ya masalah Harsya yang dulu? You've even stolen my man, and now you humiliated us! The Dharmawan!"
Selalu saja bermuara pada masalah Harsya! Sudah berapa kali Ela bilang jika bukan dia yang datang dan merebut Harsya dari kakaknya. Berulang kali dia katakan kalau dia menolak Harsya dan berniat baik mengungkap kebobrokan pacar kakaknya waktu itu.
"Tapi itu semua bukan salahku!" Ela pun membalas dengan mendorong balik kakaknya.
Deshinta kaget karena tubuhnya terdorong ke belakang. Dia kaget dengan kekuatan Ela yang tak terduga. Kilat matanya berubah dan raut wajahnya berubah menjadi manipulatif.
"Nope! Itu semua terjadi karena lo, Ela. Elo aja yang terlalu egois yang nggak bisa melihat efek yang tercipta sekarang!" balas kakaknya dengan kata-kata yang menyakitkan.
"Just like before after you created the problem. You could move on, live your life, ketawa haha-hihi lagi. Go shopping in Milan or Monaco, and swipe your black credit card even though you have a meager salary from your shit-fun job! Bullshit, Ela!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Champagne Dreams
RomanceNoble Safeguards Series 1.0 Elaina Gauri Dharmawan merupakan kebanggaan keluarga besarnya. Putri kedua dari seorang mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Hendra Dharmawan ini memiliki hidup yang sempurna. Cantik, kaya raya, berasal dari keluarga terp...