Bagian 1 I Satu Atap Dengannya

4 1 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bisa baca penggalan chat dulu di
Ig: Carminerubby

***

Happy Reading🍷

***

Kalimat yang pas untuk menggambarkan keadaan rumah tangganya yang sudah berjalan selama kurang lebih enam bulan ini adalah berjalan dengan baik. Iya baik, baik dalam artian tidak mencampuri urusan masing-masing. Baik dia dan laki-laki yang sedang berkutat dengan dokumen di ruang tengah itu tidak mencampuri urusan masing-masing. Sedah dengan urusanya, dan Airlangga dengan urusanya.

Seperti sekarang, Sedah sibuk memakan makanan yang disiapkan oleh Airlangga dan Airlangga dengan pekerjaanya. Tidak ada pembatas antara dapur dan ruang tengah membuat mereka berdua bisa melihat satu sama lain. Soal makanan, Sedah tidak pernah meminta Airlangga untuk menyiapkan juga untuknya, tapi laki-laki itu lakukan jadi Sedah tidak banyak protes dan memakanya. Lagipula selama ini masakan Airlangga tidak buruk. Meski menunya terus berputar pada tiga menu saja. Seperti kemarin pria itu membuat nasi goreng, sekarang omelet dengan sosis dan brokoli rebus, besok bisa ditebak pasti sup ayam. Lalu kembali lagi pada nasi goreng, begitu seterusnya. Hanya kalau Airlangga terburu-buru saja dia akan membuat roti selai cokelat.

Jangan salah paham, Sedah ingin memasak tapi sudah keduluan Airlangga. Disela-sela kunyahanya, ponsel yang dia sanding berdenting.

Suara itu rupanya juga bisa didengar oleh Airlangga. Terbukti laki-laki itu melihat sekilas kearahnya sebelum kembali berkelut dengan kertas ditanganya.

"Iya, gue udah selesai kok. Bentar gue keluar."

Belum Sedah beranjak dari duduknya, suara Airlangga tiba-tiba mengintrupsi.

"Piringmu, Sedah." Katanya tanpa bergeming sedikitpun dari posisinya.

"Iya nanti-"

"Sekarang. Cuci sekarang baru kamu boleh keluar." Kini Airlangga melihat ke arah perempuan yang dari wajahnya terlihat kesal itu.

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang