DIPTA
"Maaf Pak, tapi kami tidak bisa membuka data CCTV sembarangan. Apalagi kepada pihak yang tidak berwenang dan berkepentingan." Penolakan dari resepsionis hotel tempat mereka semalam dijebak diutarakan dengan nada simpatik penuh profesionalitas.
"Tapi kemarin di lantai dua puluh terjadi tindak kriminal! Ada penyekapan dan–" Dipta berkata menunjukkan nada frustrasi.
"Mohon maaf Bapak Pradipta. Tak ada yang bisa kami lakukan untuk itu." Kali ini rekan resepsionis pria yang menanggapi permintaannya.
"Tapi saya menjadi korbannya!" ujar Dipta setengah mati menahan emosinya.
"Kami sarankan Anda berkoordinasi dahulu dari pihak kepolisian," tambal sang resepsionis yang masih bersikukuh dibalik senyumnya.
"Tidak mungkin kalian tidak bisa membuka kalau ada tindak kriminal yang terjadi di hotel kalian." Dipta berkilah.
"Bapak Pradipta, kami tetap berpegang teguh pada SOP kami. Silakan koordinasikan dahulu dari pihak yang berwajib agar kami memiliki basis yang kuat membuka CCTV."
"Privacy para client kami adalah prioritas dari tim kami, Pak. Sehingga kami tidak bisa melanggar ketentuan yang telah ditetapkan begitu saja."
Ucapan final sang resepsionis yang tak bisa diganggu gugat akhirnya membuat Dipta berhenti mendesak pekerja di sini. Dia paham jika front office hanya bekerja sesuai jalur dan permintaan seperti ini tentunya tak akan ditanggapi begitu saja tanpa bukti otentik.
Namun bagaimana caranya mencari bukti otentik, karena Dipta berfirasat jika para penjebak adalah tim profesional yang bekerja begitu rapi dan licin dalam menjalankan aksinya.
Pradipta menghela napasnya.
Dia tak punya kekuatan untuk mendesak masalah ini lebih lanjut. Bahkan dia tak diizinkan untuk bertemu dengan manager hotel dan membicarakan masalah ini secara privat.
Alasan dari tim front office begitu banyak dan bahkan tim security sudah mulai bersiaga memantau pergerakan Dipta agar tidak menimbulkan kegaduhan lebih lanjut di hotel bintang lima tempat Ela dan Dhanu mengadakan private engagement party semalam. Tempat di mana dirinya dan Ela menjadi korban penjebakan sistematis oleh orang yang tak mereka kenal.
Dengan langkah gontai, Dipta harus menelan pil pahit dan keluar dari lobi hotel dengan tangan kosong. Kini kepalanya didera sakit kepala menghadapi kebuntuan untuk mengungkap kasus tersebut.
Dipta sebenarnya mengantongi tiga kamera kecil yang besar kemungkinan berhasil merekam kegiatan mereka semalam. Sayangnya dia tak tahu di mana server yang berhasil menyimpan data tersebut. Ini adalah permasalahan krusial lainnya yang perlu dibereskan juga, karena Dipta yakin hasilnya akan dijadikan alat peras atau dijadikan sebagai collateral damage para penjahat tersebut untuk mendapatkan tujuannya.
Namun sampai sekarang tidak ada titik terang dalam kasusnya dan Dipta tak tahu harus mulai dari mana untuk mengurai satu persatu benang kejahatan ini.
"Mohon maaf Bapak, apa bisa bergeser sebentar? Kami harus melayani tamu yang lain. Silakan hubungi kami kembali jika ada concern yang ingin Anda sampaikan."
Baiklah, sepertinya kehadirannya sudah tidak diharapkan lagi karena dua orang tim security tersenyum ke arahnya sambil berjalan. Sepertinya mereka ingin menarik Dipta keluar dan menghentikan kasak kusuk lebih lanjut lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Champagne Dreams
RomanceNoble Safeguards Series 1.0 Elaina Gauri Dharmawan merupakan kebanggaan keluarga besarnya. Putri kedua dari seorang mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Hendra Dharmawan ini memiliki hidup yang sempurna. Cantik, kaya raya, berasal dari keluarga terp...